08...

1.3K 191 22
                                    

Yang memilih ending A, selamat membaca. Maaf, karena terlalu panjang terpaksa harus dipisah jadi dua chapter. Itu disebabkan karena saya sedikit menambahkan adegan ++ di dalamnya ✌. Baru diketik alias masih anget alias ide mendadak wkwkwkwk
°
°
°

Sorry for typos
.
.
.

"Sebenarnya ada apa denganmu?" Dilraba menggenggam tangan Xiao Zhan, memberikan kehangatan lebih untuk seseorang yang selalu memberikannya kekuatan hingga dapat tumbuh sebesar ini. "Xiao Zhan, siapa Yibo?"

Xiao Zhan yang sedari tadi duduk diam bersandar di kepala tempat tidur berukuran King size-nya memperhatikan dedaunan gugur di luar sana bergeming. Xiao Zhan memilih menekuk lututnya, kembali memurukkan kepalanya diantara lututnya. Kembali menangis. Seolah hanya itu yang bisa ia lakukan.

"Xiao Zhan, jawab aku!" Dilraba orang yang tidak sabaran. Xiao Zhan pernah membekap seorang pria yang pernah mengencaninya karena berselingkuh, dan Dilraba rasa jika ia membekap seseorang bernama Yibo itu maka Xiao Zhan akan menjadi lebih baik. Seolah seperti dedaunan gugur di luar sana, tidak berdaya dan hanya menerima takdir kemudian menjadi tumpukan sampah.

"Yibo orang yang ku cintai, Reba!" Xiao Zhan mendongakkan wajahnya. Berteriak pada Dilraba untuk pertama kalinya. Matanya sembab, wajahnya pucat dan bibirnya yang merah kini memutih. Dilraba sadar, kakaknya itu sedang mengalami masa patah hati dan parahnya ini masa pertamanya. Yibo adalah cinta pertama Xiao Zhan dan sialnya kakaknya sudah sangat dewasa untuk bisa mencari yang kedua ataupun yang ketiga. Xiao Zhan bukan seseorang yang mudah jatuh cinta seperti dirinya.

"Kau gay?" Dilraba tak percaya ini. Tapi ia mencoba menerimanya. Dia dan Xiao Zhan dituntut sempurna di setiap langkah, ia juga sadar di setiap kesempurnaan ada kecacatan yang tersimpan dengan rapi.

Harta.

Kepintaran.

Mempesona.

Tapi mereka jauh dari kata bahagia. Dilraba hanya punya Xiao Zhan meski ia memiliki marga Sean di depan namanya, begitu pula dengan Xiao Zhan. "Apa yang harus kulakukan?" Dilraba meneteskan air matanya tanpa sadar. Air mata yang tak ia sadari.

"Aku tidak tahu." Xiao Zhan menutup wajahnya. "Aku sungguh tidak tahu."

%ika. Zordick%

"Bagaimana keadaanmu?" seorang dokter menatap Yibo-remaja yang tengah memandangi langit langit rumah sakit tempatnya di rawat. Yibo tak menjawab, dia memilih diam. Dia jadi suka warna putih belakangan, terasa semuanya nyaman. Ya... kecuali untuk bau obat khas rumah sakit dan jarum infus yang menghiasi pergelangan tangannya. "Kau ingin bercerita padaku?"

"Pergilah, aku akan meminum obatku dan beristirahat." Yibo memalingkan wajahnya. Ia tidak suka dengan kepedulian-kesoktahuan-menurutnya dari dokter tersebut.

"Namaku Yubin." Yibo menatap sengit dokter itu. "Kau ingin ibumu atau ayahmu yang menemanimu?"

"Aku tidak punya keduanya."

"Kalau kekasih?"

"BISAKAH KAU DIAM KEPARAT?" Yibo berteriak. Dokter itu melakukan kesalahan besar, kenapa ia harus mengingatkannya pada Xiao Zhan. Kenapa ia harus ingat lagi pada pemuda itu?

Yubin masih betah tersenyum. Ia membelai kepala Yibo, membuat remaja itu mendapatkan rasa nyaman. Yubin tak membentaknya balik seperti yang biasa orang orang lakukan jika ia berbicara kasar. Yubin itu sedikit berbeda. "Apa kau benci kebohongan?"

"Semua orang berbohong untuk bisa bertahan." Yubin memperoleh kebenaran, Yibo itu anak yang sangat cerdas. Dia anak yang tumbuh di lingkungan dimana ia harus belajar semuanya sendiri. Yibo juga anak yang pengertian, tapi ia sendiri kurang bisa memberi orang lain perhatian karena ia tak mengerti bentuk perhatian yang tulus.

SPECTRUM (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang