09 (end)

2.3K 223 61
                                    

"Dimana mobilmu?" Yibo berlari ke sana kemari di tempat parkir hotel yang menjadi tempat acara keluarga Zhao itu dilaksanakan. Dia masih sibuk menarik Xiao Zhan, mengikuti kemanapun langkahnya. Xiao Zhan merogoh saku celananya, menekan tombol dan membuat mobilnya berbunyi biip. Yibo segera membuka pintu mobil itu, mendorong Xiao Zhan kasar di kursi penumpang dan dia mengambil alih setir.

"Kau kasar sekali!" sungut Xiao Zhan memajukan mulutnya.

BRUUKK—

Xiao Zhan terdiam ketika Yibo memepatkan tubuhnya ke pintu mobil di belakangnya, menciumi bibirnya dengan ganas. Xiao Zhan tak ingin menutup matanya, ia melihat wajah Yibo yang sedang melumat bibirnya dengan mata terpejam. Ia takut ketika matanya menutup, Yibo menghilang dan ia kembali berhalusinasi tentang pria itu.

Yibo melepasnya kemudian, membingkai wajah Xiao Zhan dengan tangannya. "Aku—"

"Kau merindukanku?" Xiao Zhan memotong kata kata Yibo. "Ya! Aku sangat merindukanmu seolah rasanya aku siap mati jika aku bisa melihatmu. Aku mencintaimu, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku! Maafkan aku!" biarlah Yibo mengatainya seperti wanita atau apa. Dia hanya ingin Yibo di sini, dia tak peduli lagi harga dirinya yang menangis di depan Yibo. Dia tak peduli apapun asalkan Yibo berjanji akan bertahan di sampingnya.

Xiao Zhan terisak, menangis sekencang yang bisa di hadapan Yibo. Agar Yibo bisa melihat, betapa ia terluka, betapa ia tak bisa hidup tanpa Yibo di sampingnya. Ia merindu hingga sesak rasanya. Ia ingin menangis hingga air matanya kering agar Yibo sakit hati. Bukankah Yibo bilang ia benci air mata Xiao Zhan? Kalau begitu lihatlah air mata itu dan sakitlah, agar Yibo tetap tinggal.

"Aku tidak akan meninggalkanmu." Yibo menghapus air mata yang terus mengalir itu dengan jemarinya. "Berhentilah menangis Sean! Kau terlihat jelek."

"Kau akan meninggalkanku karena aku jelek."

"Tentu saja. Aku bisa dapatkan apa yang aku mau." Xiao Zhan menjitak kepala Yibo keras.

"SIALAN KAU!"

"Dasar cengeng! Kau seperti wanita." Yibo kembali dengan nada sing a songnya.

"Jika aku wanita, mungkin kita tak akan sesulit ini." Xiao Zhan tahu Yibo adalah penerus Liu. Liu tidak akan membiarkan siapapun merusak pewaris mereka.

"Jika kau bisa menjaga mulutmu, semua akan mudah." Yibo berdecak. Ia menjauhkan wajahnya dari Xiao Zhan. Ia duduk di kursi kemudi dengan benar, menemukan sebungkus rokok yang biasa ia hisap di dashboard mobil Xiao Zhan. "Kau merokok?" Yibo bertanya.

Xiao Zhan diam saja. "Aku minta maaf, padamu dan Sehun."

Yibo memukul stir mobil Xiao Zhan kuat, membuat Xiao Zhan berjingkat takut. Dia menyulut rokok itu dan mulai kembali menghisapnya. "Aku tidak akan membelamu karena ini salahmu." Yibo berkata. Ia melajukan mobilnya.

"Kau ingin aku di pukul oleh Sehun?"

"Kau takut? Dia kan bawahanmu."

"Dia ayahmu."

"Karena dia ayahku, dia akan memukulku." Yibo menambah kecepatan mobilnya.

"Kalau kau lebih cepat dari ini kau akan membunuh kita."

"Biar saja, kalau tidak bisa hidup bahagia, kita mati bahagia."

"Kau edan!"

"Aku juga mencintaimu."

"YIBO!"

"Ya!"

"HENTIKAN!"

CKIITT—

SPECTRUM (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang