Terkadang yang terasa ilusi,
adalah kenyataan yang harus
di cerna kembali._____________
"ANISS, BANGUNN" Suara itu terdengar jelas bukan bagian dari mimpi semalam.
"Ayo, berangkat. Pak Dewangga di depan pintu. Mana barangmu yang mau dibawa? Biar Pak Dewangga yang bawa." Aku sayup-sayup terbangun, mendengar celotehan Jihan.
"RENGGANISSS", suara itu benar-benar membangunkanku.
"BANGUN APA SAYA GENDONG?" Itu suara Pak Faizal,
Aku segera bangun menatap Pak Faizal yang sudah rapi dengan jaket abu-abu, kaca mata hitam yang bertengger di hidung, dan celana jins yang tampak necis. Aku tersenyum dan sadar bahwa dia bukan pangeran.
Aku terbangun dari karpet hijau tua, lalu bertanya "jam berapa pak?"
"Jam setengah dua belas, ayo bangun nanti keburu subuh."
"NATHANN," teriak pak Faizal
Laki-laki berkaca mata itu datang, membawa dua ransel milikku dan milik Jihan. Kondisi ruangan lab tampak ricuh padahal jam menunjukkan pukul 11.28, aku masih terduduk di karpet hijau tua. Membuka mata dan menatap lagi laki-laki berkaca mata dengan dua ransel.
"Iya pak," jawab Nathan.
"Ayo gendong Rengganis. Keburu subuh, nanti malah sampai sana gak tepat waktu." Ucap Pak Faizal dengan tangan berasila di dada.
Aku menatap tajam pak Faizal dan Nathan yang semakin mendekat, "Aku sudah bangun ehhh..."
"Makanya buruan," kata Nathan lalu melenggang pergi.
Jihan menyeretku masuk ke kamar mandi, memberikanku pakaian ganti, dan setelah selesai dia memberiku dua porsi mie instan.
"Dua?" tanyaku.
"Kata Pak Dewangga, kamu gak bakal kenyang kalo cuma makan satu porsi. Itu jatahnya Nathan."
"Lho, Nathan gimana?" Seraya kulirik kearah Nathan yang sedang berbincang dengan Khafid.
"Dia gak makan diatas jam sepuluh katanya,"
Pak Faizal datang ke lab menyuruh kita berempat segera turun, akupun turun membawa dua cup mie instan yang 'agak' panas. Jihan turun lebih dulu, karena ingin mengambil hodie merahnya di loker. Di dalam lift, tiba-tiba Nathan mengambil dua cup mie instan yang ku bawa. Membawanya sampai lantai dasar tepatnya di depan Honda BRV berwarna merah.
"Nanti lo malah ngerepotin Jihan,"
'Oalah, iya juga ya.' Batinku
"Oke, makasihh"
Dia Nathan, laki-laki aneh yang menyukai teman sekamarku. Tapi enggan langsung berkata. Memang gila, cintanya tidak wajar. Atau mungkin, hanya rasa kagum biasa. Cinta lintas keyakinan memang sulit, apalagi mereka adalah manusia yang taat kepada Tuhannya masing-masing. Mana mungkin salah satunya mau mengkhianati cinta Tuhannya hanya untuk cinta kepada manusia.
Jam menunjukkan pukul 12.00 tiba waktunya untuk benar-benar bersiap menempuh perjalanan darat yang kadang membuat mual dan pusing. Tapi harus tetap bertahan demi melanjutkan proposal yang sudah setengah jalan.
Aku dan Jihan masuk ke BRV merah itu lalu duduk dibangku tengah bersama Bu Arleta, sedangkan di depan ada pak Faizal yang menyetir dan Pak Dewangga si pemilik mobil yang memilih menjadi pemandu. Di belakang, terdapat dua bangku yang diisi oleh Khafid dan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SHORTSTORY]
Misterio / Suspensorank. #2 suatu (27Oct2021) #8 penuh (27Oct2021) #35 kota (27Oct2021) #6 penuh (29Oct2021) #19 kota (29Oct2021) ____________________________ "Memberimu pengertian bukan tugasku, memberimu hati bukanlah keahlianku. Tapi, bagaimana jika tugasku adalah...