5# Hospital

10.5K 975 18
                                    

*
*
*
Dokter mencoba memeriksa pergelangan tangan Riana. Memberinya obat salep dan memulainya untuk di perban.

Suster yang hanya diam di ruangan itu tidak bisa berbuat apa- apa, karna Dokter itu menyuruhnya untuk diam di tempatnya. Dan entahlah ada apa dengan Dokter itu? Kenapa dia tidak menginginkan lagi Susternya.

"Bagaimana bisa nona pertama mendapatkan memar di tangan, pria mana yang tega lakukan ini kepada anda nona? Sangat di sayangkan gadis cantik seperti anda di perlakukan kasar." Dokter gagah, muda, tampak playboy merayu Riana.

Riana sendiri menyukai sentuhan di tangannya, matanya tertutup menikmati setiap belayan di tangannya yang sakit saat Dokter itu mengelus lebih tangan Riana yang sudah di perban.

Namun tiba-tiba saja suara deheman sedikit menggangu mereka. "Maaf mengganggu Dokter! jika sudah selesai, saya akan membawa Nona saya kembali." Pria paruh baya yang menjaga Riana tampak tidak suka dengan Dokter itu.

Mata Riana terbuka ada senyum sedikit memandang Dokter itu. "Terima kasih dokter sudah merawat tangan saya, yah mungkin dimasa depan kita bisa menjadi kawan." Riana menatap serius menunggu jawaban dari Dokter itu.

Tapi Dokter itu di ada respon ia hanya menunjukkan senyumnya saja dan memberi kartu nama miliknya pada Riana.

Di mobil Riana tampak melamun menatap atap mobil, dia sedari tadi memikirkan bagaimana takdirnya bisa berubah.

Riana berfikir hanya mengulang lagi ke jadian di masa lalu, pasti orang- orang itu tidak akan menjadikan dirinya sebagai target seperti hari ini.

Namun salah, kenapa dia bisa bertemu dengan Pavlo lagi dan mendapat masalah seperti sekarang.
Riana berguman dan dapat didengar oleh Supir yang membawa mobilnya. "Apakah aku harus pindah sekolah?"

Pria paruh baya yang sedang fokus di jalan tiba-tiba berkata, "Kenapa Nona mau pindah? Maafkan saya Nona, apakah ada yang membully anda hingga tangan anda seperti ini?" Supir itu bertanya.

Riana tidak ingin menjawab supirnya, dia sangat tidak konsen saat ini. Pikirannya kacau, ada perasaan takut yang menghantuinya, seperti kejadian masa lalu akan terulang lagi.

Hari sudah menjelang malam, bagimana tidak, Riana baru tiba dirumah dan semua kelurganya sudah berkumpul di ruang keluarganya.

Ke dua pamannya beserta neneknya di duduk menikmati makanan mereka. Riana memang sengaja pulang malam, ia sempat menyuruh supirnya untuk mampir dijalan, ia ingin tidur didalam mobilnya.

Hingga pukul tujuh malam Riana baru terbangun dari tidurnya, Riana memang sangat lelah tapi jangan lupa, disaat Riana tertidur supir itu sudah lebih dulu melaporkan kondisi nonanya pada tuan besarnya.

Riana yang memasuki rumahnya itu tampak acuh tak acuh menaiki tangga, semua orang yang duduk di sana tercengang melihat Riana berjalan seperti orang lain, nenek Riana yang tidak suka di abaikan , tiba-tiba ia berteriak kasar kepada Riana.

"Hay anak sialan dimana sopan santunmu, kenapa kau tidak mengucap salam dan memberikan hormat kepada kami!" teriak Baya nenek Riana.

Semua orang terdiam mendengar nenek mereka marah terhadap gadis yang tidak memberikan hormat kepadanya, neneknya mem-perlihatkan kebencian terhadap Riana.

Riana yang naik ke tangga tiba-tiba berbalik kasar memandang semua orang yang duduk di bawa.

Ia menatap remeh keluarga Ayahnya, dimana suatu hari nanti orang-orang inilah yang akan membunuh Ayah dan kakaknya, Riana menegakkan bahunya kepala nya terangkat seperti ia adalah Ratu yang berdiri di anak tangga.

Nafas Riana bergemuruh menahan emosi yang sudah dia pendam, tapi ia mencoba untuk mengendalikan emosinya. Mencoba terlihat dingin memandang semua orang di bawah sana.

Satu tangan Riana meremas memegang tangga. Sakit di pergelangan tangannya kini digantikan dengan sakit hatinya memandang semua orang di bawah sana.

Riana mengangkat satu alisnya dan berkata, "Apa yang ingin kau coba katakan wanita tua, ah maksudku ibu tiri dari Ayahku." Riana tersenyum memandang neneknya remeh.

"Riana jaga ucapanmu! menapa kau seperti ini! Dimana sopan santun mu." Ayah Riana membentak, ia tidak terima ibu tirinya di perlakukan seperti itu.

Riana memandang ke dua Paman nya sedang mengepal tangannya kuat, paman ke duanya seperti ingin menyerang Riana.

Meski begitu target Riana adalah neneknya. "Ada apa nenek, apakah sekarang kau gila kehormatan?" Riana tersenyum mengejek, dia bersikap kurang aja pada orang yang lebih tua dari pada dirinya.

"Persetan dengan anak mu Simsom," geram Paman kedua yang sebentar lagi akan menyerangnya.

Riana tidak mau kalah, "Kenapa paman ke dua tidak menikah saja agar tau bagaimana rasa memiliki anak setan seperti ku." Riana bernada tinggi menatap dingin orang yang berada di bawahnya.

Tiba- tiba ibu tirinya teriak seperti tidak terima dengan perkataan Riana,
"Riana ibu mu ini sudah muak dengan dirimu, kenapa kau menjadi jahat seperti ini, seharusnya kamu berterima kasih kepada Nenek dan Paman mu, karna mereka datang kesini untuk menjenguk mu," jelas ibu tirinya.

"Oh yah, sebaik itukah, ini baru pertama kalinya aku mendengar ada orang yang menjengukku... Yah yah, tapi Ibu tiri ini baru pertama kalinya yah kau membela paman kedua. Apakah ada sesuatu?!" sindir Riana.

Espresi wajah semua orang seketika berubah, wajah Paman ke 2 dan juga ibu tiri Riana memucat.

Hingga neneknya terjatuh di lantai seperti kesehatannya terganggu, Riana tau betul, bahwa orang tua itu tidaklah memiliki riwayat sakit, dia sengaja berbuat seperti itu untuk menghentikan pembicaraan yang berujung jebakan.

Semua orang tampak panik mengangkat nenek tua itu, dan paman ketiganya mencoba memanggil Dokter untuk memeriksa ibunya. Tapi di sisi lain Riana sudah pergi dari sana memasuki kamarnya.

"Ibu kau baik-baik saja?!" Simsom tampak khawatir kepada ibu tirinya.

Paman ke tiga memukul pundak Simsom. "Kakak sebaiknya kau harus memberi pelajaran anak mu yang tidak sopan itu, bagimana jika dia ibu kita terbunuh karna struk." Samsim mulai mempengaruhi Simsom.

Simsom membantah, "Tidak kakak, sekarang aku senang dia sudah dewasa dia menunjukkan kekuatan dirinya yang lemah dulu,

aku yakin pasti ada sesuatu sehingga dia seperti ini, tolong maafkan dia! ini pertama kalinya dia seperti ini. Kemarin-kemarin dia tampak pemalu dan takut. Percayalah Samsim." Simsom membela anaknya.

Paman kedua yang bernama Samsum menatap Simsom tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Simsom tampak membela anaknya sekarang.

Ibu Sonia mengganggu pembicaraan mereka, "Tapi Suami___dia sudah membuat ibu menjadi sakit seperti ini, oke mungkin saat ini ibu sudah baikan, tapi bagaimana dengan kedepannya." Ibu Sonia menatap Simsom pilu, ia seperti ingin mendapatkan ke adilan, ia sangat membenci Riana akan sikapnya tadi, dimana simsom hampir saja curiga padanya.

"Tidak istriku, aku pastikan ini yang terakhir kalinya dia seperti ini, tolong maafkan dia! Apa kamu tidak melihat hari ini tangannya terluka,

aku yakin lagi ada yang menganiaya anakku di sekolah." Simsom menunduk merasakan gunda di hatinya, ada perasaan bersalah untuk anak keduanya, sebenarnya ia sudah dari dulu tau bahwa anaknya sering di bully di sekolah, tapi ia sering tidak ingin tau tentang anaknya itu.

Tapi melihat anaknya tampak kuat sekarang, membuatnya menjadi takut, dia takut bahwa suatu saat nanti anaknya sendiri yang akan menghancurkannya. Yah bisa dikatakan bahwa dia adalah Ayah yang Egois.

BETRAYED TO DEATH [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang