Terbiasa

13 2 1
                                    

Happy Reading!!!


"Hai!" sapa laki-laki bertubuh jangkung tepat dihadapannya.

Sontak saja perempuan yang membaca novel tersebut berjengit kaget. Ia lantas melirik laki-laki tersebut lalu mendelik kesal.

"Kebiasaan" ucapnya kurang jelas.

"Hah?"

"Apa? Apa?" ucapnya mendekatkan telinga.

"Ish, tau ah!" ucap perempuan tersebut lalu beralih akan beranjak.

Namun baru saja akan beranjak, laki-laki tersebut menahan pergelangan tangannya.

"Apaan sih Ndra!, Aku lagi gak mau diganggu." ucapnya kesal karena selalu diganggu dengan manusia bernama Indra tersebut.

"Nanti kamu pulang sendiri ya," ucapnya dengan nada memelas.

"Nadia lagi?" tanya perempuan dihadapannya seakan sudah hapal bahwa alasan laki-laki tersebut selalu membatalkan acara mereka berdua adalah karena Nadia yang selalu banyak drama dan selalu ingin diantar pulang.

"Iya, gapapa ya?, Minggu depan aku janj-"

"Gapapa, aku masuk ke kelas dulu" ucapnya memotong.

Kemudian perempuan bernama Laura tersebut masuk ke kelas dengan wajah tertekuk. Ia sedikit membantingkan novelnya ke meja hingga membuat sahabatnya yang sedang asik melamun itu kaget.

"Boneka mampang itu lagi?" tanya sahabatnya seakan tahu tidak ada hal lain yang membuat mood sahabatnya tiba-tiba rusak saat di sekolah itu.

Sedangkan Laura hanya membalas dengan deheman.

"Yaampun Laa, kan udah dibilang. Lo jangan pernah mau nerima laki-laki yang belum selesai sama masa lalunya. Apalagi dia yang tiba-tiba ngeklaim Lo sebagai pacarnya. Dih! Sape lu!" ucap Nara kesal.

"Padahal dia udah janji mau nemenin gue beli boba pulang nanti" balas Laura seakan menulikan pendengarannya terhadap ucapan sahabatnya barusan.

"Dih!" balas Nara yang sudah sangat kesal.

Jika dihitung menggunakan rumus matematika pun kesabaran Nara mungkin akan menjadi lambang tak hingga. Ia sudah berulang kali memberi tahu sahabat dari  SMP itu agar berhenti menjalin "komitmen" dengan laki-laki yang gagal move on itu. Namun lagi dan lagi Laura selalu mengelak. Ia yakin suatu saat Indra akan berubah dan memfokuskan dirinya pada Laura tanpa bayang-bayang sang mantan.

"Yaudah iya, ntar gue yang nemenin Lo beli boba." ucap Nara final.

"Makasih Naraaaaa!!"

"I love youuuuu" ucapnya memberikan finger love yang dibalas gerakan seakan ingin muntah oleh Nara.

Laura dan boba adalah dua hal yang sulit terpisah kan. Jika dimana ada Naura, maka ditempat itu akan ada kios boba. Entah yang yang sudah memiliki nama ataupun yang menyatu dengan pop ice, bagi Laura boba adalah boba. Bukan larutan airnya, tapi kekenyalan bobanya yang ia cari.

Sedangkan bagi Nara, semua boba sama saja. Sama-sama berbentuk bulat, sama-sama bisa dimakan dan ditelan. Dan bagi Nara boba adalah Cilok versi gula aren.


Insyaallah update tiap hari Sabtu/Minggu.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BELUM USAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang