8O% ' Salon salonan

2.5K 576 117
                                    

BRAKK

Pintu dibanting dengan keras menunjukan bocah pendek dengan wajah angkuh memasuki ruangan.

Sontak para insan yang berada di dalam kini menengok kearah pintu yang terbuka dimana sosok bocah kematian berdiri diambang pintu.

Bahkan salah satu mereka memasang wajah was was.

"Dunia kali ini sedang tidak baik baik saja." Gumam salah satu dari mereka melihat kearah dimana (name) berada.

"Kau pikir anak Shin itu apa sampai berfikiran seperti itu." Ucap pemuda berambut perak memukul kepala temannya.

Hening melanda sampai sang bocah membuka suara memecah keheningan.

"HALO WAHAI OM OM TAMPAN." Teriak (name) ceria mengundang cemoohan luar biasa.

"Aku masih sekolah."

"Aku pulang deh."

"(Name) sakit lagi ya?"

"Shin anakmu sakit."

(Name) mengeryit kening menutup pintu bengkel milik sang ayah dengan cepat.

"Gaboleh pulang! kita main!" Pekiknya senang berjalan dengan dengan ceria bagai dihiasi bunga bunga bermekaran.

Dua kata terakhir membuat para insan disana terdiam kaku, menutup labium masing masing.

(Name) berdiri tepat dihadapan para insan tersebut mengetuk bibir beberapa kali.

"Kita main apa ya . . um." Ia menatap satu persatu insan itu kini.

"Ah iya salon salonan!" Pekiknya girang, ia membawa beberapa kotak make up milik Emma yang ia curi tadi

Semua memasang wajah kaget juga tertekan kini.

"T-tidak aku punya urusan." Pria bermata tajam hendak berdiri namun keburu di dorong oleh sang bocah.

"Koko kan pengangguran, jadi diam disini." Suruhnya membawa Koko kembali duduk pada sofa.

Disebut pengangguran ia tidak terima, "Walau gitu aku banyak uang."

Ucapnya sombong menjulurkan lidahnya dengan cepat.

"Oh, yasudah ayo main kaya dulu kita bakar uang Koko saja." Ia hendak mengganti acara bermain namun sontak dibalas pelototan dari sang pemilik nama.

"T-tidak tidak, s-salon salonan saja." Ucapnya gagu menggelengkan kepala.

(Name) menggedikkan bahu tidak peduli, lagian kalau bakar uang mana berani dia, kapok pernah di marahin Shin sampe sejam duduk dilantai.

Jemari mungil itu membuka kotak make up milik Emma dengan manik berbinar "Woah!"

Namun jemari berhenti menggenggam satu barang berbentuk telur.

"Ini apa?" Ia berbalik menunjukkan barang yang ia temukan tadi.

Semuanya mengeryit bingung.

"Telur?"

"Telur Hiu?"

"Bego mana ada hiu bertelur!"

"Yasudah telur mu."

"Dih menjijikan."

"Itu busa?"

Tanya Seishu menanyakan jawaban yang paling waras.

"Kayaknya?"

"Mungkin."

(Name) mengedikkan bahu membuang busa tadi kesembarang arah mengambil bedak.

DAUGHTER • shinichiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang