"Jalani seperti biasa, rasakan seperti biasa karena mau bagaimana pun tak ada yang peduli"
-LENZIO AKMALEON-
Kini lelaki dengan surai pirang yang menutupi keningnya tengah berjalan menuju SMA Taruna, sekolahannya. Dengan sepatu hitam polos yang sudah sedikit robek dibagian depan ia berlari, dia sudah tak memikirkan pandangan orang lain yang sedang menatapnya. Yang terpenting bel sekolah akan berbunyi 10 menit lagi."Semoga gak telat" batin Lenzio
Lelaki itu sudah sangat khawatir akan telat, pasalnya ia sudah 5 kali berturut turut telat masuk kelas.
Lenzio mengambil handphone di saku celana miliknya sembari tetap berlari, ia memperhatikan jam yang tersemat di lock screen, kini jam telah menunjukkan pukul 7.09. Sedangkan gerbang akan di tutup pukul 7.15.
Bagaimana ini? Lenzio sangat kebingungan, ia belum mengambil setengah dari jalan menuju sekolahnya.
Ditengah kebingungannya tiba-tiba ada motor yang berhenti tepat di depan lelaki tersebut. Setelah pemilik motor itu mematikan kendaraan dan melepas helmnya, hal tersebut membuat Lenzio menatap penuh heran.
"Heh, lo!" Michele memanggil dengan tatapan tak bersahabat seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah Lenzio.
"Kamu manggil aku?" Lenzio bertanya kepada gadis di hadapannya yang sedang menatapnya sinis.
"Lo lari lari juga gak bakalan tepat waktu masuk sekolah," remeh Michele.
Lenzio kembali memperhatikan jam yang terpampang di layar ponsel akibat perkataan Michele. Tapi menurut lenzio apa yang di katakan gadis itu memang benar adanya.
"Michele aku boleh gak berangkat sama kamu?" Dengan percaya dirinya ia meminta bantuan kepada Michele.
"Apa? Gua gak denger nih. Lo minta tolong ke gua?" Michele tertawa meremehkan.
"Boleh gak? Aku perlu bantuan kamu karena aku bisa telat kalau kaya gini," lelaki itu mengatupkan kedua tangan nya memohon.
"Mohon lagi coba," Michele menaikan satu sudut bibirnya.
"Aku mohon.." lenzio kembali memohon.
"Lagi!"
"Aku mohon banget Michele nanti aku ganti uang bensin kamu," lenzio terus meyakinkan michele agar gadis itu memberinya tumpangan.
"Tapi nih ya gua itu gak kayak lo yang miskin. Gua gak butuh uang bensin," Michele kembali berekspresi datar.
"Aku mohon.."
"Hahaha.. segitunya banget ya lo. Itu salah lo sendiri juga, ngapain gak pake sepeda yang biasanya. Terus bangun pagi juga, bego! Dasar gak punya otak. Lo tu beban tau gak?" Michele tertawa puas karena menurutnya dengan lenzio memohon seperti ini menjadikannya dia tak berharga di mata gadis itu.
"Ya udah gua kasih tumpangan," Michele menaikan satu alisnya ketika melihat raut wajah lenzio begitu bahagia.
"Makasih banyak Michele."
Ketika lenzio mau naik ke motor milik Michele justru gadis itu telah menancapkan gas nya terlebih dahulu.
"HEI MICHELE AKU BELUM NAIK!" Pria itu berteriak memberi instruksi.
Namun bukannya berhenti, gadis itu semakin mempercepat kecepatan motornya. Lenzio mengembuskan nafas gusar.
Lalu sekarang bagaimana? Ia yakin bahwa sekarang bel benar benar telah berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Hujan
Teen FictionPria itu bernama Lenzio Akmaleon. Lelaki yang tak pernah diharapkan oleh semua orang dan selalu di kucilkan. Kini ia menginjak usia 17 tahun, ia pikir masa muda nya akan terisi oleh teman teman yang baik di sekolahan nya. Namun pemikiran itu sangat...