04

144 21 10
                                    

"Serius mau pergi?"

Kau menatap jam tanganmu dan menghembuskan napas secara kasar. Sepersekian detik matamu melirik matahari yang hampir tenggelam di ujung barat.

Dirimu harus bergegas pergi dari pelabuhan ini, karena kau baru saja sadar: bahwa tak ada satupun jadwal keberangkatan perahu menuju pulau terpencil yang menjadi destinasimu.

Benar. Kau baru saja ditipu oleh sebuah aplikasi akomodasi yang menawarkan tumpangan secara gratis. Menyebalkan sekali. Padahal dirimu adalah pelajar yang tengah menempuh gelar sarjana dua, lantas kenapa bisa semudah ini ditipu oleh aplikasi bodongan?

"Kenapa baru bilang sekarang?" ekspresimu tertuju pada seorang pria di hadapanmu. Tampangnya memelas seolah tak ingin ditinggal pergi. Namun, ialah yang membuat rasa bosanmu hilang sehingga kau lupa waktu.

Tapi, apakah wajar seorang Kita Shinsuke menemani dirimu dari pukul sembilan pagi sampai pukul empat sore?

Entah dirimu yang mudah diajak berbicara atau Kita Shinsuke yang berperangai lembut, kau dapat menumpahkan segala yang ada di benakmu padanya hari ini. Mungkin juga karena, Kita adalah sosok yang selalu berusaha untuk menghargai lawan bicaranya, meski yang dibicarakan tidak terlalu penting.

Sayangnya, kau harus segera berpisah di pelabuhan ini.

"Biar kuantar."

"Maaf?" alismu berkerut, merasa tak nyaman dengan gaya bicara Kita yang cenderung memaksa.

"Tujuanmu ke desa Shiromishi, 'kan? Biar aku saja yang antar."

"Kenapa? Bukannya hari sudah malam? Kita-san harus segera pulang ke rumah. Kasihan, istri Anda menunggu," bibirmu tersenyum kecut. Hatimu sedikit teriris dan merasa berdosa telah melampiaskan kekesalan pada pria berwajah polos ini.

"Uh, tenang saja. Meski aku benci mengatakannya, kebetulan aku tinggal di desa itu juga."

Kau tertawa kecil dengan tangan yang menutup sela mulut, dan Kita menyadari itu, "Apanya yang lucu?" ketusnya. Dirimu pun hanya mengibaskan lengan sebagai respon.

-

"Ayo naik."

Usai melakukan adu mulut yang cukup menghabiskan waktu, kau pun berakhir menganggukkan kepala dan mengangkat koper abu-abumu menuju perahu Kita Shinsuke.

Dengan segera Kita mengulurkan tangannya padamu. Sesaat dirimu memiringkan kepala. Setelah paham dengan situasi, tangan kecilmupun buru-buru menggenggam tangan milik Kita yang cenderung lebih besar dan berurat.

" ... Kopermu, bukan tanganmu."

Kita Shinsuke pun tertawa kecil dengan kelopak mata yang menyipit, dan dirimu pun terpaksa menertawai kelakuanmu sendiri yang terlampau percaya diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SNOLLYGOSTER, shinsukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang