02

170 34 5
                                    

Bongkahan awan kelabu nan berjalan lirih merupakan atensi yang berkubang di benakku saat ini.

Sekarang aku paham, mengapa sang angin mendadak tak berdesir tujuh menit silam. Awan mendung yang sertai larutan lembab merupakan penggantinya. Sedangkan, sang angin tengah bersiap tuk menerpa gelombang laut lebih curam.

Astaga, mana mungkin aku yang mungil ini bertekad menyebrangi samudra jikalau cuaca tak merestui.

"Walau mendung, belum tentu hujan berkunjung."

Aku menoleh.

"Cuaca disini emang gitu. Kamu sebagai turis jangan gampang percaya sama ramalan cuaca ya," pria itu berujar, dengan nada ketus yang tersirat. Alhasil netraku mendelik kaget, buru-buru badan kugeser dengan jarak sebelas jengkal lebih jauh dari pria itu.

Selanjutnya, mulutku terbuka, meski sedikit waswas, harga diriku sebagai wanita muda mendadak bergejolak, pokoknya aku harus membela diri.

"Aku bukan turis."

Sekarang, giliran manik hazelnya yang menoleh. Berpantulan dengan netra hitam pekat milkku.

Disaat kami sibuk memperkenalkan diri, "Aku ... mahasiswa jurusan sosiologi. [Fullname] desu,"

Disaat itu pula, aku menemukan Kita Shinsuke yang kelak kujadikan narasumber baruku.

SNOLLYGOSTER, shinsukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang