chapter 9

254 47 3
                                    

{Happy reading}
>>>_________________________<<<


Nayra membeku, tatapan nya tak dapat beralih dari sosok itu. Netra nya telah terkunci, ingin sekali gadis itu berteriak namun lidahnya kelu.

Sosok itu melangkah maju, mendekat ke arah Nayra yang tak bergerak sedikit pun. Hingga jarak diantara mereka hanya tinggal selangkah,

"S-siapa kamu?" Ujar Nayra dengan bibir gemetar mencoba mengeluarkan suaranya yang terasa berat.

"Kau...bisa melihatku?" Tanya sosok itu, Nayra lantas mengangguk ragu.

"Tenang, tak perlu takut. Aku tidak akan melukai mu" ujarnya, namun tak memberi ketenangan apapun pada Nayra.

"Mau apa kamu? Kenapa kamu terus mengikutiku" tanya Nayra lagi, tanpa memalingkan pandangan nya.

"Biar kujelaskan, aku tiba-tiba berada di jalan raya, anehnya aku tidak ingat apapun dan aku menunggu di halte bus untuk meminta bantuan kepada orang-orang. Namun tak ada yang menggubris ku saat aku tengah bicara dengan mereka."

"Dan kamu...kamu menabrak ku saat ingin naik ke bus, saat itu aku sadar kamu satu-satunya yang dapat membantuku, jadi aku mengikutimu hingga saat ini...aku juga tak bisa jauh darimu, rumahmu ini selalu membawaku kembali kesini."

"Aku rasa, kematian ku ini ada kaitan nya dengan dirimu..." ia menjelaskan semuanya dengan detail, namun Nayra tidak dapat mencerna nya dengan baik.

"Satu lagi, terkadang aku bisa menyentuh dan terkadang tidak. Aku akhirnya mendapat jawaban bahwa jika aku yakin pada diriku untuk menyentuh apa yang ingin aku sentuh, maka aku dapat menyentuhnya....jadi saat kamu diganggu oleh Mark, itu aku yang membuka pintunya..."

Nayra mengerutkan dahinya, wajahnya jelas menggambarkan bahwa ia bingung dan tidak suka atas penjelasan nya. Gadis itu pun menghela nafasnya, ia memalingkan wajahnya sebentar lalu kembali menatap pria tersebut.

"Aku tidak bisa membantumu, sungguh. Jadi kumohon pergilah..." lirih Nayra ia pun menunduk merasa enggan menatap pria itu terlalu lama.

"Aku juga ingin...tapi tidak bisa. Aku akan selalu kembali kesini jika aku terlalu jauh darimu"

"Tapi apa yang bisa aku bantu? Aku gatau apa-apa. Semenjak ada kehadiran kamu aku jadi dihantui rasa takut setiap saat. Aku gabisa terus-terus an kaya gini." Nayra mencoba membantah ucapan nya, hingga tatapan pria itu berubah menjadi sendu.

"Bantu aku mencari tau namaku dan keluargaku, hanya itu aku janji...." tak ingin menyerah, ia mencoba mengatakan tujuan nya.

"Gabisa, aku gabisa. Aku gak tau apa-apa, kamu gapercaya itu?"

Pria itu diam terpaku, matanya tak teralih dari Nayra, terukir jelas bahwa Nayra ketakutan.

"Akan aku beri waktu, untukmu bisa menerimaku. Perlu kamu tau Nayra, aku tidak akan pergi jauh darimu bukan karena ingin, namun aku tidak bisa."

Nayra masih diam, ia hanya bisa terus berharap bahwa kejadian saat ini adalah mimpi nya.

Namun pria tersebut terlalu nyata untuk sekedar di anggap mimpi.

"Nayra, jangan dekati Mark lagi...dia benar-benar tidak baik. Tubuhmu bisa saja digunakan olehnya"
Seperkian detik setelah mendengar itu, Nayra terkejut, nafasnya terasa sesak, seperti sedang ada yang mencekik dirinya, ia tidak mampu berbicara sepatah kata pun.

Tanpa ingin mendengar jawaban dari gadis itu, Pria tersebut melenggang pergi dari pandangan Nayra.

Gadis itu menatapnya dengan tatapan nanar. Tak berniat untuk mengehentikan nya, tak ingin mengatakan apapun, semua hal yang terjadi padanya saat ini benar-benar tidak tercerna dengan baik.

"Wajah pria itu juga...kaya ga asing." Gumam nya masih dengan wajah bingungnya.

Gadis itu pun memutuskan untuk pergi dari sana, langkah kakinya membawanya masuk ke dalam kamar. Tak lupa menutup pintunya, Nayra melangkah ke arah pintuk balkon, menggeser pintu tersebut dan dingin nya angin malam langsung menusuk tubuh Nayra.

Alih-alih kembali kedalam, ia melanjutkan langkahnya semakin ke arah luar balkon. Hembusan angin kencang membuat pakaian dan rambut gadis itu berterbangan.

"Kira-kira apa alasan nya dia gabisa jauh dari sini" kalimat yang terlontar begitu saja, netra nya menatap ke langit, memandangi bulan purnama yang  bersinar sempurna.

"Dan soal Mark...bagaimana kalo perkataan dia bener?" Ada banyak sekali pertanyaan yang terlintas, pertanyaan yang ingin sekali ia ketahui jawaban nya.

Gadis itu menghela nafasnya, lalu tanpa diminta air mata yang sedari tadi hanya berlinang, menetes deras. Bahu gadis itu bergetar hingga dirinya tak lagi mampu menumpu tubuhnya. Ia terjatuh, dengan air mata yang tak berhenti.

Tangan nya bergerak menutupi mata nya, berusaha menahan air matanya namun hal itu sia-sia.

"Kenapa..." lirihnya, dengan suara yang terdengar pilu.

"Kenapa, semesta, kenapa!?" Dengan sekujur tubuh yang gemetar di iringi rintihan pilu nya.

Di pintu balkon, sosok pria itu menatap Nayra dengan lekat, ingin sekali ia memeluk gadis itu, mengetahui betapa seluruh jiwa bernyawa tak ada yang tulus padanya. Seakan semesta tak ingin ada bahagia di hidup gadis rapuh itu.

"Aku tau aku hanya membebani mu, tapi aku berjanji Nayra, aku akan membantumu jika semua orang merundungmu." Gumam nya, yang tidak didengar oleh Nayra.

Tiba-tiba, Nayra menghentikan tangisan nya. Ia seperti menyadari ada yang menatapnya. Gadis itu menoleh tepat ke pria tersebut.

"Kenapa lo masih disini!?" Teriak nya yang tidak diberi jawaban oleh pria itu.

Nayra pun berdiri, dengan langkah yang tertatih karena energi nya terkuras habis oleh tangisan nya. Ia mendekati pria tersebut.

"Ada banyak sekali pertanyaan yang pengen aku tanya ke kamu," ujar Nayra kepada pria itu, yang hanya di simak olehnya.

"Namun, mengingat bahwa kau pun juga ikut bertanya-tanya, aku mengurungkan pertanyaan tersebut." Gadis itu yang semula menunduk, kini menatap pria itu. Perlu mengangkat kepala nya sedikit karena tubuh pria ini yang lebih tinggi darinya.

"Entah siapa kamu dan mengapa engkau terjebak disini. Aku akan mencoba menerima mu." Kalimat tersebut membuat pria itu terkejut, binar diwajahnya terlihat meski ia tetap diam.

"Karena kau sendiri pun lupa akan nama mu, aku akan panggil kamu Aksa."

"Aksa?" Tanya pria itu, tak mengerti maksudnya.

"Iya, Aksa yang mempunyai arti jauh. Kamu itu jauh, kita udah beda dunia itu berarti sebenernya jarak antara kamu dan aku jauh. Hanya saja, tugas kamu disini belum selesai."

Aksa tersenyum, ia menatap mata Nayra penuh dengan makna indah, "Terimakasih, Nayra...nama yang indah"

"Sama-sama sa, biar aku ga terlalu takut sama kamu dan terbiasa. Aku harus manggil kamu layaknya kamu manusia..."

Lagi-lagi Aksa hanya tersenyum, ia tidak bisa menggambarkan betapa bahagia nya dia bisa bertemu dengan gadis ini, satu dari sekian banyak orang yang bisa memberinya harapan untuk kembali pulang ke tempat yang seharusnya.

"Nayra..." panggil aksa,

"Iya?"

"Aku selalu ada, dimanapun kamu berada. Itu sumpahku untukmu."








{To Be Continued}
>>>_________________________<<<

Hide And Seek -Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang