1.0

282 48 3
                                    

.
.
.
.
.
.

"woy bro, tumben lu ngajakin gue ketemuan di belakang sekolah. kenapa?" tanya Vino setelah sampai di depan Jeno dari rooftop tadi. Jeno lalu berbalik dan menatap Vino dengan tatapan tidak suka. Secara tiba tiba dia melayangkan satu pukulannya ke arah rahang Vino dan berhasil membuat Vino jatuh ke tanah.

Vino terkejut dengan apa yang barusan dilakukan oleh sahabatnya itu. Rahangnya terasa ngilu dan sudut bibirnya mulai mengeluarkan darah. "Jen lu kenapa tiba tiba pukul gue?!!"

Jeno lalu mendecih dan menjawab, "yang harusnya tanya tu gue Vin. Maksud lu apaan gak ngebolehin gue buat deket sama Qian???"

Vino lalu terkejut akan pertanyaan yang diucapkan oleh Jeno barusan. "gue bu--"

"Udah lah. Gue kira lu bakal selalu dukung apapun yang akan gue lakuin, tapi nyatanya lu malah kayak gini. Sialan lu Vin." Jeno memotong ucapan Vino, lalu meninggalkan Vino sendirian disana. "Jen, dengerin dulu penjelasan gue!!" seru Vino yang masih terduduk disana sambil tetap memegangi rahangnya yang masih nyeri.

karena Vino merasa jika seruannya tadi tidak di sahut oleh Jeno, dia lalu memutuskan ke uks untuk mengobati lukanya dan lanjut membolos tentunya.

saat dia dalam perjalanan ke uks, Vino tidak sengaja bertemu dengan Qian yang sepertinya sedang menuju ke kelas setelah mengembalikan buku ke perpustakaan bersama temannya, Leo. Qian tak sengaja menatap Vino yang berjalan melewatinya dengan bagian rahang yang lebam.

"Leo kamu ke kelas sendiri gapapa kan? aku ada urusan sebentar." tanya Qian lalu di angguki oleh Leo. Qian langsung saja menghampiri uks yang berada tepat disamping perpustakaan itu. dia lalu masuk kesana dan menghampiri satu persatu bilik disana untuk menemui Vino.

setelah sampai di bilik paling akhir, Qian berhasil menemukan Vino yang sedang duduk bersandar di atas ranjang uks sambil memainkan handphonenya.

"eum... kak Vino..?" kata Qian dengan pelan sambil menatap Vino yang masih saja bermain handphone. "kenapa?" tanya Vino dengan nada dinginnya dan tetap tidak mengalihkan pandangannya dari handphone yang berada di tangannya. "aku cuma mau bantu ngobatin lukanya kak Vino, takutnya nanti infeksi." balas Qian dengan suara yang tetap pelan.

Vino lalu mengangguk dan langsung meletakkan handphonenya ke dalam kantung celananya. Qian pun juga mengambil kotak p3k kemudian menghampiri Vino yang daritadi menatapnya.

"kak ditahan sebentar ya, agak sakit soalnya." tutur Qian sambil mulai menempelkan sebuah kapas yang sudah dia kucuri dengan alkohol untuk membersihkan luka di sudut bibir Vino.

"sshh.. aw.. pelan pelan Qi." ucap Vino sambil menahan rasa perih di sudut bibirnya akibat alkohol itu. Qian lalu mengangguk dan mengusap pundak Vino. "sedikit lagi kok kak, kurang di kasih obat merah." kata Qian yang masih telaten mengobati luka Vino.

saat lukanya sedang diobati, tanpa sengaja Vino memperhatikan wajah Qian yang tampak serius saat mengobati lukanya. terlihat sangat imut di matanya, karena Qian memiliki kebiasaan jika sedang serius dia akan mengerutkan kedua alisnya dan memajukan bibirnya. Vino juga dari tadi terus terus an salah fokus dengan bibir tebal Qian yang mengerucut itu.

"cantik.." tutur Vino pelan dengan tetap menatap Qian. Qian yang merasa Vino seperti sedang mengucapkan sesuatu langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke arah Vino yang sedang menatapnya juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet When it RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang