Cp. 10 Pasta In Private Room

513 85 6
                                    


"Sudah lama sekali aku tidak kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah lama sekali aku tidak kemari."

Daeho merenggangkan tubuhnya ke atas, bunyi - bunyi tulang terdengar dari tubuh yang terlalu lama duduk di ruang kerjanya itu. Matahari sedang cerah, penerus tahta itu berkunjung ke pelabuhan yang letaknya paling terpencil dan terluar dari kota keistanaan, dimana para nelayan dan kebanyakan orang yang sering merantau tinggal. Pelabuhan indah yang tersusun dari bebatuan berwarna terang, angin - angin laut yang berhembus menyejukkan daerah pesisir, deru ombak yang menabrak pembatas batu, segala hal disana membuat Daeho merasa segar kembali setelah berhari - hari berkutat dengan banyak pekerjaannya di ruangan tertutup.

"Hm?"

Matanya memicing pada sebuah objek kecil yang mengapung terbawa arus. Laut luas itu terhubung pada sungai besar yang kian mengecil jika semakin jauh, terhubungan pada danau dan pantai favorit dimana ke tiga belas temannya suka bermain. Objek itu terus bergerak dan memasuki sungai besar bersamaan dengan arus, dengan santai Daeho mengikuti objek itu pergi.

Sebuah botol kaca dengan kertas terus mengapung menjauhi Daeho yang mengikutinya,  hingga sungai itu kian mengecil dan memasuki daerah hutan yang menembus menuju pantai tebing, botol itu akhirnya diam tersangkut diantara batu pijakan di tengah sungai.

Dengan lihat Daeho melompati batu pijakan sungai itu dan mengambilnya, mengangkat botol itu tinggi hingga terkena cahaya dari sela dedaunan hutan. Sebuah kertas kecil terlihat di bagian dalam bawah botol, sebuah kaligrafi tunggal huruf 'D' terlukis indah di sana.

Wajah si penerus tahta seketika menjadi datar, kembali melompat menuju sisi sungai, memukul botol kaca itu hingga pecah, Daeho mengambil gulungan surat itu seperti yakin jika botol dan isinya memang tertuju untuknya. Daeho duduk bersila di tanah, tak peduli dengan celana abu - abunya yang akan kotor, ia membuka gulungan surat berwarna cokelat kusam, matanya membaca dengan teliti setiap kalimat yang tertulis didalamnya.


Hai, lama sekali kita tak mengobrol.

Aku tak begitu suka berbicara melalui surat, aku yakin kau tahu. Tapi aku tak tahu cara lain untuk berpesan padamu tanpa ketahuan, hanya surat dalam botol ini yang bisa kulakukan tanpa terdeteksi, lagi pula aku yakin kau pasti mengenali kaligrafiku, Daeho.

Singkat saja dan ke inti, aku butuh bantuanmu.



Daeho membaca sisa surat dengan teliti dan wajah yang semakin tajam nan datar, sunyi mengelilingi sekitarnya, aura mencekam terus menyebar, cukup kuat untuk membuat hewan - hewan kecil menjauh darinya.



Aku merindukanmu, Daeho.

- J

Then and Now - Second Season ; [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang