Merasa Beruntung

5.8K 79 3
                                    

Namanya Fatikha Rahmawati, biasa dipanggil Tika, usianya 20 tahun, seorang mahasiswi kedokteran. Wajahnya manis, bukan kategori cantik, tapi termasuk good looking. Badannya sedang, tak kelihatan kurus atau gemuk dengan pakaiannya yang longgar dan cukup panjang walaupun tak berjilbab. Bawahannya selalu di bawah lutut, baik itu rok atau celana yang sama sekali tak ketat. Dan jangan tanya ukuran ini itu! Aku sama sekali tak tahu apa-apa. Apalagi sampai menyentuh.

Kami pacaran biasa-biasa saja. Tika tak pernah mengizinkanku menciumnya apalagi yang lebih. Dia cukup sopan untuk hal-hal kesusilaan. Sikapnya yang disiplin ini sangat membantuku mengendalikan gejolak nafsuku. Karenanya sungguh aku beruntung di zaman ini aku masih bisa menjadi lelaki yang menjaga norma, tidak pernah "menyentuh" perempuan sebelum menikahinya.

Dan aku Zacky Putra Pratama, dengan berbagai varian nama Zaki, Jeki, atau Jacky yang biasa ditujukan kawan-kawan padaku. Aku adalah anak pertama di keluargaku, seorang mahasiswa arsitektur 22 tahun, dan menjadi pacar Tika yang selalu bercita-cita menjaga hubungan yang bersih, tidak ngapa-ngapain dia sebelum menikah. Walaupun sering bertemu lantaran kami berkuliah di kampus yang sama di kota Malang. Aku tetap berjanji akan melakukan kemesraan itu setelah menikahinya. Aku tak begitu mempedulikan ejekan sebagian teman-temanku yang lebih suka mencicipi sebelum waktu sahnya.

Badanku yang tak terlalu tinggi dan tak besar-besar amat, serta wajahku yang sama sekali tak berbulu masih cukup ideal dan pantas-pantas saja bersanding dengan Tika. Setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan, aku akan mempersiapkan masa depanku bersama Tika.

Lalu, apakah kelak aku akan benar-benar menikahinya? Atau aku akan menikahi orang lain? Atau orang lain yang akan menikahinya? Itulah misteri rahasia jodoh. Bukan ranahku sebagai manusia.

Akan kujaga dan kuusahakan Tika menjadi jodohku kelak. Bukankah manusia mempunyai hak berusaha? Aku akan menggunakan hak tersebut dengan sebaik-baiknya karena bagiku Tika ini sudah pas, sudah cocok, sudah kuterima kelebihan dan kekurangannya.

Akan tetapi umumnya manusia mempunyai sisi kekurangan. Dan ada kekurangan padaku yang tidak diterima Tika dan belum bisa aku atasi. Tika seringkali marah-marah jika mendapatiku dengan kekurangan ini. Namun setelah itu, di lain waktu kami akan berbaikan dan kembali seperti sediakala. Aku yang sedang berproses mengatasi kekuranganku ini lagi-lagi merasa beruntung dengan kebaikan hati Tika yang selalu memaafkanku.

Dan ada juga sifat Tika yang berbahaya untukku. Untungnya sifat tersebut jarang sekali keluar. Sehingga aku masih aman dari sifatnya tersebut.

Suatu saat ketika aku bersama Tika, ada sekelompok perempuan berhijab. Mungkin baru kembali dari aktifitas mengaji. Entah kenapa aku merasa suka melihat mereka.

"Kamu gak pengen berpenampilan kayak gitu? Cantik-cantik kan?" Kutanyai Tika.

"Kamu tuh ya, udah jelas ada aku di deketmu. Tapi masiiih juga jelalatan kesana kemari." Jawabnya.

"Bukan gitu, coba deh kamu perhatikan. Kelihatan adem gitu." Kataku.

"Napa? Kamu suka? Ya udah kamu aja sendiri pakai jilbab, trus liatin sendiri di cermin. Kayaknya kamu pantes." Jawabnya.

"Apa-apaan sih?" Sergahku.

"'Hahaha... Liat aja wajahmu gak ada kumis, gak ada jenggot, gak ada jambang. Bersih mulus. Bakalan pantes tuh kalo dipakein jilbab. Kikikik..." Tambahnya tertawa-tawa.

Kata-kata konyolnya itu meluncur berhamburan dari mulutnya. Berbentuk energi-energi suara. Bergelombang pada frekuensi tertentu. Merambat ke alam semesta. Serta naik ke langit.

Mengulang HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang