Make Down

1.2K 35 11
                                    

"Eh kok senyum-senyum? Sendirian aja Mbak cantik?" Suara seorang laki-laki membuyarkanku.

Ketika kuarahkan pandanganku padanya, kumerasa kaget. Ada tiga orang laki-laki yang menggodaku. Dadaku terasa berdegup-degup, mungkin takut atau khawatir. Kumerasa lemah sebagai perempuan. Apakah ini balasan perbuatanku dulu? Jika di hidupku yang dulu aku sebagai laki-laki suka menggoda perempuan-perempuan cantik. Sekarang di hidupku yang ini aku sebagai perempuan cantik digoda oleh para laki-laki.

Kak Radit tolong aku!

"Hey, ada apa ini?" Terdengar pertanyaan dengan suara tenang.

Kak Radit!

"Kalian jangan ganggu cewek ini ya?!" Kalimat itu terdengar seperti tak bisa dibantah oleh mereka.

"Eh iya maaf senpai, kami gak ganggu kok. Tadi kami cuma menyapa." Salah satu dari mereka menjawab dengan sungkan. *1)

"Ya udah. Kalian harus tahu, dia ini cewek baik-baik. Jangan digoda macam-macam."

Tanpa banyak omong, mereka pun pamit pergi dengan sopan.

"Kamu gak apa-apa kan Dek? Gak diapa-apain ama mereka?"

"Gak kok Kak, aku baik-baik aja. Kan ada Kakak yang ngelindungi aku." Jawabku dengan senyum manis. "Oh iya Kak. Kenapa cowok tadi manggil kakak senpai?"

"Oh itu. Mereka bertiga dulu adik seperguruanku di dojo karate." *2)

"Oooh...." Aku terbengong mendengarnya.

Pantas saja mereka terlihat hormat pada Kak Radit, ternyata seniornya. Dan tak kusangka juga Kak Radit anak karate. Pantaslah badannya gagah keren dan percaya diri. Aku jadi merasa lebih terlindungi bersamanya.

"Oh iya Dek."

"Kenapa Kak?"

"Kita kan udah sering jalan bareng. Dan aku udah nyaman ama kamu gini. Kalau kamu ngerasa nyaman gak ama aku?" Tanyanya.

Aku hanya menganggukkan kepala dengan menahan senyum karena tersipu. Ah, ternyata aku pemalu sekali sebagai perempuan.

"Dek Zahra, kamu cantik banget."

Aku tak bisa menjawab kalimatnya, mungkin pipiku sudah bersemu merah.

"Aku suka sekali cewek pemalu yang polos sepertimu Dek. Kurasa aku cinta ama kamu Dek Zahra cantik."

Hah? Apa yang baru saja Kak Radit katakan padaku?

"Mulai sekarang, aku jadikan kamu sebagai pacarku, kekasihku."

Apa??? Apa lagi ini? Kak Radit menembakku? Eh bukan! Dia bahkan tak meminta jawabanku.

"Mulai sekarang Dek Zahra adalah pacarku!" Katanya tegas namun lembut.

Tak bisa kuberkata, lidahku terasa kaku. Kak Radit tidak menembakku, tapi dia sendiri yang membuat keputusan tentang hubungan kami. Tak pernah kutahu tentang yang seperti ini sebelumnya. Berbeda dengan kisah Zaki dan Tika, yang mana Zaki menyatakan cinta dan menembak, sedangkan Tika membuat keputusan untuk menerima Zaki. Dan sejak itu Zaki sering menuruti kemauan Tika supaya cintanya tetap diterima. Dan pada akhirnya Tika menikah dengan orang lain yang amat dibenci Zaki.

.

.

.

Sesampai di rumah, aku masuk kamar dan senyum-senyum sendiri di depan cermin. Memandang betapa cantiknya parasku. Betapa bahagianya diriku, sekarang aku punya pacar, seorang cowok keren. Kumerasa sangat senang dengan kehidupanku sekarang, banyak mendapat prioritas, dilindungi, disayang-sayang, makan dibayari, bisa tampil cantik, tak usah mengejar cinta. Sungguh, enak sekali menjadi perempuan.

Tiba-tiba...

Aduh perutku! Aduh! Seperti kram? Kuingat-ingat tanggal dan siklus menstruasiku. Astaga! Ini pasti PMS! Aduh! Tak enak! Tak enak rasanya, tak enak rasanya menjadi perempuan.

Aduh, padahal besok harus ke pernikahan Mbak Tika di Kediri. Dan kemungkinan keluar darah menstruasinya besok atau lusa. Semoga besok perutku sudah tidak kram lagi.

.

.

.

Hari minggu pagi-pagi sekali, kami bersiap-siap. Kugunakan suplemen peringan gejala PMS. Kubawa juga beberapa pembalut untuk siap-siap. Kuberangkat bersama Kak Rani naik kendaraan umum. Sekarang angkot dan kendaraan umum lain sudah sangat nyaman, dan hampir semuanya berbasis energi listrik.

Sesampainya di sana, kami disambut oleh Mbak Tika yang baru saja mandi. Sang calon pengantin itu aura kecantikannya berlipat-lipat dari biasanya. Wajahnya berbinar memancarkan kebahagiaan. Aku dan Kak Rani memberikan kado yang kami bawa padanya.

"Wah, terima kasih yaaa..." Mbak Tika memeluk Kak Rani dan aku bergantian. "Kalian sarapan dulu ya, yuk ke dalam."

Kuakui, hari ini pasti tiba. Hari yang seharusnya menjadi hari bersandingnya Zaki dan Tika, tapi kini Zaki sudah tak ada lagi. Lagi-lagi kulihat binar kebahagiaan di wajah Mbak Tika menambah kecantikannya, memeluk sisa-sisa cinta dan kecemburuanku padanya.

Persiapan rias pengantin pun dimulai. Mbak Tika mengajakku ke ruang rias meninggalkan Kak Rani. Ada beberapa perias yang akan bekerja mendandani pengantin dan para bridesmaid. Salah satunya mengomentariku.

"Waah... Adek ini cantik ya.. Namanya siapa Dek?" Tanyanya padaku.

"Zahra Buk."

"Hmm... Dek Zahra ini bisa-bisa ngalahin cantiknya Mbak Tika. Apalagi kalau dirias." Katanya sambil mengambil dan menyiapkan alat riasan.

Mbak Tika yang wajahnya sedang diolesi foundation pun ikut berkomentar.

"Jangan sampai ngalahin pengantinnya dong Buk. Bridesmaid kan pelayan, masa ngalahin ratunya."

"Trus gimana Mbak?"

"Ya di-make down aja, jangan di-make up."

MAKE DOWN???

Apa itu?

"Maksudnya Mbak?"

"Dandanin dia jangan dibikin makin cantik, tapi bikin dia jadi agak jelek gitu."

"Hah?" Perias itu memandangku. "Gak apa-apa Dek?"

"Iya deh Buk, nurut Mbak Tika."

Jadilah aku dibikin lebih jelek. Huh! Mbak Tika jahat! Menyebalkan, apalagi aku sedang PMS, jadi rasanya pengen marah tambah marah. Uuuh... Sebel sebel sebel...

Acara pernikahan Mbak Tika dengan orang yang bernama Dastan itu berlangsung lancar.

"Ini kamar pengantinku Dek."

Aku hanya diam. Mbak Tika mulai menggodaku.

"Kamu masih cemburu padaku? Masih adakah sisa-sisa jiwa Zaki dalam dirimu? Hihihi... Di kamar ini nanti aku sama Mas Dastan akan menikmati malam pertama kami."

Mungkin kelihatan kalau masih ada sisa-sisa kecemburuan itu.

"Eh kamu kan bridesmaid, jadi kamu itu pelayan buat kami Raja dan Ratu. Sekarang kamu bersihkan dan rapikan ranjang ini dong! Nanti kan mau kami pakai bercinta."

Sialnya, aku benar-benar tak kuasa menolak. Setelah itu aku diperintahnya mengambilkan makanan dan minuman ke kamarnya. Saat kubawa pesanannya, laki-laki itu sudah berada di kamar bersama Mbak Tika.

"Nah ini si pelayan kecil sudah datang. Makan dulu yuk Mas Dastan sayang." Lalu Mbak Tika bicara padaku. "Kamu di sini dulu Dek, nanti piring kotornya bawain ke belakang."

"Eh kayak pernah lihat, yang namanya Zahra bukan?" Dastan menunjukku. "Tapi kok jadi jelek gini?"

"Oh itu sih sengaja kuminta dibikin jadi jelek. Kan dia pelayan, harus lebih jelek dari Ratu dong."

"Hahaha..."



_ _ _

*1) Senpai adalah senior dalam istilah Jepang.

*2) Dojo adalah tempat untuk latihan seni beladiri Jepang.

Mengulang HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang