"Dek, Koko Lim bilang ingin menikahiku. Kalau aku bersedia, maka dia akan melamarku secara resmi. Untuk mempertimbangkannya, kubertanya padamu tentangnya."
Lho kok malah Kak Rani yang dilamar? Kenapa bukan aku saja?
"Dek kamu kenapa?" Kak Rani membaca gelagatku. "Atau... Kamu... suka... ama... Koko Lim?"
"Mmm... Gak kok Kak, buat Kakak aja."
"Dek.... Kalau kamu emang suka, Kakak gak akan nerima lamarannya. Kakak khawatir kamu cemburu."
Kuatur nafas, kututup mata. Kupikir-pikir, memang yang sudah layak nikah itu Kak Rani. Apalagi dengan diriku yang sekarang ini, Sifu Lim terasa terlalu tua untukku. Kubuka mata.
"Kakak terima aja lamarannya. Aku tak apa-apa. Lagipula kalian berdua cocok, sama-sama penggemar teh tubruk hangat."
Kak Rani melihat kejujuran dalam ucapanku.
"Baiklah, Kakak akan terima lamarannya."
.
.
.
Beberapa bulan kemudian. aku lulus SMA dengan nilai yang baik. Kemudian pernikahan Kak Rani dilakukan setelahnya. Orang tua dari Koko Lim sudah wafat keduanya, jadi hanya didampingi kerabat-kerabatnya, dan dihadiri teman-temannya dari komunitas muslim Tionghoa dan komunitas Wing Chun. Dekorasi pernikahan terlihat sangat unik karena memadukan tiga budaya sekaligus, yaitu China dan Jawa yang diwarnai budaya khas muslim. Mbak Tika juga datang ke acara ini bersama Kak Dastan dan Zacky kecil.
"Selamat ya... Ini lho coba gendong Zaki. Siapa tahu cepet ketularan punya momongan." Kata Mbak Tika ke Kak Rani yang disambut tawa.
"Zaki ganteng..." Kusapa anak manis ini. "Mama gimana sih? Kan Tante Rani lagi pake baju pengantin, masa gendong Zaki sih. Zaki ganteng ama Tante Zahra aja sini."
Kemudian Zacky terlihat senang melihatku. Kemudian kuambil dari gendongan Mbak Tika.
"Eh, Rani yang menikah, tapi kok Zahra yang pantes jadi Ibu ya..." Bapak tiba-tiba nyeletuk membuat semua tertawa.
.
.
.
Setelah menikah, Kak Rani tinggal berdua bersama suaminya. Kurasakan ada rasa kehilangan. Walaupun mereka tinggal tak terlalu jauh dari kami. Tapi selama ini Kak Rani banyak membimbingku. Sehingga benar-benar kurasakan perbedaannya karena sudah berbeda rumah. Kalau ada kesempatan, kami sering saling berkunjung.
Atas inisiatif dari Bapak, setelah lulus SMA, aku belajar memasak di Sekolah Kuliner. Tentu saja aku mau, karena memang sesuai dengan hobiku. Aku pun fokus pada studiku ini. Dan selama ini aku sudah tak pacaran lagi. Aku hanya akan saling mengenal dengan pria yang lebih serius merencanakan masa depan denganku. Seperti yang diusahakan sosok Zacky di hidupku yang dulu, namun kali ini posisinya berbalik.
Ternyata setelah menikah, Kak Rani tertarik berlatih kung fu Wing Chun pada suaminya. Kumengetahuinya ketika berkunjung ke rumah mereka. Tempat latihan mereka dikelilingi taman bunga yang kebetulan pada saat kuberkunjung sedang bermekaran bagaikan musim semi di negeri Tiongkok. Kebetulan saat itu rasanya ingin kuberjalan langsung ke belakang rumah mereka. Ternyata banyak bunga bermekaran dengan indah, dan Kak Rani berlatih pada suaminya. Kemudian mereka melihatku.
"Zahraaa...! Siniii...!" Panggilan merdu Kak Rani bersautan dengan suara hembusan angin terdengar bagai sebuah nyanyian.
Dengan setengah berlari kuberjalan ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengulang Hidup
Science FictionSeorang pemuda mahasiswa tingkat akhir, sedang mengupayakan menata masa depan. Menyelesaikan kuliah, mengikuti magang demi kemudahan pekerjaan, serta mempersiapkan keseriusannya pada sang pacar selayaknya pria sejati. Namun keadaan dan peristiwa mem...