Duchess Penjahat Yang Asli

3. (Rencana perceraian)

Apa yang ada di mata secara alami adalah rambut yang sangat hitam yang menghisap cahaya seperti tinta yang tertinggal.

Rambut yang seharusnya naik dengan rapi mengalir ke bawah dan menutupi dahi itu.

Alis yang kuat dan dahi yang ramping yang Terlihat dari waktu ke waktu. Garis hidung yang terhubung secara alami, lembut dan lembut, menambahkan kejantanan.

Mata yang terpahat halus menambah kedalaman seolah-olah dipahat dengan hati-hati oleh seorang pematung. Itu menarik perhatian hanya dengan melihatnya.

Saya menatap patung yang dingin seperti es, darah putih, dan menatapnya seperti mengamati. Saya melihat tubuh yang kuat yang dikelilingi kain.

Malaikat hitam kekaisaran, penggemar perang yang memberikan neraka kepada musuh, pembunuh. Itu adalah siluet yang tajam seolah-olah itu bukan pedang terbaik.

"Kamu sudah datang?"

Di negara musuh, mata merah cerah itu melambangkan darah perang.

Sebenarnya, pupil mata yang disebut 'pian' adalah sifat mutasi genetik yang unik yang hanya muncul di kekaisaran ini.

Seperti suami saya, pemeran utama laki-laki dalam buku tersebut juga memiliki 'pian' seperti itu, namun pengaturan yang muncul di belakang menjelaskan bahwa orang-orang yang memiliki 'pian' ini memiliki kemampuan khusus. Suami saya mengetahui hal ini dan menjadi guru yang mengajarkan kemampuan khusus ini kepada pemeran utama laki-laki.

"Kamu datang lebih awal."

Saya melihat ke jendela dan berkata dengan tenang dengan suara saya. Dengan setia seperti istri yang patah hati tapi tidak mau ketahuan.

"Aku datang ke rumahku, apakah waktu penting ketika aku datang?"

Jawaban dingin membuat saya sedih.

Aku bahkan tidak menyindir, tapi kenapa kamu menanggapinya dengan kasar?

Aku tidak sedang berbicara tentang topik pertemuan nona itu. Tentu saja, saya tidak bermaksud dia tidak ada di sana. Dia datang lebih awal untuk bertemu dengan nona siera.

Ya, dia datang sangat awal. Dia lebih sering tidur di rumah Seira daripada di kediaman di Duke ini.

Dengan jelas.

Sepatu laki-laki itu menginjak lantai dan membunyikan lantai dengan berat dan rendah.

Saya berdiri untuk menyambut suami saya yang sudah dekat.

Mungkin karena saya baru saja bangun dan tubuh saya sedikit goyah. Tapi suami saya tidak pernah menangkapnya. Saya terbiasa menyeimbangkan diri dan mengangkat pandangannya.

Saya tidak mengharapkan itu.

Tangan mulia itu berdiri untuk Seira.

Ah, itu tidak berarti saya kecewa sama Sekali-kali tidak.

Tidak akan pernah.

"Kamu mau ke mana?"

Karena suami saya sangat tinggi, ada perbedaan tinggi yang besar, jadi mengangkat lehernya sedikit adalah hal yang biasa dilakukan.

"Saya akan keluar lagi."

Itu suara yang rendah dan manis, tapi aku tidak tersentuh.

Ya, tentu saja.

Dia menundukkan mata sambil bergumam dengan tenang.

Di mansion atau di depan suami saya, saya berkata, 'Suamiku. Suami, Anda satu-satunya pria yang melihat Anda!' untuk perceraian yang lancar di masa depan.