Prolog

3.6K 292 45
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Video di atas hasil editan kak fayye_arsyana

"Dek, buruan! Bapak sama Ibu sudah nunggu di bawah!" panggil Mas Jagad dari pintu kamar yang memang sengaja kubiarkan terbuka.

Sedari tadi aku memang sengaja berlama-lama di dalam kamar. Mematut diri di cermin, mengenakan sepatu, lalu kembali ke depan cermin lagi. Hal itu sudah kulakukan berkali-kali untuk memperlambat bergulirnya waktu.

"Boleh nggak sih kali ini aja aku absen, Mas?" Kuputar badan dengan malas menghadap kakakku satu-satunya itu.

"Yang benar saja. Kamu mau dicoret dari daftar keluarga? Ayo, buruan!"

Dengan terpaksa akhirnya kuseret kaki ini keluar kamar dan harus turut serta ke acara makan malam tahunan keluarga besar Tranggana. Makan malam yang sedianya juga untuk merayakan ulang tahun Eyang Putri kami.

"Aku ikut mobil Mas Jagad!" seruku saat kami berempat sudah siap berangkat. Untungnya Bapak dan Ibu tidak berkomentar apa pun tentang pemberitahuanku barusan, mungkin mereka berpendapat yang penting aku ikut. Yes! Aku memang akan ikut dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk Eyang Putri, tapi di kepalaku sudah tersusun rencana untuk kabur di tengah-tengah acara. Aku sudah janji untuk bertemu dengan teman-teman di kelab biasa. Tidak mungkin seorang Arumi Dwi Tranggana mengingkari janjinya, bukan?

Aku tersenyum menyeringai saat duduk di dalam mobil Lamborghini kesayangan masku ini, memikirkan segala hal yang akan kulakukan nanti. Kulirik Mas Jagad yang tampak serius mengemudi dengan kecepatan sedang. Sorry Mas, kayanya aku mesti melibatkan kamu nanti.

Setibanya di kediaman Eyang Putri, kami berempat pun langsung memberikan ucapan selamat kepada beliau. Hari ini Eyang Putri merayakan ulang tahunnya yang ke-78, meskipun demikian orang yang tidak kenal Eyang Putri kami, mungkin mengira usianya masih di sekitar angka lima puluhan. Lihat saja, malam ini contohnya, penampilan beliau jelas tidak kalah modis jika dibandingkan dengan menantu-menantunya, atau bahkan cucu-cucu perempuannya sekalipun. Eyang Putri Nastiti terlihat sangat anggun dalam balutan gaun merah menyala, ditambah beberapa perhiasan yang menempel di badannya yang makin memberikan kesan glamor.

"Arumi, cucu Eyang yang paling cantik," sambut Eyang Putri ketika tiba giliranku menyapa dan mendoakan beliau.

"Eyang Putri bisa aja. Pasti Eyang Putri juga ngomong gitu ke sepupu-sepupu, 'kan?" candaku menggoda beliau yang akhirnya juga ikut tertawa saat mendengarnya.

Beberapa Om, Tante, dan para sepupu juga sudah tampak mengelilingi meja makan, menempati kursi masing-masing. Seperti biasa aku mengekor di belakang Mas Jagad sekadar memberi salam basa-basi kepada mereka yang sudah lebih dulu datang sebelum kami.

Seoulful Love (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang