Semuanya kacau. Kultivator saling bunuh. Mayat di mana-mana. Lan Wangji, Sang Hanguang-Jun menatap ngeri Kota Tanpa Malam. Tubuhnya berlumuran darah dan tiap inci tubuhnya nyeri. Namun, meskipun saat itu seorang kultivator, entah dari sekte mana, menyabet tangannya, Lan Wangji tidak merasakannya. Nyeri itu tidak sebanding dengan nyeri di dadanya saat melihat cinta satu-satunya menangis di ujung tebing. Kegilaan dan keputus asaan di matanya.
Lan Wangji, meski sekilas, bersitatap dengan Wei Wuxian. Pemuda cantik itu memberinya senyum manis meski kini dia bermandikan darah.
Lalu, yang selanjutnya terjadi membuat jantung Lan Wangji jatuh hingga ke usus buntu. Pemuda yang menjadi cinta matinya itu melompat ke jurang. Dengan sisa kekuatannya, Lan Wangji terbang ke arahnya dan meraihnya.
Wei Wuxian kaget ketika tangannya dipegang erat. Dia mendongak dan menangis. "Lan Zhan, lepaskan aku..."
Lan Wangji menggeleng. Darah mengalir dari luka di tangannya. Kenapa... KENAPA DI SAAT KRITIS SEPERTI INI DIA HARUS KEHABISAN MANA?!
"Lan Zhan, kau terluka. Cepat lepaskan aku, kau bisa ikut terjatuh..," bujuk Wei Wuxian. Lan Wangji kembali menggeleng. Dia tidak akan melepaskan Wei Wuxian meski itu akan membunuhnya.
"Wei Ying, ayo naik... Kita pulang ke Gusu. Ya? Ya?" bujuk Lan Wangji .
Wei Wuxian menangis. "Lan Zhan..," lirihnya.
Lan Wangji mencoba menarik tubuh cintanya, akan tetapi, karena luka juga dia sudah tidak punya tenaga, Wei Wuxian hampir merosot terlepas dari tangannya.
"Lan Zhan, Lan Zhan. Dengarkan aku! Kau harus hidup. Kau tidak boleh mati bersamaku. Kau akan hidup dengan baik..."
"TIDAK WEI YING!" Lan Wangji menangis. Dia terus menarik tubuh pemuda Wei itu sekuat tenaga. Namun, licinnya darah membuatnya semakin susah.
"Kau akan hidup dengan baik! Kau akan menikah dan punya anak! Kau akan hidup sampai tua bangka! KAU HARUS MELEPASKAN AKU LAN ZHAN!!!"
Keduanya menangis keras. Tubuh Lan Wangji sudah berada di ujung jurang, entah keajaiban apa yang membuatnya masih bertahan. Tapi, Wei Wuxian tahu keajaiban itu tidak akan berlangsung lama. Dengan air mata yang makin deras mengalir, dia berkata, "Lan Zhan maafkan aku... Tapi, ikhlaskan aku ya?"
Wei Wuxian, dengan sisa tenaganya melempar jimat. Lan Wangji menghindar karena reflex. Kedua tangan itupun terlepas.
Lan Wangji hendak menyusul melompat ke jurang jika saja Jiang Wanyin tidak menahannya. Di saat itu, dia melihat detik demi detik kekasih hatinya jatuh ke dasar jurang. Tersenyum begitu manis untuk terakhir kalinya.
"Lan Zhan, wo ai ni..."
*
Lan Zhan terhentak bangun. Keringat dingin membuat bajunya basah. Napasnya masih tersenggal saat dia melihat ke sekeliling. Ini... Ini bukan Kota Tanpa Malam. Ini jingshi. Kamarnya. Dilihatnya tempat di sampingnya. Kosong dan dingin.Lan Zhan panik. Dia segera turun dari tempat tidurnya. Air matanya mulai mengalir. Ini... Yang tadi hanya mimpikan? Tadi dia hanya mimpikan?
Lan Zhan berteriak memanggil-manggil Wei Ying-nya. Dengan tangan bergetar, dia mencari ke seluruh jingshi. Tidak ada. Tidak ada Wei Ying. Tubuh Lan Zhan merosot. Dia mulai menangis tersedu. Apa itu nyata? Apa Wei Ying benar-benar mati?
"Lan Zhan?! Kau kenapa?!"
Secepat panah, Lan Zhan berbalik. Wei Ying menatapnya khawatir. Pemuda itu berlari dan segera mendekati Lan Zhan yang tengah menangis tersedu di pintu jingshi.
"Hei... Kau kenapa?" tanya Wei Ying setelah melihat Lan Zhan lebih tenang.
Lan Zhan terdiam beberapa saat. Wei Ying menunggu dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi Siaga: Bumilku Sayang Bumilku Jahanam
FanfictionWanita normal saja kalau hamil, hormon naik turunnya udah bikin ngeri. Apalagi kalau lakik. Apalagi kalau lakik hamil itu kakak beradik Yiling Laozu dan Sandu Shengshou. Salah dikit zombie melayang! Senggol dikit, zidian menghantam! Yang sabar ya pa...