Ketika Lan Zhan pergi membeli buah loquot demi istri tercintanya subuh hari, entah bagaimana ceritanya dia malah ikut bergosip dengan ibu-ibu yang berkerumun membeli sayur.
"Kau dengar tidak? Katanya Ketua Sekte Qinghe ingin melamar ketua sekte kita!"
"Aihh... Serius? Bukannya Jiang Gonzi bertunangan dengan Zewu-Jun?"
"Kakaknya suami A-Xian, kan? Kudengar dia menjadi brengsek dan langsung diputuskan oleh Jiang Gongzi!"
"Aiya! Aku tidak percaya! Lihat saja, Hanguang-Jun dan A-Xian! Dia benar-benar contoh suami idaman dunia akhirat!"
"Dasar kamu ini masih muda! Kalaupun ada satu bambu yang lurus, belum tentu tidak ada yang bengkok!"
"Aiya... Tapi, hey, apa itu benar Chifeng-Jun akan melamar Jiang Gongzi?"
"Sini dengar. Aku dengar dari saudaraku yang berdagang di Lanling, katanya Chifeng-Jun sedang meminta restu pada Madam Jiang Yanli. Dia juga sudah membeli banyak emas untuk mas kawin dari sana!"
"Astaga! Kalau benar, beruntung sekali Jiang Gongzi!"
"Bukan beruntung! Ketua sekte berhak mendapatkan suami yang lebih baik. Ugh! Kalau tahu kelakuan Zewu-Jun sebrengsek itu, sudah aku lempari dia dengan sayuran busuk sejak awal!"
"Kau benar! Kau benar! Jiang Gongzi memang harus mendapat yang terbaik!"
Lan Zhan segera membayar dan si pedagang, yang sudah berkeringat dingin karena tahu salah satu bahan gosipan mereka ada di sini, langsung menerimanya. Dia bahkan melebihkan kiloannya. Baru setelah Lan Zhan pergi, pria tua itu akhirnya bisa bernafas lega.
Di perjalanan, Lan Zhan tidak bisa tidak khawatir tentang kakaknya. Semalam, dia sudah mengirim pesan darurat pada kakaknya dengan burung kertas yang diberi mantra. Sepertinya, dia juga harus mengirim pesan darurat lagi.
Kakak! Kalau kamu tidak segera menikahi Jiang Wanyin hari ini, dia akan direbut Nie Mingjue dan kamu akan jomblo seumur hidup!!!
"Lan Zhan, kamu sudah kembali?" tanya Wei Ying tepat setelah burung kertas Lan Zhan terbang ke luar jendela.
Tubuh Lan Zhan agak bergetar karena terkejut. Dalam hati, dia berharap apapun gosip yang beredar di luar sana, Wei Ying tidak tahu. Karena, walaupun akhir-akhir ini kakaknya begitu menyebalkan, tetap saja Lan Zhan ingin akhir yang bahagia demi kakaknya itu.
"Mn. Sarapan?" Lan Zhan segera menghampiri istrinya dan memeluknya.
Wei Ying menggosok matanya dan menguap. Tadi subuh dia bangun dan ingin makan buah loquot. Lagi. Suaminya, yang tentu saja sudah bangun segera pergi ke pasar sedang dirinya kembali tidur.
"Aku ingin buahku," pinta Wei Ying. Matanya masih setengah terbuka, tapi senyumnya sudah sehangat mentari.
Mengecup bibir merah itu pelan, Lan Zhan kembali berkata, "sarapan dulu. Baru makan loquot."
Wei Ying langsung mencebikkan bibirnya.
"Asam tidak baik di makan sebelum makan," lanjut Lan Zhan.
"Tapi, aku ingin loquotku. Huhuhu...," rengek Wei Ying.
"Sssh... Jangan menangis. Jadi anak baik, nanti perutmu sakit." Lan Zhan masih membujuk. Dia mengusap lembut punggung istrinya.
"Heh! Jangan menangis! Ayo makan!" Jiang Cheng tiba-tiba muncul di ambang pintu. Tangannya bersedekap dan wajahnya angkuh. Meski begitu, Lan Zhan menyadari kantung matanya agak lebih tebal.
"Tidak mau!"
Jiang Cheng melangkah masuk. "Makan dengan sup akar teratai dan iga sapi, tetap tidak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Papi Siaga: Bumilku Sayang Bumilku Jahanam
FanfictionWanita normal saja kalau hamil, hormon naik turunnya udah bikin ngeri. Apalagi kalau lakik. Apalagi kalau lakik hamil itu kakak beradik Yiling Laozu dan Sandu Shengshou. Salah dikit zombie melayang! Senggol dikit, zidian menghantam! Yang sabar ya pa...