Tape Music and Scratch

48 8 14
                                    

Hyung.... Ini Aku

Dia refleks menjatuhkan tape music bersuara itu. Tape musik itu memang tampak tak terawat. Tombol-tombolnya bahkan banyak yang sudah tak berfungsi lagi. Hanya tombol kembali dan pausenya yang masih bisa dipencet. Ia tak yakin dua tombol itu masih bisa berfungsi. Emang Syifa tak sengaja menemukannya disini, ruang eskul KTI, beberapa menit yang lalu.

Dia Syifa superstar Eskul Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Syifa masih ternganga dan terperanjat. Apakah ia tidak salah dengar.

Bruk....

Tape itu baru menyentuh lantai dan langsung terpantul mengenai kakinya.

"Ishhhh....." ringis Syifa.

Syifa kembali mengambil tape tersebut. Kepalanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan dan kekepoan yang sangat dahsyat. Syifa mencoba untuk memencet tombol merah di tape kuno itu. Percobaan pertama tampak tak berhasil. Aneh, Syifa bergumam. Dengan tak sabar, Ia kembali memencet tombol merah itu dengan keras, namun tak berhasil lagi. Syifa hanya menghela nafas dengan kasar.

"Dasar tape kuno. Ah, tadi cuma halusinasi doang," cercaan gadis berumur 18 tahun itu seraya bersiap membuang tape kuno tak berguna itu.

Hyung, ini Aku...

Ternyata bukan halusinasi, Ia yakin kali ini bukan halu semata. Suara berbahasa Korea ini terasa tidak asing baginya. Kini, Ia spontan memencet tombol previous.

Hyung, ini Aku....

"V? OMG. Ini beneran suara V apa?" reaksi Syifa seraya membungkam mulutnya untuk menahan teriakannya.

Syifa benar-benar tak habis pikir. Sebagaimana Army lainnya, Ia merasa hanya ingin waktu berhenti sebentar. Ia terus berulangkali memutar audio tape kuno misterius itu.

"Ngapain lu disini?"

Hentakan sepasang sepatu terdengar datang dari penjuru pintu. Eh tidak, bukan hanya sepasang tapi dua pasang sepatu yang tak berirama. Ada yang terkesan elegan, namun yang satu ini tampak kasar tak peduli apabila sol sepatunya rusak terkikis.

Kini suasana ruangan itu terasa sedikit berbeda. Energi penasaran datang dari dua remaja ini.

Satu dua tiga....

Iramanya kini tak beraturan seakan mereka geram dengan sesuatu. Frekuensinya kini terdengar lebih besar dari suara hentakan kaki kerumunan kuda. Anehnya Syifa tak mengernyit sama sekali, entah ia sangat berbeda hari ini. Benda apa yang menempel di kuping Syifa, gumam mereka.

"Syif....aa, what's a u doing?" tanya Tiara seraya mengelus pundak Syifa alih-alih menepoknya. Tiara memang sedikit feminin diantara mereka bertiga. Tiara blasteran Perancis Indonesia.

Syifa kaget dan akhirnya refleks mengeluarkan jurus membela dirinya dengan mengambil tangan Tiara yang masih ada di pundaknya. Kemudian berbalik menghadap Tiara.

Dalam hitungan sepersekian detik, Syifa mulai menyerang dan melempar tape musik itu ke muka Tiara. Untung ada satu temannya di samping Tiara yang gesit menangkap tape itu sebelum merusak wajah cantik terawat Tiara.

Dia Nika, teman mereka yang teriak tadi. Ia atlit bela diri di sekolahnya.

"Huh... Sorry Ra, gua kira siapa yang tiba-tiba ngelus pundak gua" Syifa menghela nafas, lalu ia refleks memegang lututnya sendiri.

"Ngapa lu syif, kerasukan apa?" ketus Nika seraya menjangkau acungan tangan Syifa, yang berusaha berdiri dari posisi awalnya.

"Oke, it's okay. Syifa juga sih, untung ada Nika. Gimana kalo enggak, OMG wajah cantikku akan langsung rusak. Huh, emangnya ada apa sih Syif, lu kayak beda banget hari ini. Ngapain lagi disini sendirian. Ksmi capek tau nyariin," bawel Tiara dengan khasnya. Syifa juga gak tau, anak itu kadang-kadang elegan bak putri, kadang-kadang juga ngeselin kayak sekarang. Cerewetnya minta ampun.

DNA, Karya, dan CiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang