Chapter 2: Sebuah janji di masa lalu (1)

6 4 3
                                    

Arkan terus berlari mengejar sang ketos, bagaimana pun juga orang yang terluka adalah Deon, sahabatnya juga sahabat sang ketos. Ia jadi teringat kata-kata alm. kakeknya sebelum menutup mata, berlari secepat mungkin hingga akhirnya dapat menyusul sang ketos.

"Arkan lo tetap disini. gua bakalan ikut ama ambulance." Arkan menoleh pada orang yang di sebelah nya menunjukkan raut wajah tak terima.

"Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja. Kembali lah ke kelas, jangan khawatir." Vino, sang ketos menepuk bahunya. Menyalurkan kehangatan untuk membantu Arkan tenang. Bagaimana pun juga, diantara ketiganya pasti Arkan akan menyalahkan dirinya sendiri jika sesuatu terjadi pada keduanya.

"lo ingat ama janji yang kita buat kan?" Arkan mengangguk. "Kalau begitu percayalah dengan janji yang kita buat!" Vino tersenyum, Arkan pun ikut tersenyum.

Ketiganya sudah bersahabat sejak tahun pertama SMP. Jadi jangan bingung jika Vino, Deon, dan Arkan saling kenal. Ketiganya di juluki trio gans saat SMP dulu.

Mau tak mau Arkan kembali ke kelas dan tak sengaja bertabrakan dengan Dion beserta Erlita saat ingin masuk ke dalam kelas.

"oh si murid baru toh." Erlita menyeringai licik, terbesit dalam pikiran nya untuk membully Arkan, walaupun Arkan merupakan ponakan kepsek, itu tak menghalangi niatnya.

"Ngapain lo disitu Sat? mau mati? bagus tuh." ujar Arkan dengan tatapan tak peduli dan langsung masuk tanpa menghiraukan Erlita dan Dion.

"Yaelah kan jahat amat dah. Gue ganteng gini dikira mau bunuh diri." balas Satya, tepatnya Satya Nadhirka.

"Gue setuju ama lu kan." balas Rain sambil menunjukkan senyuman yang membuat seorang Satya kesal.

"Kenapa aku harus ditempatkan di kelas yang sama ama lu Rain?" tanya Arkan yang seperti nya tidak menginginkan sekelas dengan seorang yang dipanggil Rain tersebut.

"Elah kok gitu sih ama teman sendiri?" tanya Rain yang akan memulai drama nya.

"stop! jangan ngedrama segala. Satu lagi namaku Arkan bukan Elah." Arkan kembali ke kursinya dan mulai tertidur. Sudah menjadi kebiasaan kalo udah ngantuk dia bakalan langsung tidur.

"Yeh kebiasaan nya belum berubah ae" Satya mengangguk setuju. Lagian capek juga jadi Arkan mesti ikut kakek atau gak paman nya kemana mereka pergi dan berakhir menghilang selama beberapa hari. Tentu nya, itu merupakan salah satu rahasia dari seorang anak bernama Arkan Pratama.

"Sepertinya kalian bertiga sudah saling kenal." Revan membuka mulutnya. Sebenarnya ia tak ingin berbicara mengenai hal yang tak penting seperti ini, tapi rasa penasarannya membuat nya berbicara.

"Juga sepertinya Arkan sudah kena dengan kak Vino dan kak Dean." lanjut Revan. Matanya menyipit, ingin melihat reaksi yang ke-dua nya timbulkan. Rain merupakan anak yang sangat malas. Ia selalu membolos di pagi hari, tepatnya saat jam pelajaran pertama sudah dimulai lalu kembali ke kelas tepat sebelum jam pelajaran kedua dimulai. Terus seperti itu hingga hari dimana Arkan pindah pun ia tetap seperti itu. Kemudian Satya, ia lebih tepatnya seorang preman sekolah. Di sekolah ini ada banyak brandal atau preman sekolah yang tersebar di penjuru. Dan lagi, ada lima pentolan yang paling terkenal. Itu adalah, Lucas pentolan anak kelas 10A, Lucifer pentolan anak kelas 11B, Linus pentolan anak kelas 10C, Satya pentolan anak kelas 10F, dan yang paling terkuat diantara kelimanya, ia adalah Elang Aji Kusuma, pentolan anak kelas 11E.

Vino Rahadian merupakan ketua OSIS yang berasal dari kelas 2C dan Dean sebagai wakil osis yang berasal dari kelas 2B. Mereka sudah bersama sejak tahun pertama SMP tepat sebelum seorang Arkan Pratama, adik kelas yang terkenal bergabung dalam kehidupan sehari-hari keduanya. Rasanya kalo gak ada Arkan kayak ada yang kurang, begitulah.

"Ya gua ama Rain dah kenal ama Arkan dari jaman bocil. Kalo soal kak Vino ama kak Dean katanya mereka berdua kakel nya Arkan. Katanya juga kak Vino ama kak Dean deket banget ama Arkan. Itu doang yang gua tahu. Wajarlah gue kan waktu SMP gak masuk ke sekolah yang sama ama Arkan, ya gak Rain?" Rain mengangguk, "masing-masing dari kita berlima berpisah dan masuk ke sekolah yang beda. Gak ada yang satu sekolahan diantara kita berlima." lanjut Rain. Berlima? batin Revan, nampaknya sedikit tertarik.

"Satu lagi kalo kak Dean sampai kenapa-kenapa bisa aja kak Vino gak bakalan tinggal diam. Arkan juga sama. Hanya karena gue gak tahu gimana hubungan antara ketiga nya tapi gue punya firasat kalo Arkan udah kenal ama keduanya dari lama. Bahkan sebelum Arkan ketemu dan kenal mereka. Gue harap lo gak lagi bertingkah, Erlita." kata Satya lebih ke peringatan untuk Erlita. Bukan hanya Erlita, peringatan itu juga tertuju pada Dion secara tersirat.

Jika Satya sedang memberi peringatan pada Erlita, berbeda dengan Lucius yang dengan santainya mendengar dan memperhatikan sekitarnya dalam kondisi kedua mata tertutup rapat. Sedetik setelah mendengar peringatan Satya, Lucius membuka kedua kelopak matanya yang tadinya tertutup. Memperhatikan Arkan yang kini tengah tertidur pulas tanpa tahu apa yang terjadi.

"yang mulia kita harus segera kembali ke kastil." ujar Anggi lewat telepati.

"aku mengerti. pulang sekolah nanti, kita akan kembali ke kastil." balas Lucius menggunakan telepati, tentunya.

Supernatural PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang