Chapter 3: Sebuah janji di masa lalu (2)

2 1 0
                                    


Vino berlari ikut masuk kedalam ambulans. Ia menggenggam erat tangan Dean. Tubuhnya terbaring lemah di hadapannya. Para perawat segera melakukan tugas utamanya untuk membantu sang dokter. Luka nya tak terlalu parah, hanya saja darah terus menerus keluar tanpa henti.

"Dok teman saya baik-baik saja 'kan?" tanya Vino dengan nafasnya yang memburu. ia terlalu takut jika sesuatu terjadi pada sahabat masa kecilnya ini.

"Luka nya tak terlalu parah. hanya saja darahnya terus menerus keluar tanpa henti. kita harus melakukan sesuatu, sesampainya di rumah sakit ada kemungkinan kita harus melakukan operasi untuk menutup luka nya(?)" terang sang dokter.

Jantung Vino berdetak kencang. Rasa takut menghampiri nya.

'Ya Tuhan selamatkan sahabat hamba mu ini.' Vino berdoa dalam hati.
.

.

.

.
Satu Minggu kemudian...

Satu Minggu telah berlalu, dan sudah Satu Minggu Arkan tinggal bersama Tante Maya dan ponakannya atas perintah kepala sekolah yang tak lain adalah pamannya. Walau begitu, sikap Lucius menunjukkan bahwa ia tak suka ada orang lain di rumah, dengan kata lain ia sedikit keberatan. Begitu juga dengan adiknya yang juga menunjukkan sifat yang sama.

"Bang nanti ajarin Dea ngerjain PR ya." ujar Dea setelah keluar dari kamarnya dan melihat Arkan sedang bersantai di ruang tamu. Arkan menoleh, sebuah senyuman bertengger di wajahnya.

"Oke. Sanah cepat beres-beres kamu gak lupakan kalo kita bakalan pindah hari ini? Paman bilang rumah nya dah selesai di renovasi." Dea mengangguk, "Tentu saja! Mana mungkin Dea bisa lupa. Soal itu abang gak usah terlalu mikirin. Udah sana mandi, bau!" Arkan mengeryit. Masa abangnya di bilang bau, padahal wangi gini.

"Ah, abang wangi kok. Gak bau." ujar Arkan mendapat tatapan tajam dari sang adik.

"Udah buruan sana mandi! Jangan malas!" Dea mendorong Arkan dari duduknya dan melemparkan handuk milik abangnya kemudian menyeret abangnya itu ke kamar mandi.

"Kok ribut banget sih? Berisik tahu." ujar Andini mendapat balasan juluran lidah dari Dea. Dan hal itu membuat Andini menjadi sedikit kesal.

"Biarin aja toh. Mumpung Arkan ama Dea belum pindah ke rumah pak kepala sekolah. Dah sanah cepat mandi, bener kata Dea kamu bau, Arkan." Ye, si tante malah ada di pihak si Dea, batin Arkan.

"Siap tante!" Dengan gerakan kilat, Arkan segera berlari masuk ke dalam kamar mandi yang jaraknya dekat dengan dapur. Lucius hanya memandang datar tingkah kakak-adik itu.

"Huh, kenapa bang Arkan jadi malas gini ya? Padahal dulu selalu rajin."

"Haha, mungkin karena hari libur." balas tante Maya. Sejenak Dea memikirkan sesuatu.

"Walau libur, bang Arkan selalu mandi pagi. Bukan siang. Juga gak pernah malas-malasan. Waktu hari libur adalah harinya bang Arkan." Oke, kata-kata yang keluar dari mulut Dea itu membuat tante Maya terdiam. Lucius masa bodo, Andini milih kembali ke kamarnya.

"Sepertinya terjadi sesuatu saat bang Arkan berada di sekolah." gumam Dea. Pada akhirnya melirik Lucius yang masih anteng duduk di meja makan menunggu makan siangnya.
.

.

.

.
"Dean lo gak apa-apa?" tanya Vino sambil mendorong kursi roda yang Dean duduki. Menganguk sebagai jawaban, matanya memandang sekitar. Ia jadi teringat adi kelas biadab nya itu.

"Gimana keadaan Arkan?" tanya Dean pada akhirnya. Vino memberhentikan kursi roda di taman rumah sakit, kemudian tersenyum menatap langit.

"Anak itu tanpa diberitahu pun ia tahu bagaimana keadaan mu sekarang. Ia memang misterius."

Dean menghela nafas, "adik lo ama lo sama aja. Sama-sama misterius dan susah buat di tebak." Vino terkekeh saat mendengar penuturan sahabatnya ini.

"Wajarlah, kita kan terlahir dari orang dengan darah yang sama." balas Vino yang pasti nya sudah Dean mengerti.

"Lo harus hati-hati. Masa depan gak ada yang bakalan tahu. Lo berusaha lindungi Arkan dan gua berusaha lindungi Dea. Ini adalah balas budi gue sama lo." ucap Dean. Tatapan nya lurus ke depan.

"Tentu saja. Gue ini kakak yang selalu menepati janji! Janji gue, lu, ama Arkan gak akan pudar buat selamanya!" balas Vino sambil membusungkan dada kemudian menepuk dadanya dengan kepalan tangan nya sendiri.

Syukurlah kalo gitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Supernatural PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang