Prolog

8 2 0
                                    

"Siapa itu?"

"Apa yang terjadi?"  sebuah kota terlihat hancur berantakan, dan di sebelah terlihat ada seorang anak perempuan yang memanggil nya.

"Raja Neraka! Yang mulia Lucius, bangunlah!"
"Kekacauan ini, aku yang buat?" batinnya

Apa yang terjadi?!

Kenapa ini?!

Kenapa gelap?

Jangan kumohon!

...

Seorang pemuda dengan surai hitam dan mata hitamnya terbangun oleh sebuah dering ponsel. Saat dilihat, ternyata alarm yang sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Alarm itu ia sengaja setel.

"Lucius bangun! Ini sudah pagi, jangan sampai kau bolos sekolah!" teriaknya dari lantai bawah. Lucius menatap sekitarnya dingin, ini adalah tempat ia dan adik nya tinggal. Tinggal bersama dengan bibinya.

"Iya tan!" balas Lucius yang segera bangkit dari tempat tidur nya. Ia langsung saja mengambil handuk dan mandi, setelah selesai ia memakai seragam sekolah nya lengkap dengan sabuk, dasi, dan topi. Karena ini hari Senin, upacara akan di adakan, semua siswa wajib memakai topi.
....

"Kenapa kakak lama sekali?" tanya Andini. Selaku adiknya yang hanya berjarak dua tahun dari nya. "Lucius hari ini kamu bisa berangkat lebih dulu. Tante ada urusan dengan kepsek. Ia meminta tolong pada tante untuk menjaga ponakannya selama ia di sekolah. Dan juga ia juga akan tinggal bersama dengan kita di sini. Hanya untuk sementara sampai rumahnya selesai di renovasi. Kau tak keberatan kan?" Lucius menghentikan aktivitas makan nya. Menatap tante nya dengan tatapan sedingin es, ia tak suka jika ada orang lain di rumah nya.

"Dia akan tinggal disini bersama dengan adik perempuannya. Jadi kalian yang akur ya!" kata nya sambil mengemasi tas nya.
.

.

.

.
"Harusnya aku tahu kalo paman nelepon pasti ada mau nya." gumam nya seraya mengusap wajahnya. Seorang remaja perempuan yang ada di sebelahnya menatap orang yang lebih tua darinya tiga tahun itu dengan tatapan heran.

"Kamu Arkan sama Dea kan?" tanyanya seraya berjalan mendekati keduanya yang sekarang berdiri di hadapan rumah yang tengah di renovasi.

Arkan dan Dea mengangguk. Arkan menatap penuh waspada, sedangkan Dea sama sekali tidak peduli. "Okay kenalin nama ku Maya. Guru mata pelajaran Matematika serta wali kelas 10C dan orang yang kepsek suruh untuk memberikan kalian tempat tinggal sementara." Maya menjelaskan siapa dirinya, dan berharap agar keduanya mau ikut dengan nya untuk tinggal sementara. Sebenarnya, awalnya Maya keberatan dengan perintah kepsek, tapi mau bagaimana lagi.

"Bang gimana?" tanya Dea sambil menjinjit kan kaki dan berbisik di sebelah kuping kanan nya. Posisi nya kembali normal setelah membisikkan pertanyaan nya.

Arkan mengangguk, "Kalau gitu aku tak keberatan untuk tinggal bersama dengan Bu Maya, tapi bagaimana dengan anggota keluarga bu Maya yang lainnya?" tanya Arkan dengan wajah acuh tak acuh. Maya tersenyum, "Lucius dan Andini gak akan keberatan. Jadi kalian berdua bisa tenang."

'Apakah begitu?' sekelebat bayangan hitam melewati ketiganya dengan membawa angin sepoi-sepoi yang menabrak ketiganya.

...

Lucius menatap datar orang yang ada dihadapannya. Ia mengaku sebagai pengawal nya, dan namanya adalah Anggi Prasetyo. Cewek ini berasal dari kelas yang sama, yaitu kelas 10C.

Angga yang berada di dekat Lucius menyeringai, "Licik lo. Gak bilang-bilang kali lo udah punya pacar." satu tonjokan tepat mengenai ulu hatinya. Dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Keira Agustina, cewek tomboi dari kelas 10A.

"Cie~ ada yang cemburu." Lucius tersenyum samar kala melihat tingkah Angga dan Keira. Beruntunglah dirinya karena dapat bertemu dengan sahabat seperti mereka. Pintu terbuka, Lucius segera membuat wajahnya kembali datar. Hal itu tak luput dari pandangan Bu Maya. Bu Maya berjalan sambil tersenyum.

"Masuklah. Semuanya, kenalkan dia adalah Arkan Pratama. Murid pindahan dari sekolah XX. Ibu harap kalian dapat segera akrab dan berteman!" Arkan masuk dengan wakah tak peduli nya. Ia fokus dengan ponsel Android yang kini tengah ia nyalakan. Bu Maya sama sekali tidak memarahi, begitu pula dengan kepsek yang memiliki status sebagai paman nya.

"Aku Arkan salam kenal." ujarnya memperkenalkan diri dengan nada terkesan cuek nya.

"Nah Arkan kamu bisa duduk di samping Revan. Untuk Keira ibu harap kamu segera kembali ke kelas mu."

"Iya bu. Ini juga Keira mau pergi eh kebetulan bu Maya nya dah masuk." balas Keira dengan senyuman manis nya, bikin anak laki-laki di semua kelas kecuali Lucius beserta geng nya dan Arkan yang masih fokus dengan handphone nya itu jantungan.

Fisik Anggi mengingat kan nya akan mimpi yang ia impikan malam tadi. Juga sosok Keira adalah orang yang selama ini ia cari. Sekarang, ia tahu siapa dirinya dan apa hubungannya dengan kejadian beberapa abad lalu. Kali ini, ia tak akan membiarkan kejadian yang sama terulang kembali. Tak akan pernah kejadian masa lalu terulang kembali.

Hingga kalimat yang Arkan keluarkan membuat Anggi yang duduk di sebelahnya sedikit terkejut.

"Apa kita pernah bertemu? Kau seperti tak asing bagiku." ujar Arkan menoleh ke arah samping, meja di mana Lucius dan Anggi duduk.

Supernatural PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang