Prolog

8 1 0
                                    

‘Temui aku di lapangan sekolah sekarang, tolong..’ sebuah pesan singkat di layar handphonenya yang telah Varsha baca di kala hujan melanda, membuatnya berlari ke arah lapangan sekolah yang tak jauh dari kelasnya.

Varsha berlari sekencang mungkin, ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat saat itu.

Varsha menghampiri tubuh kekasihnya yang sudah terbaring berlumuran darah tepat di depannya.

“Chandra.... CHANDRAA!! BANGUN, NDRAA!!!”

Varsha mendongakkan wajahnya yang penuh dengan rasa kecewa ke arah Aiden, “Aiden... Apa yang telah kamu perbuat...? Kenapa kamu memegang pistol....??”

“V-Varsha... Maaf, a-aku nggak–”

PLAK

Suara tamparan yang mendarat di pipi kiri Aiden terdengar sangat nyaring. Tepat saat itu juga, Bintang, kakak laki-laki Varsha datang menenangkan Varsha.

Sha, ini nggak seperti apa yang lo lihat..” jelas Bintang.

“APA?! LALU APA SEMUA INI, KAK? APA KAK BINTANG KIRA AKU INI BUTA?!! KAKAK LIHAT SENDIRI KAN KEKASIHKU TERKAPAR BERLUMURAN DARAH???!!”

“Iya kakak tau, Sha. Tapi bukan Aiden yang–”

“Jadi kakak membela pembunuh itu daripada adikmu sendiri? Baik.. Tidak apa-apa.”

Sha.. Nggak gitu–”

“KAMU,” tunjuk Varsha ke arah Aiden. “JANGAN COBA-COBA MUNCUL DI DEPANKU LAGI ATAU AKU AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN APA YANG KAMU PERBUAT SEKARANG!”

Varsha pergi meninggalkan tempat itu dengan air mata yang mengalir sangat deras, hanya saja air matanya tertutupi oleh air hujan saat itu.

Rasanya ia ingin berteriak. Kehilangan kekasih yang sangat dicintainya membuatnya hancur.

Bintang dan Aiden hanya menatap punggung Varsha yang semakin menjauh.

“Aiden, sorry ya.. Gue tetep percaya kok ama lo,” ucap Bintang menenangkan Aiden.

“Kak.. Kamu tahu kan bukan aku yang–”

“Iya. Gue tahu siapa pelakunya,”

“Lo tenang aja, gue yang akan mengurus masalah ini.” lanjut Bintang.

“Makasih, kak Bin.”

(((;ꏿ_ꏿ;)))

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang