3

278 29 8
                                    

Ini adalah pertama kali Reiner akan berkencan dengan Bertholdt. Setelah menyesuai jadwal pada akhir pekan, menyiapkan beberapa kebohongan kepada rekan agar tidak terlalu mencolok, dan mereka akhirnya pergi keluar bersama. Meski sebenarnya tidak terlalu aneh untuk melihat Reiner dan Bertholdt keluar bersama di akhir pekan, ya mereka melakukan itu sering melakukannya meski kebanyakan dihabiskan untuk tidur di asrama---kebanyakan prajurit mengambil keputusan untuk beristirahat di akhir pekan karena tugas dan latihan yang berat---, tapi seseorang akan menyadari perbedaannya. Keduanya akan mencoba berpakaian lebih rapih, menarik, dan beberapa semprotan parfum yang menyengat.

Reiner sendiri berusaha menjadi tidak terlalu mencolok, hanya menggunakan kaus hitam panjang berkerah longgar, celana kain pendek dan sendal. Dia benar-benar polos tanpa menggunakan aksesoris apapun.

Sementara Bertholdt lebih rapih. Kemeja toska yang digulung dibagian lengan, celana panjang dengan sabuk dan sepatu. Aromanya juga lebih kuat, mana ya rambutnya ke belakang dan dia juga memakai arloji. Dia lebih menarik disini.

Sebenarnya, tidak ada rencana dimana mereka bakal menghabiskan waktu. Jadi hanya berjalan-jalan daerah pertokoan sambil sesekali mengobrol.

Meskipun terlihat niat dengan kencan ini, Berrholdt lebih canggung daripada Reiner. Dia mengakhiri obrolan dengan cepat, dan menghindari pertanyaan dengan jawaban yang panjang. Reiner lebih aktif dengan sesekali menyodok dadanya untuk mendapatkan perhatian, bertanya lebih dulu, atau menyeret lengannya untuk melihat sesuatu yang menarik.Itu tidak lebih, hampir sama seperti saat mereka belum berkencan, hanya beberapa sentuhan menjadi lebih santai.

"Berthl, ayo nonton teater!" kata Reiner setelah melihat poster yang menampilkan beberapa artis teater dalam satu panggung. Dia tidak perlu jawaban dari Bertholdt untuk menarik lengan kekasihnya ke konter tiket. Membeli dua dan segera masuk ke gedung studio.

Studio itu sudah ramai karena teater sudah setengah jalan. Meski ramai, pengunjung disana kebanyakan diam. Hanya orang-orang kalangan menengah keatas, dan orang yang sudah berumur yang mau menonton teater, jadi mereka menonton nya dengan serius. Ini sebenarnya membuat Reiner dan Bertholdt sedikit canggung, takut mengganggu mereka.

Duduk di kursi paling belakang, mereka bersanding dengan posisi duduk yang tegak. Untuk lima menit pertama, mereka cukup serius menikmati teater dan menghayati bagaimana pemeran utama sedang disakiti kekasihnya. Hingga Reiner meletakan tangannya diatas paha Bertholdt, itu membuat remaja tinggi itu membeku. Dia berkali-kali melirik Reiner karena penasaran apa tujuan tangannya berada disana, tapi Reiner justru hanya melihat lurus ke panggung. Dan bulu kuduk Bertholdt berdiri saat jempol Reiner bergerak mengusap, gerakan pelan itu justru semakin membuatnya terasa menakutkan.

Berdeham, Bertholdt memindahkan tangan Reiner ke lengan kursi. Tapi tangan Reiner kembali mendarat di paha Bertholdt begitu dia melepaskannya. Setelahnya Bertholdt kembali ke teater, melihat pemeran mulai menyanyikan lagu sedih untuk mengiringi kesedihan pemeran utama yang menerima surat dari kekasihnya yang minta putus. Tapi seberapa keras Bertholdt mencoba dia tidak bisa kembali fokus. Dadanya berdegub kencang, dan keringat dingin mulai menuruni pelipisnya karena tangan Reiner terus bermain diatas pahanya. Reiner kadang hanya mengusap, tapi lebih sering menuliskan huruf dan bentuk abstrak. Salah satu kata yang Bertholdt rasa Reiner coba susun adalah 'CIUM'.

Karena merasa malu untuk itu, Bertholdt kembali meraih tangan Reiner dan menaruhnya di lengan kursi tanpa melepaskannya agar tangan itu tidak lagi mengganggunya di tempat yang salah. Tahu itu, Reiner justru membalik tangannya agar dan menggenggam erat tangan Bertholdt.

Bertholdt yang terkejut langsung menoleh dengan wajah merahnya. Dan dia semakin bersemu saat menemukan Reiner menatapnya juga dengan senyuman. Berthpldt tidak bisa menahan gejolak hatinya ketika Reiner mengangkat tangan mereka yang bergandengan, mencium sisi tangan Bertholdt.

"Apa kamu ingin minum? Disini agak pengap." Tawar Reiner.

Bertholdt menggeleng, "Hanya panas, tapi tidak apa-apa."

Reiner mengangguk paham. Dia melirik situasi sekitar sebelum menyenderkan kepalanya ke bahu Bertholdt. "Aku mengantuk."

"Maaf..."

Melirik Bertholdt, Reiner bertanya, "Untuk?"

Menggeleng, Bertholdt menggigit bibir bawahnya sebentar, "Kalau keluar denganku itu membosankan, kamu jadi mengantuk."

"Hei, bukan begitu." Reiner kembali menegakan diri, menarik dagu Bertholdt agar menatapnya. "Aku hanya mencoba menarik perhatianmu."

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak bosan? Aku benar-benar merasa buruk untuk itu." Bertholdt menunduk untuk mengungkapkannya.

Dan mereka kembali diam untuk beberapa menit, membiarkan alunan musik teater memenuhi telinga. Musik itu hanya sampai telinga, tapi tidak bisa masuk ke kepala mereka yang penuh pikiran mendebarkan tentang kencan pertama.

Kemudian Reiner memutuskan mulai bergerak, mengarahkan tangan mereka yang bertautan ke selangkangannya. Sementara Bertholdt terkejut dengan itu, mendongak dan Reiner segera meraihnya untuk melakukan ciuman. Itu bukan ciuman seperti yang novel gambarkan. Hanya dua bibir yang menempel untuk menyalurkan kehangatan. Tidak ada sengatan apapun, hanya rasa terkejut, bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya sementara jantung mereka tidak bisa dikontrol. Mereka bahkan melakukannya dengan mata terbuka, menatap satu sama lain dengan bayangan yang besar. Mata cokelat dan hijau itu beradu, keduanya sama bodoh untuk saling bertanya 'apa selanjutnya?'

Dan Reiner adalah yang pertama memejamkan mata bersamaan dengan tangannya yang bebas meraba dada Bertholdt, menekan putingnya yang menonjol karena ereksi. Bertholdt memegang tangan Reiner, menghentikannya tapi tidak mendorongnya menjauh.

Kemudian Bertholdt ikut memejamkan matanya, memulai lumatan kecil pada bibir Reiner, dia segera mendapatkan balasan dari Reiner dan memiliki ciuman yang sebenarnya. Mereka belum benar-benar tahu bagaimana cara melakukan dengan benar, jadi saling bernapas di pipi masing-masing yang membuat mereka terkikik geli beberapa kali. Sambil bertukar posisi ke kiri, kanan, tangan mereka bergerak ke bagian-bagian sensitif, menemukan sensasi itu sangat menarik.

Suara drum dari teater mengejutkan mereka, saling memisahkan diri untuk melihat apa yang terjadi. Tapi tidak ada apapun, hanya teater yang terus berjalan pada alurnya.

Saling berpandangan, Reiner meraih kedua tangan Bertholdt dan meremasnya. Keduanya tertawa singkat setelah menilai diri terlalu pengecut untuk melakukannya di depan umum, keduanya bersemu merah.

"Apa kamu senang dengan ciuman?" Tanya Reiner

Dan Bertholdt mengangguk dengan tersenyum.

"Lalu, apa kamu mau berhenti mencoba dan menjadi kekasih yang sebenarnya?"

Bertholdt kembali mengangguk, memeluk Reiner dengan erat dan tersenyum dengan sangat lebar. "Tentu."

Terkesiap, Reiner balas memeluk Bertholdt. Mencium leher remaja itu dan menyusupkan jarinya diantara surai hitam, menekan kepala Bertholdt agar untuk memperdalam pelukan. Dia bernapas lega, "Syukurlah, rasanya mendebarkan."

Lupakan Hatiku Yang Bernoda [Reibert Short]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang