𝐈𝐈𝐈 | 𝐖𝐚𝐫𝐦 𝐃𝐫𝐨𝐩𝐬

151 90 216
                                    

Next!

Duarrrr !!!
Jedderrr !!!

Jangan lupa follow Inst:
@wp_agen.psycho @cowllweisszura._ & @agabldmr_

HAPPY READING🤍

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tring!

Selamat pagi

Bagi putri yang masih tertidur di ranjang hangatnya, pagi adalah hal yang paling menyenangkan, semua kenangan akan memulai kembali, semua rasa sakit yang pernah ia alami akan ia tinggal di belakang, layaknya memulai kehidupan yang baru seperti anak kecil yang selalu berlari-lari ke sana kemari tanpa beban.

Namun, ntah mengapa pagi ini adalah waktu yang menjengkelkan sekali bagi nya, kala seorang perempuan yang berumur lebih tua darinya membukakan tirai jendela kamar sang putri tanpa izin, sehingga membuat sorot cahaya matahari memancar dengan hebatnya ke dalam ruangan melalui celah-celah jendela.

Ratu itu meraih selimut lembut yang berbulu tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya terutama wajah ia sendiri untuk menghindari sorotan silau cahaya kilau keemasan yang terbit dari ujung timur itu.

"Wahai Putri bunda yang cantik, bangun sayang. Atau kalau tidak ibunda akan mengutukmu menjadi kodok berkepala kecoa,"

"What!? kodok berkepala kecoak? begimane ceritanya? ihhh aneh aneh deh bunda," Gadis yang masih ingin tenggelam di dalam mimpinya pun sedikit kesal karena dibangunkan di waktu yang tidak tepat.

Tetapi, bagi seorang wanita paruh baya itu sudah menjadi tradis untuk membangunkan sang putri yang selalu ia anggap sebagai ratu kecilnya, berlagak ala laki-laki, galak, serta berdrama menjadi kukutukan segala hal, sangat tidak asing lagi pada kehadirannya setiap pagi.

Anna menepuk-nepuk pelan bahu putrinya dengan lembut "Tos kontos meledos meledos kodos simsalabim albin kodok bintun kecoak abdraka-..."

"Quinne bangun, Bun. hoaaamm." Dengan malas dan mata ngantuk Quinne memaksakan diri untuk bangun, karena kalo tidak ia akan risi dengan drama sang Bunda yang berperan sebagai peri pembangun tidur.

Ia tidak tau mantra apalagi yang Bundanya bacakan itu.Yang pasti setiap harinya, mantra yang selalu bundanya ucapkan selalu berbeda beda.

"Nah baru ini putri Bunda, langsung mandi ya, nanti sarapan," Anna mengecup singkat pucuk kepala Quinne.

Quinne berjalan sempoyongan seperti orang mabuk menuju kamar mandi, dan bersiap memakai seragam SMA.

Gadis itu memandang setiap inci tubuhnya, berputar melihat belakang, samping dan ke depan kembali. Dalam hatinya merasa ada yang kurang pada penampilannya saat ini.

"Tapi apa?"

Ia mengambil jepit rambut berbentuk bintang putih nan imut yang disertai gambar mata bulat kecil dan lengkungan senyum di jepit tersebut.

Sekali lagi ia memandang dirinya lagi di cermin, "tidak menor, polesan tipis, sederhana, 1 jepit rambut sebagai pelengkap," ia tersenyum dan berlenggang pergi keluar kamar.

06.45

What!? gue bisa telatttt!!

Melihat kedatangan Quinne yang tergopoh-gopoh menuju meja makan dan langsung memakan roti bakar selai kacang dengan kecepatan seedan-edanya membuat kedua orang tuanya langsung melotot.

QUEEN OF VANILLA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang