"DEMI TUHAN TEN, AKU BUTUH UANG!!!"
Ten menatap jengah pada sosok figur manusia kelinci –menurutnya, yang tengah berguling-guling tak jelas di atas tempat tidur miliknya.
Jika dihitung, mungkin adegan itu telah berlangsung sejak setengah jam yang lalu, sejak saat pria kelinci itu tiba-tiba mengabari bahwa pria itu tengah berdiri tepat di depan pintu apartemen miliknya. Dan tanpa perlu permisi lagi, setelah di bukakan pintu, pria kelinci itu langsung berhambur masuk dan uring-uringan tidak jelas di atas tempat tidurnya, sudah biasa. Ten terlalu terbiasa.
"Lalu, aku harus bagaimana? turut berduka cita atau harus mengolok-olok mu?" sahutnya asal, "dan tolong berhentilah merusak tatanan kasurku Kim Doyoung!" Ten bersumpah, ia sudah benar-benar muak dan jengah dengan tingkah sahabat karibnya itu.
Yang di sebut namanya dengan nada tinggi segera menghentikan gerakan acaknya, sedetik kemudian pria itu merenggut kesal, "Tapi aku sedang galau Ten! uangku semakin menipis. Tapi, ini bahkan baru awal semester. Aku harus bagaimana Ten, Eomma ku pasti akan marah, huhu~"
Ten untuk kesekian kalinya merotasikan bola matanya jengah. Dramatisir, itulah Kim Doyoung yang ia kenal. "Jika kau tidak Amnesia, seingatku aku sudah ribuan kali memberikan saran padamu, Kim."
Ya, ini bukanlah perkara pertama kali Doyoung uring-uringan seperti ini di kamar apartemen miliknya, bahkan dimana pun setiap pria itu memiliki kesempatan untuk bertemu dan mengeluh padanya, akan selalu pria itu lakukan, maka tak salah jika Ten semakin lama semakin merasa jengkel dari waktu ke waktu.
Seketika Doyoung menghentikan tangisan dramanya, kemudian menatap sosok sahabat mungilnya yang sedari tadi berdiri di ambang pintu kamar sembari berlipat dada, menatap malas padanya.
"Memangnya kau pernah mengatakan apa?" ucapnya polos.
Ten menatapnya speechless, setelah semua kata dan saran yang ia ucapkan hingga mulutnya berbuih, inilah balasan yang ia dapatkan? sialan Kim Doyoung!
'Tuk!
"Aww! sakit Chitta!" pekik Doyoung ketika dengan tak manusiawinya –agak berlebihan sebenarnya, tapi tak apa suka-suka Doyoung saja, Ten menyentil keningnya dengan kekuatan yang tidak main-main.
Kecil begitu tenaga Ten tetap besar lho, wajar saja karena ia masih seorang pria meski posisinya adalah seorang submisif. Nah, posisi tak merubah segalanya, kecuali perasaan yang sedikit lebih sensitif dan kenyataan bahwa mereka bisa mengandung. Selebihnya mereka tetaplah seorang pria.
"Kau benar-benar tak pernah mencerna setiap kata yang keluar dari mulutku ya!?"
Doyoung mencebik, gawat! Ten sedang berada dalam mode singanya, "Aku dengar kok," cicitnya pelan, sembari mengusapi dahinya yang memerah, sudah dibilangkan? kekuatan Ten tidak main-main.
Ten menghela nafas pelan, sesaat kemudian tangan lentiknya terulur untuk mengusapi dahi sahabat kelincinya itu, "Kalo dengar, kenapa masih terus-menerus menanyakan hal yang sama dalam beberapa waktu?"
"Aku hanya bingung Ten, kau tau aku itu 'kan agak? sedikit, ceroboh."
"Bukan AGAK dan SEDIKIT, kau itu memang super ceroboh!"
"Aku tau! tidak usah di perjelas kenapa sih," Doyoung menatap tajam pada Ten, namun dalam sedetik, sorot mata itu kembali berubah sendu.
"Itu menjadi alasan kuat untukku, hal yang paling aku takutkan jika aku bekerja adalah kecerobohan ku." Doyoung terlihat memelas.
Karena siapapun orang terdekatnya sudah tahu betul seberapa cerobohnya Kim Doyoung dalam beberapa hal, anak itu benar-benar perlu di awasi. Salah satu yang paling seringkali kena getahnya ya adalah Ten.
Pria mungil itu sudah seperti seorang ibu beranak satu, harus selalu siap sedia 24/7, dimana pun dan kapanpun Doyoung membuat 'masalah' nya sendiri, maka Ten lah yang akan membantu. 'Doyoung itu bayi kinci nya Ten,' begitulah kata Johnny –kekasih Ten.
"Kinci dengar, aku yakin kau akan baik-baik saja jika menemukan pekerjaan yang cocok untukmu. Jika tidak.. Ya, temukan lah Sugar Daddy yang bersedia menopang hidupmu." Ten menggerling nakal.
Anehnya reaksi Doyoung biasa saja, ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya pelan, dan dengan wajah polosnya ia berucap, "Oke sih, yang seperti Johnny 'kan?"
'Plakk!
"Sialan!?"
"Kau yang sialan, sialan!"
Doyoung terkekeh kemudian, melihat bagaimana wajah marah Ten ketika ia menggoda nya apalagi jika mengenai Seo Johnny, adalah hal terbaik yang selalu ingin ia lakukan, lagi dan lagi.
"Aku hanya bercanda astagaaa, tidak akan juga Johnny melirikku, dia 'kan sudah memiliki Sugar Baby yang binal seperti mu. Apa lagi yang harus ia cari?"
"Kim Doyoung! aku tidak seperti apa yang kau katakan ya!?"
"Ucap seseorang yang bercinta di toilet Mall,"
Ten melotot kaget, ia tidak pernah mengatakan pada siapapun soal kejadian itu, bagaimana mungkin bocah kelinci ini bisa mengetahuinya?
"Kau tau dari mana heh!?" ucap Ten setelah berhasil melemparkan bantal ke arah Doyoung.
Doyoung menepisnya kemudian merotasikan bola matanya, "Kau pikir dengan siapa kau datang ke Mall, huh?" mendengus kecil setelahnya. "Datang dengan siapa, pulang diangkut siapa. Aku jadi harus pulang menaiki bus karena mu sialan!"
Ten terdiam, sembari tersenyum dua jari. Pria mungil itu beranjak memeluk tubuh kurus sahabatnya, "I'm cowwy~ nanti ku teraktir makan seminggu deh, untuk menebus kesalahanku, maafkan aku ya kinci~ hum? hum? maaf ya?~"
Doyoung terlihat mati-matian menahan senyumannya, memasang pose berpikir sebelum mengangguk antusias setelahnya, "I wanna Mekdi and Starb*cks!" pekiknya.
"Okay, i get it." sahut Ten sembari mengusak pelan surai hitam sahabat kesayangannya. Benar-benar seperti pemandangan seorang ibu yang memanjakan anaknya.
"Dengan cheese cake dan ice cream juga ya?ya? ya??~" Doyoung menatap Ten dengan mata yang penuh binaran bintang.
Ten mendengus pelan, "Kalau begini aku jadi merasa seperti Sugar Daddy mu, Kim."
"Mana ada, Sugar Daddy bukan hanya membelikan makanan Ten, mereka memberikan apapun yang kau inginkan. Dan kau terlalu cantik untuk jadi Sugar Daddy, mungkin jika Sugar Mommy, itu akan sangat cocok untuk mu."
"Kau tau dari mana?" ngomong-ngomong pelukan mereka sudah terlepas ya.
"Dari Jimin, dia kan memiliki Sugar Daddy,"
"Ow? Seriouslly? sejak kapan? mengapa aku baru tahu?"
Dan ya, kalian mungkin tau bagaimana kelanjutan dari percakapan itu. Mereka sampai melupakan pembahasan dan masalah awal yang tengah mereka bahas. Sudah biasalah ya, biarkan saja mereka begitu.
"Ah, Kinciii sepertinya aku tau apa pekerjaan yang cocok untukmu,"
Doyoung menatapnya berbinar, "Sungguh?! apa itu?!" tanya nya antusias.
Ten terlihat menatap Doyoung dan ponselnya secara bergantian, ia baru saja mendapat pesan dari kekasihnya. Pesan yang seakan menjadi jawaban dari segala keluhan yang di lontarkan sahabatnya.
"Ten, cepat katakan! Pekerjaan apa itu?"
Ten mendongak, kali ini menatap Doyoung penuh arti, "Jadi..,"
"Baby Sitter."
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy's for Babies
FanfictionFocus on Jaedotae: | J A E H Y U N - D O Y O U N G - T A E Y O N G | Ada Nono - Nana - Malklie juga lho! DY (Sub) Disclaimer!!! - not true story alias halu! - bxb - genre: familiy, drama romansa - main pairing: Jaedo & Taedo - m-preg