Entah apa yang di pikirkan Doyoung sehingga ia benar-benar mengikuti saran Ten kali ini.
Di sinilah ia berdiri, di depan pintu mansion yang tingginya menjulang menyamai pilar-pilar besar yang menopang bangunan mewah itu. Wajar saja, karena ini adalah sebuah mansion. Ibarat kata, kemewahan sudah pasti melekat pada bangunan itu.
Jika perlu di ceritakan, jarak antara gerbang utama menunju tempat Doyoung berdiri saat ini bahkan sama dengan jarak apartemen Doyoung menuju minimarket di depan jalan raya sana. Ia bahkan harus diantarkan dengan mobil khusus menuju pintu besar ini.
Doyoung Speechless tentu saja, Ten memang sempat menjelaskan secara singkat tentang latar belakang calon 'Majikan' nya ini, dan seberapa kayanya orang itu.
"Jung Company, perusahaan dengan kekayaan terbesar ke-3 di korea dan ke-7 di dunia." Seharusnya Doyoung sudah sadar dengan kalimat itu.
Tapi sungguh, Doyoung tak pernah mengira akan sampai seperti ini. Anggap saja ia norak atau apalah itu, Karena dari kecil ia memang hidup serba secukupnya bukan serba berkecukupan, dalam artian ia kekurangan namun tak berlebihan seperti yang ada di depan matanya saat ini.
Setelah mematung, setidaknya sekitar 30 menit di depan pintu besar itu, akhirnya Doyoung berhasil menguatkan diri dan memasuki Mansion itu, setelah di giring seorang pria setengah paruh baya, yang ia tebak adalah seorang kepala pelayan? atau mungkin tingkatnya lebih tinggi dari itu, sekretaris? tangan kanan atau malah orang kepercayaan?
"Tuan Kim, anda dapat menunggu disini, sementara Tuan Jung masih bersiap."
Doyoung mengangguk sembari tersenyum kaku. Sesuai arahan, di bawanya bokong cantiknya untuk duduk di atas sofa mewah di sana, Ruang tamu. Sudah bisa ia tebak hanya dengan melihat dekor yang tertata.
Ruangan ini bahkan lebih luas dari unit apartemen miliknya bahkan milik Ten sekalipun yang dua kali lipat dari miliknya. 'Sialan, sepertinya orang ini benar-benar kaya!' batinnya menjerit.
"Silahkan di nikmati Tuan,"
Doyoung tersentak kecil, ketika sebuah suara menginterupsi lamunannya, di barengi dengan segelas teh? yang tersaji di atas meja kaca di sana. Seseorang berpakaian khas seperti Maid yang menyajikannya, tersenyum ramah padanya yang tentunya di balas tak kalah ramah oleh pria kelinci itu.
"Terima kasih." Ucapnya, Maid itu membungkuk kecil kemudian berlalu setelah menyunggingkan senyuman kecil.
Beberapa saat setelah kepergian Maid itu, Doyoung masih terdiam seraya menunduk atau mengamati sekitar sembari memainkan jemarinya, kebiasaan ketika ia bosan berada di tempat baru.
"Pa~ come on! I don't wanna to go to school today!~"
Sebuah rengekan menyentak Doyoung, menarik atensinya pada sumber suara tersebut, Doyoung segera berdiri ketika mendapati dua orang pria berbeda umur tengah berjalan menuruni tangga mewah yang melingkar di tengah ruangan, si pria kecil dengan seragam Taman kanak-kanak yang Doyoung kenali tempatnya terlihat merengek sembari mengikuti langkah besar, pria dewasa di depannya.
Sementara pria dewasa dengan surai merah dan wajah tampan? cantik? ughh entahlah, itu terlihat acuh tak acuh sembari membenarkan letak lengan kemejanya, "Markie listen, you have to go to school, or Daddy will be angry." Suara pria dewasa itu terdengar mengalun tegas namun lembut.
Tepat di atas tangga terakhir, pria itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap pada pria kecil yang berada dua tangga di atasnya. Di usapnya sayang puncuk kepala bocah itu, seraya tersenyum kecil, dan menatap teduh selayaknya orang tua yang memberi pengertian pada putra kecilnya, atau memang benar begitu adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy's for Babies
FanfictionFocus on Jaedotae: | J A E H Y U N - D O Y O U N G - T A E Y O N G | Ada Nono - Nana - Malklie juga lho! DY (Sub) Disclaimer!!! - not true story alias halu! - bxb - genre: familiy, drama romansa - main pairing: Jaedo & Taedo - m-preg