Bzzt! Bzzt!
Suara saluran televisi berdengung, terdengar mengganggu di telingaku. Yangmana selagi ku pandang dari balik kaca di depanku, televisi tak laku itu terus berusaha memperlihatkan gambarnya yang diteror semut.
Hal yang biasa bila angin sedang keras. Yangmana sebenarnya, aku cukup menikmatinya untuk menemaniku membunuh waktu.
Terlebih lagi bila melihat orang disebelahku yang selalu kebetulan disini pada pagi hari seperti ini. Meskipun ia tak pernah lama menemaniku disini dengan koper hitamnya dan wajah penuh masalahnya. Yang selalu semakin cemberut begitu melihat siaran berita dari televisi penuh semut itu.
Terlebih hari ini, dimana beritanya bahkan lebih besar dari biasanya.
Bersama semut-semut yang mulai mengalah, munculpun sang pembawa berita. Yangmana dia mulai berbicara di depan cuplikan gambar kejadian dari beritanya. Katanya, "Liputan hari ini, langsung dari reporter kami di tempat kejadian ... bzzt ..."
Oh ..., gambarnya berganti, yangmana sekarang menjadi liputan langsung dari sebuah helicopter.
"... Bzzt ... meteor besar sedang meluncur menuju kota ... bzzt ... bzzt ... itu sang pahlawan, Super Mamen, dia meluncur langsung menuju jantung meteor ... bzzt ... bzzt ... dan ... inilah pose khas dari pahlawan kita ... bzzt ... bzzt ... oh tidak, pecahannya masih meluncur menuju kota ... bzzt ... bzzt ... apa itu? ... dari dalam pecahan meteor muncul banyak mahluk menakutkan, harap warga setempat segeralah mengungsi ... bzzt ... bzzt ... sekian liputan hari ini, saya Berita Sugiarto melaporkan langsung dari tempat kejadian ... bzzt ... bzzt"
Plak!!
Selepas liputan berita itu selesai, pria berkoper hitam di sebelahku pun seraya menepuk dahinya. Lalu mulai menoleh padaku.
"Heeh, ... selalu saja begini! Padahal di kasus sebelumnya aku juga sudah berpesan padanya untuk tak terlalu cepat melakukan celebrasi ... dan kau tahu siapa yang paling disulitkan di situasi seperti ini? ... akulah yang paling disulitkan, ... namun apa boleh buat, memulai karir sebagai pengacara, terlebih di kantor hukum terkenal yang memiliki ikatan kerjasama dengan Liga Pahlawan Indonesia ... alih-alih terkenal karena membela sang pahlawan, aku yang pengacara maganglah yang harus bersusah payah membela para pahlawan narsis yang entah mengapa selalu terkena permasalahan hukum!!
Melelahkan sekali, apa kau paham?"
Hanya diam aku mendengar keluhan orang di sebelahku ini. Mengingat betapa panjang dan melelahkannya pembicaraannya. Namun, mengingat usahanya dalam menyampaikan banyaknya kata—kata yang melelahkan tersebut. Aku pun merasa bertanggung jawab untuk setidaknya menanggapinya. Maka, ku jawab pun dengan singkat ...
"Meow ...!"
"Ya ... meow, tentu saja kau hanya bisa mengeong. Apa lagi yang bisa kau katakan, kan ..."
Beranjak pun pria itu dengan wajah lesunya, meninggalkanku sendiri di atas kursi kayu di depan toko elektronik.
Tak sopan sekali! Padahal aku sudah menangapinya ...
Namun begitulah Hooman. Selalu disibukan oleh masalah, dan menyibukan dirinya untuk suatu masalah ... tagar, kritik sosial.
By the way, aku seekor kucing.
Oren, itu namaku, atau setidaknya begitulah orang-orang memanggilku. Belang buluku, hijau mataku, dan tentusaja ada garis membentuk huruf M tepat di tengah dahiku. Yangmana aku pun tak tahu apa arti dari huruf itu.
Oh iya, ... aku dipanggil Oren bukanlah karena tubuhku yang dipenuhi bulu berwarna oranye. Mengingat bahwa sebenarnya sebagaian kucing memiliki bulu berwana dan bermotif sama seperti aku. Mulai dari bintang di film kucing yang pemalas dan suka memerintah anjing itu, hingga kucing ksatria yang berpedang seperti Zoro itu. Kami semua berwarna oranye dan disebut ras Kocheng Oyen. Namun tak satu pun dari mereka dipanggil atau bernama Oren seperti aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oren dan Kejatuhan Armageddon
Random#1 di Kocheng, pada Oktober 2021. Suatu hari, sebuah meteor datang untuk menyerang bumi. Meteor yang sangat besar. Orang-orang panik dan kota itu dalam kekacauan. Sampai satu pahlawan datang untuk menyelamatkan dengan menghancurkannya menjadi be...