"Want you to come, feel my breath on your neck?"
Sebuah gelas kosong yang perlu diisikan, bercampur dengan ambisi terpendam. Mereka adalah mayat hidup, dengan segudang nafsu menggebu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangan Jeremy terlihat berasap ketika ia mendekatkan kulitnya pada matahari di jendela. Pria itu melihat tangannya terbakar sedikit demi sedikit, seperti es yang mencair di musim panas. Ini adalah identitas mereka, kelemahan bangsa vampir...adalah matahari.
Dan mungkin saja, William juga akan merasakan itu nanti.
***
Alasan kenapa para serigala dan vampir untuk terus saling menyerang memang sangatlah membingungkan. Seakan-akan sudah digariskan dengan telak bahwa mereka harus terus melakukan ini demi sebuah kekuasaan yang sebenarnya tidak pernah akan abadi.
Perang itu masih menghantui, bahkan sangat menakutkan karena masih terkurung dalam imaji. Jacob bisa melihat seburuk apa penyerangan itu hingga hampir menewaskan Edward Sebastian-sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara kandungnya sendiri. Darah yang tumpah itu masih bisa ia rasakan, bahkan dinginnya malam ketika kejadian itu masih teringat jelas. Setiap adegan yang muncul seolah adalah tumpukan film yang berserakan, mereka saling berkesinambungan...namun belum memiliki sebuah jawaban.
Jacob membuka kain merah itu, membuangnya asal kemudian menatap sayup seseorang yang terbaring lemah di atas tempat tidur kemudian menghela nafas dalam. Ekspresinya tidak bisa ditebak secara pasti, namun Jacob Zionathan terlihat sangat simpati padanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau tidak pernah selemah ini sebelumnya kawan," kata Jacob prihatin.
"Jangan mencemaskanku, lagi pula aku ini sekarat jadi mati pun sebenarnya tidak apa-apa."
"Berhenti bicara omong kosong, kau satu-satunya orang yang aku punya," kata Jacob, "tetaplah hidup hingga fajar menyambut, tetaplah bernafas sampai purnama agung bangun dari tidur panjangnya, dan bantu aku berjuang atas nama klan kita yang selama ini terbuang."
"Kau puitis sekali, ini konyol," Edward mendengus kemudian tertawa renyah, "tenanglah aku akan sembuh sebentar lagi."