𝗦𝗶𝗴𝗻

364 61 23
                                    

Jangan lupa follow aku ini
Biar gak ketinggalan info ya!
.
.
.

William berada di kamarnya sekarang, enggan untuk keluar tapi sesuatu membuatnya merasa terdorong untuk melangkah ke luar. Ia masih tidak habis pikir dengan Jasmine--bagaimana mungkin adiknya itu berteman dengan pria aneh seperti? Tidak, bagaimana mungkin Jasmine menerima lelaki seperti Samuel Cristian sebagai prianya? Sungguh, William tidak pernah menyangka mengenai semua ini.

Ia menatap kosong jendela kamarnya, sesekali matanya menatap awam beberapa objek benda. Matahari masuk jadi jendela bundar di sebelahnya, kota Dystopia saat itu terlihat sangat menganggumkan. Kota paling elit, megah, bersahaja, di huni oleh beberapa orang penting, dan satu hal yang utama; keluarga William adalah salah satu penghuni di sana.

Smartlstack--ponsel kotak bergengsi dengan hologram dan jaringan tak terhingga yang berada di atas nakas-- mengeluarkan hologram seseorang--Andrew Dreventscot, pria itu bersuara.

"Tidak perlu menaiki TTAP atau mobilmu, dan tidak perlu lagi mengikuti kelasmu lagi, aku sudah lelah memperingatimu, ya," katanya.

"Tapi kau memberitahuku sekarang, terimakasih," sarkasme dari Andrew membuat William tertawa, "aku akan pergi sekarang."

Keluar dari kamar kemudian menuruni tangga sembari mematikan lampu di langit-langit ruangan dengan sekali petikan jari, William menatap ke bawah dimana beberapa anggota keluarganya terduduk di sana untuk sarapan bersama. Jasmine tidak menduduki bangkunya, benda itu kosong.

"Jasmine pergi duluan, dia bilang ada piket kelas hari ini...jadi tidak berangkat ke sekolah bersamamu," ibu menatap canggung pada William, dia berusaha fokus pada pekerjaannya; memasak di dapur. "Kalian baik-baik saja semalam...?"

William diam seribu bahasa.

"Itu bagus," komentar William dengan nada terdengar miris, "kalau begitu aku pergi dulu."

"Tidak akan sarapan, William?" tanya Ibu yang sempatnya membuat William berhenti melangkah.

"Aku tidak lapar," William melanjutkan langkahnya dan berjalan menuju pintu untuk keluar. Benda itu terbuka sendiri--seperti tirai, saat William mendekatinya, lalu tertutup sempurna saat yang melewatinya beranjak pergi jauh.

Keheningan menyapa sesudahnya, ibu menghela nafas kemudian menaruh harapan besar, "semoga mereka baik-baik saja."

William mengeluarkan mobilnya dari garasi, menyalakan mesin lalu pergi dari pekarangan rumah nya. Mobil silver itu melesat di jalanan yang mulus, lalu-lalang mobil yang mempunyai model yang sama berjalan di pinggirnya. William mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena jalanan kosong saat itu.

 William mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena jalanan kosong saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak akan biarkan mereka," tegas William. Tatapannya terlihat tajam begitu juga ambisinya yang mulai membesar.

Nafas menggebu, sorot mata yang menegaskan kekecewaan yang dalam, bibirnya terkatup ketika membayangkan sosok adiknya. Spekulasi dan harapan yang tertanam dalam pikirannya bersatu dalam satu waktu, sulit untuk memilih hal yang pasti William pun akhirnya bisa menahannya sendiri.

Drink It🍷 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang