Bab 2. Kakak Khawatir

1.5K 195 80
                                    

Halo semua!

Salam bahagia untuk kita. Gimana kabar dunia kalian hari ini, menyenangkan?Aku harap begitu.

Terkadang kita perlu takut sejenak, tentang sesuatu yang akan datang.

Happy Reading!


🌻🌻

"Kakak lagi berantem sama Rara ya?" Celetuk Thera tiba tiba dengan padangan lurus menatap wajah kacau Resta, membuat mata sayu Resta mengembang sempurna.

Dengan cepat Resta menampik asumsi sang ibu yang tidak benar. Resta meraih tangan Thera lalu menggenggam nya lembut dengan pandangan mata yang tulus dan penuh kehangatan tercurah di dalamnya.

"Engga mah, cuma masalah kecil aja." Kekeh Resta, tak ingin menambah beban pikiran perempuan di depannya ini. Hal itu membuat Thera tersenyum maklum dan tidak memiliki memaksa Resta untuk bercerita.

"Selesai masalah dengan pikiran dewasa kak, mamah yakin kakak ngerti apa yang mamah maksud." Ungkap Thera dengan senyum tipis di wajahnya.

"Iya kakak paham," Jawab Resta membalas senyuman Thera "Mamah ayo istirahat lagi atau mau tidur di kamar kakak aja?" Lanjut Resta membuat Thera mengangguk setuju.

Mendapatkan persetujuan dari Thera membuat Resta lekas mengambil alih tiang infus Thera dan mengikuti jalan Thera yang perlahan masuk ke kamarnya.

Terlihat kamar bernuansa abu muda yang dipadukan dengan warna putih gading yang manis, di beri sedikit sentuhan hitam beberapa sela ruangan. Di kamar ini terdapat satu single bed besar yang berhadapan langsung dengan Televisi yang menggantung di dinding ruangan.

Thera menjatuhkan dirinya di sini kiri kasur, menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang yang berdiri tegak dibelakangnya.

Thera sejenak memejamkan matanya meningmati harum menenangkan dari lilin beraroma vanilla di atas nakas yang ada disebelahnya. Aroma vanilla itu cukup membuat sakit kepalanya tadi mereda perlahan.

Jujur saja tubuh Thera terasa sangat lemas semenjak Resta memeluknya tadi, tapi Thera berusaha untuk menahannya sekuat mungkin, dia tidak boleh drop di hadapan Resta.

Mata Thera seketika terbuka ketika sebuah selimut menerpa setengah badannya yang kini sudah berbaring, bisa Thera lihat ada Resta yang dengan telaten merawatnya. Bahkan suhu pendingin ruangan sudah Resta turun kan agar Thera tidak kedinginan.

"Makasih kakak." Kata Thera singkat, hanya dibalas anggukan kepala oleh Resta. Setelah selesai memastikan Thera nyaman baru lah Resta merebahkan dirinya di samping Thera.

Keduanya sama sama terdiam, hingga beberapa menit, bergulat dengan segala pemikiran masing masing. Bisa Thera pastikan bahwa Resta juga belum terlelap sampai sekarang.

"Kakak gak mau tidur? Besok harus ke rumah sakit kan, nanti kakak gak fokus." Tutur Thera pelan membuat Resta yang menatap lurus ke arah televisi mati segera menoleh. Resta dengan lekas menjawab pertanyaan Thera.

"Iya mahh.. ini mau tidur." Sahut Resta pelan dengan nada yang sedikit merengek.

"Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya kak, terkadang kita perlu merasakan masalah agar bisa dengan sabar menghadapi situasi yang ada." Ujar Thera tiba tiba. Resta memejamkan matanya seketika, bahkan tanpa harus bercerita sang mamah sudah tau kegundahan hatinya sendari tadi.

Rabu Dibulan Desember Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang