Happy reading guys!!!
*
*
*
Suara tangisan begitu menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Suara panggilan yang tak kunjung mendapat jawaban. Hujan jatuh membasahi tubuh kecilnya yang tengah memangku seorang wanita yang tergeletak bersimbah darah. Tangan kecilnya berusaha mengguncang tubuh wanita itu.
"Mama... Hiks... Bangunlah, jangan tinggalkan Zhan Zhan sendiri...." Anak laki-laki berusia 7 tahun itu menangis pilu di tengah jalan.
20 menit sebelumnya, ia masih berjalan sambil menggandeng tangan sang ibu. Ia meninggalkan sang ibu sebentar untuk membeli makan. Namun, sekembalinya ke tempat di mana ibunya berada, ia malah mendapati sang ibu tergeletak di jalan bersimbah darah.
Suara sirine ambulance berdengung, beberapa orang yang ada di sana mengangkat tubuh wanita sekitar 35 tahun itu. Sedangkan si penabrak duduk sambil mengangkat tubuh kecil itu sembari memapahnya.
"Maaf... Maafkan aku...," Wanita paruh baya itu meremas lembut bahu sempit itu dengan air mata penuh penyesalan. Ia membawa Xiao Zhan kecil ke mobilnya kemudian melaju mengejar ambulance.
Tangis Xiao Zhan kecil tak kunjung mereda saat melihat darah di pakaiannya yang basah. Air matanya mengalir semakin deras seiring dengan Isak tangis yang keluar dari bibir mungilnya mulai memucat.
Sekitar 20 menit perjalanan, keduanya sampai di rumah sakit. Xiao Zhan berlari memasuki rumah sakit saat melihat ibunya yang terbaring di atas brankar. Tangan kecilnya berusaha menggapai tangan ibunya yang tergeletak. Namun, karena dorongan brankar terlalu cepat, ia tidak bisa menggapai tangan ibunya.
"Kemarilah, Nak." Ucap wanita itu anggun itu sambil membawa Xiao Zhan ke pelukannya. Hatinya begitu tersayat ketika melihat keadaan bocah itu.
"Maafkan aku... Maafkan aku...," Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Wang Laisha sebagai bentuk rasa menyesal dan bersalahnya.
"Hiks... kenapa anda menabrak ibu saya... hiks...?"
"Maafkan aku...," Laisha mengusap punggung kecil itu. Lama memeluk Xiao Zhan hingga akhirnya bocah 7 tahun itu mulai tenang.
"Kau pasti kedinginan, tunggu sebentar aku akan membelikan pakaian dan makanan untukmu, jangan pergi kemana-mana." Ujar wanita Wang itu pada Xiao Zhan.
Bocah 7 tahun itu mengangguk sambil mengusap air matanya. Manik bening dan bulatnya tampak membengkak karena terlalu lama menangis. Kaki kecilnya menapak di lantai kemudian berjalan mendekati pintu ruang IGD di mana ibunya di masukkan ke sana tadi.
Ia berjinjit untuk menggapai pintu kaca transparan itu. Air mata kembali menggenang di mata bulatnya ketika kaki kecilnya tidak mampu membuatnya bisa menggapai pintu kaca itu. Ia menunduk dan kembali terisak karena perasaan sedihnya.
"Seharusnya Zhan Zhan tidak meninggalkan ibu,... Hiks... maafkan Zhan Zhan ibu...," isakkannya di dalam tundukannya.
Grep...
Sepasang lengan melingkar di paha bagian atasnya dan perlahan tubuh kecilnya terangkat hingga ia bisa melihat pintu kaca ruang IGD. Xiao Zhan kecil menunduk untuk melihat lengan yang kini mengangkatnya. Ukuran lengan itu sedikit lebih besar darinya.
"Apa kau sudah bisa melihat ke dalam?" Suara itu tak terdengar berat, akan tetapi terdengar sangat dingin dan datar.
"Iya, aku bisa melihatnya, tapi aku tidak bisa melihat ibuku." Ujarnya pelan sambil berpegangan pada lengan anak lelaki yang kini menggendongnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just friends? Really? (End)
Random"Kau adalah bagian dari hidupku. Permintaan mu seperti perintah mutlak yang tak akan pernah bisa kutolak. Bahkan saat kau berkata ingin menjalin hubungan dengan orang lain, aku harus menurutinya." "Semua kulakukan karena aku ingin kau menjadikan ku...