3

1.4K 224 23
                                    

Happy reading guys!!!

*

*

*


Xiao Zhan turun lebih dahulu karena ingin memasak sesuatu untuk sarapan. Bersamaan dengan ia turun, Nyonya Wang keluar dari kamarnya yang terletak di lantai bawah.

"Selamat pagi ibu," sapa Xiao Zhan dengan senyum ceria di wajahnya.

"Pagi juga sayang, eh di mana Yibo?" Tanya Laisha ketika tidak mendapati sang putra di sana.

"Wang Yi sedang membersihkan diri," ucap Xiao Zhan seraya berjalan menuju dapur.

"Kau ingin memasak sarapan apa Zhan?" Tanya Nyonya Wang seraya mendekat.

"Mmmm aku akan membuatkan wafel untuk Wang Yi," ucapnya.

"Untuk Ibu?" Ucap Laisha dengan nada menggoda.

"Ibu mau juga?" Tanya Xiao Zhan sambil mengambil teflon.

"Kalau Zhan Zhan ingin membuatkan, Ibu mau saja." Ujar Laisha sambil mengangkat sebelah alisnya menggoda.

"Baiklah, aku akan membuatkan untuk ibu juga." Ia menuangkan adonan ke dalam teflon dengan telaten.

Hal seperti ini sudah biasa terjadi di kediaman keluarga Wang. Sejak awal Xiao Zhan masuk di rumah ini, ia di terima dengan baik. Tuan dan Nyonya Wang selalu memanjakan Xiao Zhan dan memberikan kasih sayang yang imbang dengan Yibo. Namun, 5 tahun lalu sang tuan besar terlebih dahulu meninggalkan dunia membuat Xiao Zhan harus kehilangan kasih sayang seorang ayah yang selama ini di berikan oleh lelaki pria itu. Namun, Yibo tidak membiarkan Xiao Zhan merasa kekurangan kasih sayang karena lelaki tampan itu memberikan seluruh perhatian dan kasih sayangnya pada Xiao Zhan.

Dulu Xiao Zhan tidak bersekolah karena keterbatasan biaya. Namun, setelah berada di keluarga Wang, Xiao Zhan menjalani homeschooling. Kenapa homeschooling? Tentu saja atas permintaan Tuan Muda Wang. Ia tidak ingin ada yang merebut Xiao Zhan darinya. Bukan rahasia lagi kalau Yibo akan bersikap posesif pada sesuatu yang membuatnya nyaman.

Beruntung Xiao Zhan anak yang penurut sehingga mau saja mengikuti keinginan Yibo. Terkadang sikap posesif Yibo menimbulkan banyak pertanyaan tentang hubungan di antara mereka. Terlebih sejak dulu keduanya tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun atau mungkinkah mereka pernah, tetapi tidak memberitahu satu sama lain? Entahlah.

.

.

.

Seperti permintaan Xiao Zhan sebelumnya, kini lelaki cantik itu berada di mobil dan ikut ke kantor bersama Yibo. Kepalanya bersandar di jendela mobil sementara matanya fokus pada ponsel milik Yibo.

Melihat Xiao Zhan yang sibuk dengan ponselnya, Yibo menarik salah satu lengan Xiao Zhan lalu menggenggam tangan ramping itu. Walau tengah menyetir, Yibo tak ingin membuat Xiao Zhan merasa di abaikan.

Yibo melirik Xiao Zhan yang bahkan tak mengalihkan tatapan dari ponselnya. ia terkekeh pelan ketika menyadari entah apa yang membuatnya mencintai lelaki yang memiliki tingkat kepekaan 0,000.000.001 persen. Dengan tingkat kepekaan serendah itu, apa yang bisa ia harapkan untuk lelaki cantik itu bisa membalas perasaannya di saat lelaki cantik itu bahkan tidak menyadari perasannya. Namun, ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia bahkan sengaja membuat Xiao Zhan bergantung padanya, agar lelaki cantik itu tak bisa lepas darinya.

Xiao Zhan menghela nafas pelan kemudian menegakkan tubuhnya beralih menatap jalanan. Ia memperhatikan kiri kanannya dengan tidak berminat. Namun, tatapannya terhenti pada sebuah kedai gulali yang berada di depan.

Just friends? Really? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang