1

44.8K 2.8K 148
                                    


Happy Reading 🦋

🦋🦋🦋

Aldira Kalila adalah seorang gadis mungil serta polos. Dia adalah salah satu murid baru di SMA elite di Jakarta.

Dira sangat terlihat bahagia, karena ini pertama kalinya dia akan menjalani sekolah dengan normal. Karena selama ini dia menjalani homeschooling.

"Adek! Ayo turun, nanti kamu terlambat, sayang!" teriakan itu membuat Dira langsung keluar dari kamarnya dan berlari turun.

"Pagi semua!" teriaknya begitu sampai di meja makan.

Di sana sudah ada ayah beserta kedua abang tampan nya.

"Pagi, sayang."

Alvaro, abang kedua Dira langsung memberikan Dira susu coklat kesukaan nya begitu Dira duduk di kursi nya.

"Makasih abang." ucap Dira dan langsung meminumnya. Alvaro tersenyum dan mencium pipi adiknya yang begitu imut dan menggemaskan.

"Princess ayah udah siap untuk mulai sekolah barunya hari ini?" tanya Aldamian, ayah Dira sambil memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Siap Ayah!" jawab Dira begitu antusias dengan pipi gembul nya yang penuh nasi goreng. Alrizal, abang tertua Dira, terkekeh melihat sifat menggemaskan adik nya itu.

"Dira sangat senang, akhirnya Dira bisa sekolah kaya orang-oang di luar sana,"

Mereka semua terkekeh melihat ke antusias kesayangan mereka itu.

🦋🦋🦋

Dira terpesona begitu melihat sekolah barunya begitu besar. SMA KHATULISTIWA itulah nama sekolah yang akan Dira tempati selama 3 tahun ke depan.

"Kamu senang, dear?" ucap Alvaro yang bertugas mengantarkan Dira hari ini.

Melihat adiknya yang akan menuntut ilmu dan jauh akan pengawasan nya, membuat Alvaro sedikit cemas. Tapi dia tidak boleh egois, ini adalah keinginan Dira dari dulu. Melihat senyum Dira yang tidak luntur dari tadi, membuat Alvaro tau bahwa adik mungil nya itu sekarang sangat bahagia.

Ayah Dira tidak mungkin melepas tangan begitu saja. Tanpa Dira ketahui, Ayah dan ke dua abang nya sudah menyiapkan beberapa bodyguard untuk menjaga Dira dari jarak jauh.

Bisa saja mereka menyuruh bodyguard itu untuk menjaga Dira dari dekat. Tapi itu akan membuat Dira tidak bebas dan membuat nya sedih lagi. Oh, itu tidak boleh terjadi. Karena bahagia Dira adalah nomor satu.

"Dira sangat senang, abang." seru Dira antusias. Alvaro tersenyum tipis dan melayangkan kecupan nya di pipi gembul adiknya itu.

"Sekarang ayo turun, abang akan antar ke dalam."

"No abang." ucap Dira sebelum Alvaro turun dari mobil.

"Kenapa, dear?"

"Dira bisa sendiri, abang. Abang ada kelas pagi hari ini. Jadi lebih baik, abang cepat cepat berangkat kuliah, nanti abang kena hukum gimana? Nanti abang kecapean, terus abang sakit. Dira enggak mau abang sakit ya." cocos Dira dengan wajah menggemaskan. Alvaro menghela nafas pelan.

Alvaro merapikan helaian rambut Dira dengan lembut. "Oke. Tapi, kalo ada yang ganggu Dira, lapor ke abang ya?".

"Aye aye Captain!" Seru Dira.

Sebelum Alvaro membalas ucapan Dira, Dira langsung berlari memasuki sekolah barunya. Dira terpana begitu melihat isi dalam sekolahnya.

Dira berjalan terus sambil melihat sekelilingnya. Tiba-tiba dia melihat seorang laki-laki tampan yang sedang berdiri di dekat ruangan, yang dia tidak tau itu ruangan apa. Dira ingin tau dimana ruangan kepala sekolah, lebih baik Dira tanya saja pada laki-laki itu.

Dira memang dasar nya gadis yang hiperaktif, bukan nya berjalan tapi dia malah lompat-lompat layak nya pocong. Karena asik melompat, Dira tidak melihat ada batu kecil dan menginjaknya, sehingga membuat nya oleng dan terjatuh.

"Aduh." ringis Dira sambil menepuk kedua tangan nya. "Sakit, ish."

"LAH ADA BOCEL!!" teriakan laki-laki itu membuat semua mata mengarah kepadanya, tapi laki-laki itu tidak peduli. Dia hanya terpaku pada gadis yang masih duduk di atas tanah. Glen segara membantu nya berdiri.

Laki-laki itu terpana melihat Dira yang begitu cantik. Badan yang mungil, kulit putih bersih, pipi chubby, bola mata yang besar, bibir pink alami, rambut pendek. Dan jangan lupakan tatapnya yang polos. Pipi gembul nya seakan akan mengundang untuk digigit. Anjir mana tahan.

"Ih, Dira bukan bocel tau," ucap Dira dengan suara imutnya. "Eh, tapi bocel itu apa?" tanya nya dengan polos memiringkan kepalanya.

Imut banget anjir!

Laki-laki itu langsung tepuk jidat melihat kepolosan dan keimutan secara bersamaan gadis di depan nya. Pemuda itu menundukkan badan nya, karena Dira hanya sebatas dadanya. Jangan bilang dia ketinggian, salahkan saja Dira kenapa mempunyai badan yang sangat mungil. 150cm cuy.

"Lo anak baru?" tanya laki-laki itu dengan lembut persis seperti bapak bapak bertanya kepada anak kecil.

"Iya, Dira baru masuk hari ini," jawab Dira sambil mengangguk. "Kamu juga sekolah disini ya?"

"Lo gak lihat apa, gue pakai seragam persis kaya seragam yang lo pakai?" Dira menunduk melihat seragam nya dan kembali melihat seragam laki-laki di depan nya.

"Kok seragam kita mirip?"

Laki-laki itu menepuk jidat nya, bukan nya beberapa detik lalu dia sudah bilang, kalo seragam yang dia kenakan dan seragam gadis itu sama. Ya otomatis dia juga bersekolah di SMA KHATULISTIWA.

"Lo kelas berapa?" tanya laki-laki itu mengalihkan pembicaraan.

Dira menggeleng tanda tidak tau. "Dira kan masih murid baru. Dira belum di kasih tau kelas Dira dimana. Kamu tau gak, Dira kelas berapa?" tanya Dira dengan polosnya.

"Mana gue tau, bocel." lama-lama laki-laki itu emosi juga. "Sini gue anterin lo ke ruang kepala sekolah. Biar lo tau letak kelas lo dimana." ucap laki-laki itu seraya menarik lembut tangan Dira, gadis mungil itu hanya mengikuti saja.

"Betewe, nama gua Glen." ucap laki-laki itu di tengah perjalanan mereka.

"Nama Dira, Dira!" ucap Dira dengan sangat menggemaskan, Glen mengangguk dan terkekeh pelan.

Begitu mereka tiba di depan ruang kepala sekolah, Glen menyuruh Dira untuk masuk, sedangkan dia menunggu di luar. Dira tak banyak tanya lagi langsung masuk. Tidak berapa lama kemudian, Dira keluar diikuti kepala sekolah.

"Loh, Glen. Kamu kenapa berdiri disini?" tanya kepala sekolah bingung. Glen menggaruk leher belakang nya dan cengengesan.

"Saya nunggu Dira, pak."ucap nya.

"Kebetulan sekali, Dira satu kelas dengan kamu. Jadi, tolong kamu bawa dia ke kelas. Sebentar lagi bel akan berbunyi."

Glen mengangguk patuh. "Kalo begitu, kami pamit, pak." kepala sekolah mengangguk.

Glen membawa gadis mungil itu pergi menuju kelas yang akan Dira tempati. Dira hanya mengikuti kemana Glen membawanya pergi.

TBC

POSSESSIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang