Chapter 3

4 0 0
                                    

Suara notifikasi whatsapp muncul dari handphone ku......

081xxxxxxxxx
Assalamualaikum

Adeeva L. Diningrat
Wa'alaikumussalam, maaf siapa ya?

081xxxxxxxxx
Keenan

Adeeva L. Diningrat
Dapat nomor gue drmn?

081xxxxxxxxx
Dari Raka

Adeeva L. Diningrat
Emang sembarang tu anak ngasi nomor gue

081xxxxxxxxx
Sorry gue ganggu ya?

Adeeva L. diningrat
Ada apa Nan? Ada yg bisa gue bantu?

081xxxxxxxxx
Nanti sore gue jemput ya, main ke rumah. Ada acara.

Adeeva L. Diningrat
Acara apa? Malu ah gk ada yg gue kenal.

081xxxxxxxxx
Kan nanti ada Raka sama Sartika. Sekalian kenalan sm ponakan gue.

Adeeva L. Diningrat
Yauda nanti kabarin aja klo udh mau jemput, biar gue siap2.

081xxxxxxxxx
Ok Viiiii

Hari liburku sungguh produktif sekali, menghadiri banyak acara, keluhku seorang diri.

Sore itu Keenan menjemputku di rumah, ia memakai celana putih pendek selutut dipadukan dengan hem kotak-kotak nerwarna biru dongker. Dan kalian tau baju apa yg aku pakai? Rasanya ingin ku berteriak tepat di telinganya, mengapa baju kami bermotif dan warnanya sama. Ah sudahlah mungkin saja kebetulan.

"Hai Via, udah siap?" Sapanya kala melihatku membuka gerbang
"Udah, tapi nanti mampir swalayan dulu bentar" balasku singkat
"Ok bos" jawabnya antusias

Sesampai di swalayan aku mengatakan pada Keenan untuk menunggu di mobil saja dan dia menurut. Aku membeli parsel buah, malu aja gitu gk ada bawa apa-apa.

"Kamu beli apa?" Tanya Keenan padaku
"Buah tangan buat bapak sm ibu mu" kataku sambil tersenyum
"Kok jadi malah kamu yg repot sih? Kalau aja aku tau kamu mau beli itu, nggak akan aku berhenti disini" balasnya sambil fokus mengemudi
"Cuma buah doang kok Nan" balasku sambil menekan-nekan tombol yg ada di mobil untuk menyalakan musik.

Alunan lagu pamungkas yg berjudul One only mulai terdengar di telinga, entah kenapa playlist spotify ku memutar lagu itu. Keenan ikut menyanyikan lagu tersebut... sepertinya dia hafal.

Rumah Keenan cukup jauh dari rumahku, sekitar 20 menit baru bisa sampai. Saat sampai... Seorang ibu datang menyapa kami, parasnya yg cantik membuatku tak berhenti menatapnya. Tak hanya ibu itu yg menyambutku, masih banyak ibu-ibu yg lain datang untuk berkenalan. Akan seperti apa cerita hari ini? Itulah pertanyaan yg muncul dikepala ku.

Aku menyerahkan buah yg ku beli tadi kepada ibu Keenan. Sebenarnya Keenan memanggilnya Mama, karena tidak tau ku panggil saja Ibu.
"Buk.. ini sedikit buah tangan dari Via. Maaf Via gk tau Ibu sukanya apa." Senyumku kepada Ibu Keenan
"Yaampun Via, pake repot-repot segala. Ibu suma banget buah jeruk, kamu pas kok belinya." Senyumnya padaku

"Memang Keenan tidak bilang?" Tanya Ibu padaku
"Ohh nggak bu, Keenan gk pernah bilang." Jawabku malu
"Keenan mah kalau nggak ditanya mana mau bicara, yauda yuk duduk dulu. Oh iya kenalan sm kembar, sm abang juga." Ucapnya tanpa jeda
"Ibu sama anak sama aja." Kataku pada Keenan
Keenan hanya nyengir tanpa rasa berdosa

"Lena, leni, sini dulu bentar" teriak Ibu memanggil si kembar
"Kenapa ma?" Jawab si kembar
"Loh ada mawar, kapan datang? Kok tante gk lihat?" Kaget Ibu
Tak ku sangka ada mawar disana. Keenan menatapku seolah berbicara, aku nggak tau kalau ada dia disini.

"Lena.. Leni.." ucap si kembar sambil mengulurkam tangan mereka
"Via" jawabku singkat dan menbalas uluran tangan si kembar
"Ayo duduk kak" ucap Leni, sedangkan Lena terlihat acuh
"Eh..." Ucapku terbata
"Abang bawa mba Via ketemu Nino dulu" Keenan menarik tanganku meuju ke arah tangga

"Bayi gembul itu pasti Nino" tebakku pada Keenan
"Iyaa, bentar aku ambil dulu dia. Kamu tunggu disini jgn kemana-mana" ucap Keenan
"Iyaaa tenang aja" balasku pada Keenan

Tak lama setelah Keenan pergi mawar datang menghampiriku "sudah sampai mana hubungan kamu dengan Keenan?" Tanyanya padaku
"Kenapa? Cemburu?" Balasku singkat
"Yg perlu kamu tau, Keenan itu blm move on dari aku." Ucapnya lalu meninggalkan aku
"Terserahlah, emang gue pikirin." Balasku marah

"Vi, coba gendong deh. Sanggup nggak kamu?" Ucap Keenan sambil memberikan Nino untuk ku gendong
"Hallo Nino sayang" ku cium pipi bayi gembul itu
"Maa... Ma" ucapa Nino padaku
"Lah, malah kamu yg dipanggil Mama, ibunya sendiri enggak" tawa Keenan sambil mencubit pipi Nino
"Loh emang iya?" Tanyaku penasaran
"Iyaa.. Vi sekalian suapin Nino. Belum makan dia." Keenan memberiku semangkuk mpasi Nino
Tak perlu waktu lama Nino memakannya sampai habis kemudian ia tidur sambil memelukku erat seperti tak mau lepas.

Aku, Keenan dan Nino turun ke lantai dasar karena acara akan segera di mulai, rupanya hari ini ulang tahun Keenan. Ingin ku getok kepala manusia itu, sesantai itu dia bersamaku tanpa mengatakan apapun. Aku malu tidak membawa kado untuk nya.

"Wah Nino anteng banget sama Via" Ucap Ibu Keenan
"Mas... Sini bentar, ini loh Via. Kenalan dulu" panggil Ibu kepada Bapak
"Lohhh kok malah udah gendong Nino aja?" Tanya Bapak yg kaget melihat Nino denganku
"Iya Pak, tadi Via bantu suapin Nino makan" jawabku sopan
"Keenan, anak gue mana?" Teriak lelaki yg tak kalah ganteng daripada Keenan, namanya Januar
"Ini, nempel kayak perangko sama Via." Jawab Keenan sekenanya
"Yaampun mana pules banget boboknya" balas Nana istri Januar

Tiba-tiba Lena, Leni, dan Mawar datang. Mereka ikut berkumpul bersama semuanya di ruang tengah. Aku berdiri disamping Nana, karena memang aku masih menggendong Nino.

Keenan ada di tengah ruangan, ia kini sedang memotong kue. Ia memberikan suapan kue pertama untuk Ibu, kemudian Bapak, dan yg terakhir ia menyuapkan padaku. Aku malu, apabila ada jurus menghilang aku ingin menggunakannya saat itu juga. Tatapan Mawar seolah ingin membunuhku.

"Potong kuenya..potong kuenya.." teriak semua orang
"Potongan pertama buat siapa ya" teriak Januar
"Buat calon tantenya Nino dong" sahut Nana
"Engga, dosa loh Nan klo nggak kasi ke Ibu duluan" balas ibu
"Iyaa buat Ibu duluan dong" senyum Keenan sambil menyuapi Ibu
"Selanjutnya ayah" ucap Keenan
"Siapa lagi ya??" Kompor Nana
"Adeeeek" kata Lena dan Leni
"Enggak!!" Teriak Keenan lalu berjalan ke arah ku

"Terima ya, suapan ketiga aku buat kamu" ucapnya lembut padaku
Seolah tersihir ku buka mulut dan menerima potongan kue yg Keenan suap padaku
"Ciyeeeeee" teriak semua orang tak kalah Ayah dan Ibu juga ikutan
Wajahku bersemu merah seperti tomat, begitupun dengan Keenan.

Aku di rumah Keenan hingga larut malam, tidak ada Kana, Sartika, dan juga Arshaka seperti ucap Keenan kemarin. Sepertinya dia menbohongiku.

"Kado aku jangan lupa ya" ucapnya menunjuk pipinya sambil bermain mata
"Apaan sih? Kamu minta apa?"jawabku tak paham
Ditunjuknya lagi pipi kanan nya
"Kamu minta cium?" Ucapku setengah berteriak
Beberapa orang menatap ke arah kami berdua
"Jangan gila deh" jawabku dan
Keenan hanya tersenyum

Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote dan comment-nya! 😊

Love, Tania.

The Way We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang