Chapter 2

5 1 0
                                    

Aku berjalan malas ke pintu keluar rumah, sungguh kenapa juga seoarang Arakana bisa menikahi wanita macam Sartika. Seperti tidak ada wanita lain saja yg lebih encer otaknya kalau di ajak bicara.

"Kamu tunggu di sini aja, aku markir mobil agak jauh" ucap Keenan sambil melangkah menjauhiku
Aku hanya mengangguk membalas ucapan Keenan sampai suara klakson mobil terdengar nyaring di telingaku, rupanya Keenan pelakunya.

Aku buka pintu penumpang samping kemudi, ku duduk diam di samping Keenan sambil menatap jalan yg ada di depan. Mobil ini rapi, wangi dan juga bersih. Defini dari seorang Keenan banget!

"Via.. kamu sepupu Kana kan? Kok kita nggak pernah ketemu?" Keenan mencoba memulai pembicaraan di antara kami berdua
"Kita dulu satu sekolah, aku emng kuper jd kamu nggak akan tau aku." Balasku dengan senyum
"Oh ya? Kita satu SMA, kamu kelas apa?" Tanya Keenan antusias
"12 IPA 1, kelas yg paling ambis kalau belajar." Jawabku sambil tertawa
"Padahal kelas kita sebelahan, kok bisa aku nggak pernah lihat kamu?" Bingung Keenan

Ya jelas kamu nggak tau aku, aku cewek berkacamata yg hobinya menatap kamu cuma dari balik jendela kelas, atau saat jalan ke toilet. Kerjaan nya cuma baca buku di kelas, sisanya ya mendekam di perpustakaan. Tapi kenapa malah aku nggak masuk kedokteran, malah menjadi seorang guru. Ucapku dalam hatinya.

"Loh kok malah bengong, btw kerja dimana?" Tanya keenan
"Aku sebenarnya lagi liburan, aku guru." Jawab ku santai

Kebiasaan banget nggak sih? Ditanya apa malah jawab apa. Ngatain sartika, ehh ketularan sartika juga lama-lama.

"Wah keren dong!!" Antusias Keenan
"Terus kamu?" Tanyaku padanya padahal aku sudah tau
"Aku dokter, kalau kamu sakit kasitau aku ya" jawabnya tersenyum
Ku balas senyumya sambil berujar pelan "dengan senang hati"
"Kita sudah sampai, kamu nggak mau touch up dulu?" Tanyanya lagi padaku

Aku hanya menatap wajahku pada cermin kecil yg ku ambil dr dalam clutch, ku oleskan lagi sedikit lipstick dan ku semprot sedikit parfum.

"Eh sorry, aku nggak sadar semprot parfum depan kamu." Ucapku malu
"Gpp Via, santai aja." Ucapnya sambil membuka pintu untuk keluar
"Vi, aku ganti baju dulu bentar, baju ini udh kusut dan bau keringat" ucapnya padaku

Nggak perlu waktu lama, Keenan kini sudah berdiru lagi di depanku.
"Aku udah rapi kan?" tanya Keenan sambil menutup pintu kemudi
"Eh bentar... Nah sekarang rapi" Ku perbaiki kerah baju nya yg terlipat
"Yukkk" ucap keenan sambil memberi lengan nya tanda ingin menggandengku
"Iyaaa" senyumku kikuk

Sampai di dalam venue, ku dapati banyak sapaan menghampiriku. Bahkan salah satu teman lama SMA ku, yaampun udah lama banget nggak ketemu Rita. Rita menghampiri dan memelukku erat.

"Viaaaa yaampun kangen banget sih" ucap Rita heboh
"Semenjak lo pindah kita baru ketemu lagi, terakhir waktu pertandingan basket yg waktu itu ya.. Keenan yg main. Oh ya lo sama siapa aja?" Tanyaku pada Rika
"Sama teman2 dong, kan mempelai cowoknya angkatan gue di SMA Kesuma" jawab Rita santai sambil melirik Keenan

"Hai Keenan" pada akhirnya Rita juga menyapa Keenan
"Loh udah saling kenal ternyata" balsku
kaget
"Iya" ucap Keenan
"Sini bentar Din, coba lo lihat Via yg sekarang" panggil Via pada Dina sepupunya
"Gila sih ibu PNS emang ya tambah cantik, bebas masuk salon" canda dina padaku
"Nggak usah lebbay Din, gue sama kayak kalian kok" balasku malu
"Loh Keenan, bareng Via?" Tanya Dina

Keenan hanya mengangguk. Ku lihat Rika mencubit lengan Dina dan Keenan mulai tidak nyaman. Sungguh ini di luar dugaanku bisa bertemu lagi dengan Rita dan Dina, sahabat dekat mantan nya Keenan.

"Yaudah, ngobrol nanti lagi. Gue sm Keenan belum ketemu sama pengantin. Bye Rik, Din." Ucapku pada mereka
"Kamu kenal mereka dimana?" tanya Keenan
"Rika kan dulu satu kelas sama aku, tapi dia pindah ke Kesuma. Entahlah knp pindah ke SMA swasta. Anak orang kaya kan bebas." Balasku acuh
"Kok gitu sih? Kita kan sama aja Vi. Kaya ataupun miskin, semua sederajat." Balas Keenan tak mau kalah
"Iyaaaa Keenan, udah ya aku nggak mau berdebat" balasku pd akhirnya

Usai berjabat tangan dengan pengantin, aku dan Keenan bertemu dengan Kana. Manusia gila itu menelponku berapa puluh kali, ternyata aku diminta untuk memotret keluarga bahagia nya. Kana juga memaksa untuk memotret aku dan Keenan. Manusia es ini juga nurut dan tertawa melihat ku, daripada ribut ku turuti saja kemauan Kana.

Tak disangka-sangka, kami bertemu dengan Mawar, mantan Keenan yg memiliki kulit sebersih susu. Sungguh perempuan yg sangat cantik. aku sih kalah jauh jika dibandingkan dengan mawar. Detik itu juga Keenan menggenggam erat tanganku.

"Ketemu lagi ya kita Vi, perkataan itu memang do'a" kata Rika padaku
"Iya bener banget Rik" senyumku pada Rika
"Sorry nih Vi, lo sama Keenan..." Tanya Rika to the point
"Udahlah Rita, nggak usah nanya yg nggak penting" sahut Mawar membuang muka

"Kenapa? Belum juga selesai pertanyaan Rita, udh di potong aja" balasku santai pada mawar
"Ya gpp sih" senyum Mawar kikuk
"Pacaran ya?" Tanya Dina pada akhirnya
"Iyaaa, memangnya kenapa?" Jawab Keenan

Kurasakan genggaman tangan Keenan semakin kencang.
"Yaelah gue pikir nanya apaan? Klo lo nanya kapan nyusul Dinda ke pelaminan. Sorry gue gk bisa jawab, itu harusnya nanya ke Keenan. Ya kan sayang?" Ucapku sambil tersenyum le arah Keenan
"Iya" balas Keenan singkat

"Anjir, bisaan emang lo Vi" balas Rika canggung
"Taudah gue mau nanya itu deh" kata Dina tertawa
"Tunggu aja lah Din, elo mah suka gk sabaran. Lo aja duluan" kata Rika memukul kepala Dina
"Sialan ya emang lo" balas Dina memukul kepala Rita
"Sorry, kita duluan. Tadi Via belum makan, rencananya mau makan di luar." Potong Keenan
"To twiiiiit" teriak Rika dan Dina bersamaan

Ku dapati wajah pucat Mawar saat Keenan melepas genggaman tangannya, dan diganti dengan merangkul pinggangku. Sampai kami jauh meninggalkan venue. Dalam mobil Keenan hanya diam seribu bahasa, ia fokus mengemudi hingga kami sampai ke jalan menuju pantai.

"Nan.. kita mau ke pantai?" Tanyaku pada nya
"Vi, sorry ya. Aku kacau banget tadi ngaku-ngaku jadi cowok kamu segala pasti pacar kamu nanti marah dan kalian bakal berantem gara-gara aku." Balasnya panjang lebar tanpa koma
"Bisa di ulang? Aku nggak paham kamu ngomong apa." Balasku malas
"Kita makan ikan bakar di pantai Nipah aja, kan kamu lapar." Jawabnya santai
"Kapan aku ngomong gitu sih? Perasaan tadi kamu yg ngomong" balasku kesal

Yang terdengar hanya tawa keenan yg kini bersatu dengan suara deburan ombak. Sungguh tenang sekali rasanya. Kami berdua makan tanpa mengucap satu katapun. Usai makan, kami berjalan menyusuri pantai, gaun panjangku basah di terpa deburan air pantai. Kami juga bermain ayunan, tepatnya hanya aku, Keenan yg kebagian mendorong ayunan. Sampai akhirnya Keenan mengantarku pulang usai matahari terbenam dengan indahnya.

Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote dan comment-nya! 😊

Love, Tania.

The Way We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang