Chapter 1

7 0 0
                                    

Hari itu ku lihat dia sedang asik bermain basket bersama tim basket lainnya. Aku menatapnya dari jauh, itulah hal yang sering aku lakukan. Lengkungan bibirnya menjadi fokus utamaku. yaaa, kini dia sedang tersenyum, menatap wanita yang sedang memegang botol air di pinggir lapangan.

Ku hela nafas dan memutuskan untuk meneruskan perjalanku menuju toilet yang ada di ujung lorong. Disana aku berdiri diam sejenak, bersandar di tembok lalu menatap lurus kedua kakiku. Aku rasakan deru nafas yang kini semakin tidak beraturan. Aku bergetar, ku pegang dadaku sambil berucap "aku rasa aku tidak boleh suka dengannya, tak ada posisi yang pantas untukku". Sejak hari itu aku memutuskan untuk menyembunyikan perasaanku dalam-dalam di relung hatiku.

Namun... rasa yang aku pendam 10 tahun lalu kini membuncah kembali. Aku melihatnya kini berdiri di depanku, menatap kedua bola mataku, yaa.. tepat di depanku. Seperti mimpi yang berubah jadi kenyataan. Detak jantungku tak beraturan, ku rasa semua orang dapat mendengarnya. Semoga saja tidak!

"Ada Raka nggak ya?" Kata nya padaku
"Raka? Siapa maksudnya?" Tanyaku terbata
"Hmmm Arakana Brahma, yang punya acara maksud gue." Jawabnya santai
"Oh Kana ya, sebentar ku cari, tunggu disini." Senyumku malu
"Oke!" Jempolnya mengarah padaku
"Lucu juga nih orang." Ucapku pelan

Setelah muter-muter nggak jelas dan tidak menemukan keberadaan Kana, aku memutuskan kembali ke posisi dimana Dia berdiri dan ternyata ada Kana disana.

"Lo tau nggak, gue cariin lo keliling rumah kayak setrikaan, kiri kanan atas bawah tapi nggak ketemu, ngapain lu disini?" Ucapku tanpa spasi
"Bukannya lo nyari gue buat ketemu Dia? Ini gue udah sama Dia kan?" Jawab Kana singkat
"Lo mah emang rese dari dulu." Kataku menjauhinya.

"Loh loh loh, malah marah beneran..." peluknya dari belakang sambil mencubit pipiku
"Udah ah lepas, malu diliatin tuh." tunjukku pada lelaki itu
"Sorry bro, Via emang gini, moody!" Jawab Kana sambil tertawa.
"Oh masih mau lanjut??" Marahku lagi pada Kana.
"Yes princess.. eh no. Big no! Deal?" Rayu Kana

Dia hanya tersenyum melihat interaksi antara Aku dan Kana, duo sepupu yang tingkat ketidak akurannya  cukup tinggi dibanding yang lain. Ku balas senyuman itu dengan senyumku yang paling manis dan tulus.

"Sorry ya bro gue malah ganggu." ejek Dia pada Kana
"Hahaha anjim sialan lo!" Sahut Kana
"Aku ke belakang ya Kan." tegurku pada Kana

Aku berjalan menjauh dari dua orang itu, membiarkan mereka bertukar cerita tanpa adanya orang ketiga. Yaaa, aku tidak ingin jadi yg ketiga. Aku melangkah menuju Sartika yang kini tengah berusaha menidurkan Arshaka.

Ku elus lembut bahu Sartika sambil bertanya "ada apa dengan Arshaka?"
"Sepertinya dia haus, tapi aku akan mencoba menidurkan nya saja." jawab Sartika padaku
"Boleh ku coba gendong?" Tawarku ramah
"Kamu mau? Ohhh dengan senang hati. Aku akan mencari mama dulu. Ada yg ingin ku bicarakan padanya" di serahkannya Arshaka padaku

Ku gendong Arshaka, ku tatap wajah gembulnya, terlihat sedikit memerah, oh ternyata bayi ini kegerahan. Aku pun mulai mencari keberadaan pendingin ruangan, yap ku temukan itu dan ku duduk di sebelah kipas tersebut sampai pada akhirnya Arshaka pun mulai tertidur. Suara deheman seseorang membuyarkan lamunan singkatku.

"Boleh aku duduk disini?" Begitu katanya padaku.
"Yaa silahkan." ucapku pada Keenan
"Aku kegerahan makanya kesini, karena ku lihat ada kamu yasudah ku putuskan duduk disini." senyumnya padaku

"Tidak apa-apa, ini kan tempat umum. Asal jangan membuat keributan sehingga bayi ini terbangun." arah mataku melirik Arshaka
"Ini... Bayi mu atau...." Tanya nya padaku
"Bayi nya Kana dan Sartika." ucapku tersenyum
"Maaf ku pikir kau sudah berkeluarga." Ucapnya lagi

Setelah itu tak ada lagi pembahasan di antara kami berdua. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk bangkit, dengan permisi aku melewatinya. Tanganku rasanya sudah pegal sekali. Tapi belum sampai lima langkah, seseorang memegang bahuku. Yaa dia memegang bahuku, memintaku untuk berhenti melangkah.

"Kamu kelelahan? Sini biar aku saja yg menggendong nya. Aku sudah biasa karena punya ponakan laki-laki juga." ucapnya panjang lebar
"Baiklah tentu saja. Terimakasih." Balasku

Kami duduk kembali, dia mulai menceritakan tentang bagaiamana lucunya keponakam laki-lakinya. Dia bilang akan mengenalkan aku dengan bayi lucu itu. Ku anggukkan kepalaku di setiap kalimat yg ia ucapkan. Aku jd semakin paham mengapa aku bisa tertarik padanya dulu, senyuman itu jadi alasan nya.

Arakana datang bersama Sartika sambil mesam-mesam dan berangkulan mesra. Apa-apaan coba mereka berdua itu. Di pikir aku ini akan bisa bertahan melihat hal romantis begitu. Sungguh kurang ngajar!

"Enak-enakan berdua, gue jagain anak lo. Kan tidak tau diri itu namanya" marahku pada Kana dan Sartika
Arkana tertawa sambil mencubit pipi Sartika. "Coba kau lihat wajah Via itu, ingin ku gigit pipi chubby nya."
"Yaampun Via, aku malah lihat kalian berdua tadi udah cocok bgt loh. Kapan nih buatin ponakan buat Arshaka" ucapnya polos

Rasanya detik itu juga ingin ku getok kepala istri Arkana itu, oon nya kelewat batas.

"Yatuhan aku gk bisa nahan ketawa" ucap Kana sambil terbahak
"Istriku kok.. yaampun itu ibu dr anakku" ucap Kana lagi
"Hallo sartika, aku Keenan, teman SMA Kana dulu" ucap Keenan sambil tersenyum
"Oh yatuhan, ku pikir pacar Via. Sorry ya." Balas Sartika yg tak kalah polos

Detik itu juga ku tinggalkan Kana, Sartika dan Keenan. Ku lambaikan tangan kepada mereka sambil berucap "Aku pergi dulu, nggak akan selesai obrolan ini hanya karena seorang Sartika. Aku sudah terlambat ke nikaha Dinda."

"Berangkat bareng Keenan aja, nanti aku sm Sartika nyusul. Tunggu para undangan sepi dulu. Tadi Radit udah berangkat, katanya nggak lihat kamu" teriak Kana
Ku berhentikan langkahku dan melotot ke arah Sartika "Terus kamu nggak bilang aku lagi jaga Arshaka?"
"Enggak." Jawab Sartika polos
"Yasudah, ini gendong Arshaka. Aku pergi dulu ya" ucap Keenan pada akhirnya.
Via hanya memutar kedua bola matanya, pertanda ia sudah malas.

Terimakasih telah membaca, jangan lupa vote dan comment-nya! 😊

Love, Tania.

The Way We Love Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang