Suasana hening menyapa sarapan pagi keluarga kecil itu. Hanya bunyi denting sendok lah yang mendominasi ruang makan itu. Sesekali mata Agan melirik ke arah Alex yang masih fokus dengan makanan dihadapan nya.
Ini adalah masalah sekolah Agan, tadi Agan bertanya pada mama nya, tapi mama nya hanya diam dan mengatakan kalau nanti Agan akan menanyakan langsung pada papa nya itu.
Mata Agan memperhatikan gerak Alex yang meletakkan sendok ke atas piring nya yang telah kosong, begitupun dengan Axel dan mama nya yang telah selesai dengan sarapan nya.
"Emm..."
"Habiskan susu mu Agan"
Ucapan Agan harus terhenti karna perintah dari Alex.
Agan menatap susu vanila di hadapan nya yang masih sisa setengah gelas lagi. Seketika perut Agan merasa mual karna terlalu banyak makanan yang masuk ke perut nya.
Namun Agan memaksakan susu itu masuk ke perut nya.
Aleyshia hanya diam menunduk di meja makan itu, dia tahu Agan pasti akan membahas masalah sekolah nya sekarang.
"Emm.. Sekolah Agan?"
Alex menyerngit, bukankah dia sudah mengatakan masalah sekolah Agan pada Aleyshia? Mata Alex beralih ke Aleyshia, wanita itu hanya diam menunduk di meja makan itu.
"Dua hari lagi kau akan mulai homeschooling"
Mata Agan melotot mendengar kalimat yang dengan mudah nya keluar dari mulut papa nya itu.
"Kenapa homeschooling? Agan punya sekolah!"
Semua yang ada disana terkejut mendengar suara Agan yang begitu lantang.
Sementara Agan tidak peduli, dia sudah homeschooling sejak kecil, dan baru bisa sekolah umum sejak dua tahun terakhir, dan sekarang dia mau homeschooling lagi?
Mereka semua bertindak semau nya, tidak ada yang memikirkan perasaan nya.
Alex langsung menatap datar ke arah Agan, dia tidak suka ada yang bersuara keras dihadapan nya, ajaran Franz benar-benar buruk.
"Cukup turuti, jangan banyak membantah"
Mata Agan memanas melihat bagaimana Axel dan Aleyshia yang sama sekali tidak ada yang membela nya, seolah mereka pun setuju kalau Agan lebih baik homeschooling.
"AGAN NGGAK SUKA DISINI!!"
"AGAN BENCII!!"
setelah nya Agan berlari menaiki tangga yang cukup panjang itu, dia hanya ingin ke kamar nya, tidak ada yang mengerti diri nya disini.
Brak
Suara bantingan pintu itu berasal dari kamar Agan. Agan menutup kencang dan langsung mengunci kamar nya. Dia langsung duduk dan menenggelamkan wajah nya dibalik lipatan lutut nya.
Dia jadi rindu papa Franz nya, mama Kaela, juga dua abang nya itu. Terbiasa menjadi prioritas dan kesayangan keluarga nya membuat Agan merasa kalau di keluarga kandung nya Agan tidak mendapatkan itu. Dia ingin kembali, dia tidak ingin disini.
"Tok"
"Tok"
"Tok"
"Agan.. Ini kak Axel..."
Agan hanya diam, dia tidak ingin menemui siapapun.
Tiba-tiba mata Agan teralihkan ke arah pintu balkon yang terbuka, tak memperdulikan Axel yang terus mengetuk pintu nya, Agan melangkah dan menatap kebawah dari balkon nya, sepertinya tidak terlalu buruk pikir Agan.