Pada akhirnya kita yang datang ke dunia bareng-bareng, nggak akan selalu bersama. Seutas kalimat memenuhi kepalaku sedari pagi, membuatku tak fokus membuat pesanan onigiri yang harus diantar beberapa jam lagi.
"Aww!!" Tubuhku bergidik, kemudian melompat kecil kearah belakang. Lamunanku yang semakin menjadi-jadi membuat tanganku tergores oleh pisau.
"Sini." Pergelangan tanganku direbut, Suna membersihkan luka pada jemariku kemudian membalutnya dengan plester. De Javu, membuatku mengingat Atsumu lebih dalam lagi.
"Sebaiknya Lo pergi hari ini." Ujar Suna membuatku sedikit memiringkan kepala, tanda keheranan. "Ah, Lo kangen sama Atsumu, kan? Cepetan pergi aja, biar gw yang tanganin sisa kerjaan disini." Lanjut Suna yang mengetahui isi kepalaku.
Kedua kaki-ku masih mematung, berpijak di area dapur. Aku masih tak yakin apa akan baik-baik saja jika meninggalkan Suna dan membiarkannya menyelesaikan semuanya sendiri.
"Lo bisa pake motor gw." Suna menyerahkan kunci motor miliknya tepat di atas telapak tanganku.
Aku tersenyum padanya, kemudian beranjak pergi. Ia benar-benar seorang sahabat yang paling hebat.
Sebelumnya aku tidak pernah membawa kendaraan, karena aku tidak bisa mengemudi. Namun aku merasa bahwa Suna akan kerepotan jika harus mengantarku pergi kesana kemari, karena itulah aku mulai belajar mengemudi.
Saat aku hendak memutar kunci, aku menemukan seutas kertas origami lusuh yang ditempel dekat kaca spion.
Tanganku meraihnya, ada sebaris kalimat yang tertulis disana.
Happy birthday, Sam.
Sorry nggak kasih apa-apa.
Gw bingung karena Lo murung terus beberapa hari ini. Jadi, Lo pake motor gw aja, ya? Buat ketemu sama Atsumu.
-Suna RintaroSegaris senyum terukir jelas pada wajahku, ketika aku menoleh kearah jendela- Suna muncul disana sambil melambaikan tangan padaku. Ia berpesan agar aku mengendarai motor dengan hati-hati.
Pantas saja aku resah, bahkan kenangan dengan Atsumu selalu merasuki pikiranku. Ternyata hari ini adalah ulangtahunku, juga Atsumu. Bagaimana mungkin aku sampai melupakannya.
Sebelum pergi ke pemakaman, aku memutuskan untuk kembali kerumah. Didalam garasi, masih ada mobil milik mama dan papa yang terparkir rapi. Aku sudah bisa mengendarainya, tapi aku terlalu takut untuk mengemudi mobil milik mereka.
"Huuufft..." Aku menghela napas panjang, memposisikan tanganku yang menggenggam gagang pintu dengan cukup kuat.
Ya, aku membuka pintu kamar Atsumu yang kini sudah jarang sekali aku kunjungi. Sebenarnya aku nyaman berada didalam sini, hanya saja aku takut ada barang-barang milik Atsumu yang akhirnya rusak atau hilang.
Kutarik sebuah kursi tepat ke hadapan lemari. Aku menaikinya, kemudian mengambil sebuah kotak dan menurunkannya kebawah.
Hidungku terasa gatal, ada banyak debu yang sepertinya masuk- membuatku bersin beberapa kali.
"Yah, waktu ada atau nggak ada juga kamarnya Tsumu selalu berdebu." Ejek-ku pada kamar ini. Kuharap Atsumu tidak marah dari atas sana. Oh, tidak mungkin seorang Atsumu emosinya tak naik saat di ejek.
Aku melihat banyak bangau kertas ketika membuka kotak itu. Iya, semua ini adalah surat-surat yang Atsumu tulis untukku sepanjang ia hidup. Rasanya, aku menyesal karena sering membuang pesan-pesan singkat yang ia tulis. Dulu semua ini kuanggap tidak berguna, dan kekanakan.
Namun, setiap tahun, tepatnya dihari ulang tahun kami- aku tak pernah melewatkan satu bangau kertas pun. Pasti kubaca semua, sembari menghabiskan air mataku- mengenang sosok kakak kembarku yang arogan, berandal, dan mengebalkan- si Miya Atsumu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone - Miya Osamu [END] ✓
FanficDimata semua orang, anak kembar adalah sosok yang sempurna. Mereka terlihat serasi seperti satu kesatuan. Kenyataannya, menjadi anak kembar bukanlah suatu perkara yang menyenangkan. Mereka memang lahir bersama kedunia. Namun, pada akhirnya mereka te...