"Aji makan yang banyak, fenly juga. Kalian lagi masa pertumbuhan otak jadi harus makan yang banyak," ucap Fania dan saat melihat fajri ogah-ogahan memakan makanannya.
"Caper," ucap fenly menatap fajri yang duduk di depannya sinis.
"Udah jangan cari gara-gara, makan yang bener!" tegur shandy ketika mendengar ucapan fenly.
"Aji mau apa lagi? Mau abang pesenin?" tanya Ricky sambil menatap fajri.
"Gak usah Bang, lagian ini masih banyak," tolak fajri dengan memasang senyum palsu.
Sebenarnya fajri makan dengan pelan bukan karena tidak lapar tapi karena makanan di sini pesanan umi dan itu makanan kesukaan fenly, shandy sama umi semua.
"Mau cobain ini? Enak lho?" Ricky yang mencoba menawarkan makanan miliknya pada anak itu.
"Gak usah Bang!" tolak fajri tanpa sadar meninggikan suaranya.
"Kamu kenapa sih? Bisa sopan sama yang lebih tua?!" sentak abi yang sedari tadi diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Jangan meninggikan suaramu saat bicara dengan yang lebih tua, Fajri!" Umi ikut bersuara dan menatap fajri yang duduk di antara ricky dan Fania.
"Maaf," gumam fajri sambil menunduk, meletakan sendok di piring.
"Udah gak papa, maaf ya abang paksa-paksa Kamu," ucap ricky ikut merasa bersalah saat anak itu malah di omelin orang tuanya.
'Sreet'
Fajri berdiri dan menggeserkan kursinya, berjalan tergesa tanpa pamit, membuat semua keluarganya yang menatap anak itu aneh.
"Fajri!"
"Biar Ricky susul!"
"Dasar, bikin ulah mulu. Caper banget." Fenly memotong ikan di piringnya dengan setengah emosi.
Adiknya itu suka sekali mencari perhatian, sudah merebut perhatian fania dan ricky. Shandy pun terasa selalu membela anak itu, hanya umi dan abi yang satu prekuensi dengannya.
Ia tak suka saat fajri mendapat pujian, kurang senang saat anak itu mendapat perhatian lebih di banding dengannya.
Sementara itu fajri berlari ke toilet dan masuk ke salah satu bilik di sana. Memuntahkan isi perutnya yang baru saja di isi.
Ia memang kurang suka makanan laut, entah itu ikan maupun rumput laut. Makanan yang baru saja ia makan adalah cumi balado dan makanan laut sejenisnya.
Membuat ia kini harus muntah di kloset, ricky di luar sana yang mendengar suara orang muntah mengetok pintu kamar mandi dengan brutal.
'Hoek ... hoek."
"Ji, abang masuk ya!" bukan pertanyaan melainkan pernyataan, ricky masuk setelah di rasa pintunya tidak di kunci.
"Astagfirullah, kamu ini kenapa?" Ricky memijit tengkuk fajri yang masih memuntahkan cairan bening di mulutnya.
"Abang keluar aja, jijik!"
"Nggak, abang di sini aja."
"Udah?" tanya ricky saat tangan fajri memegang lengannya dan berusaha berdiri.
"Udah," jawabnya lemas, wajah segarnya sedikit memucat dengan mata merah.
Ricky menekan tombol pembuang air wc hingga muntahannya terbuang. Kemudian membantu fajri membasuh wajahnya di wastafel luar.
"Makasih Bang, maaf aji ngerepotin," ucap fajri saat keduanya berjalan keluar dengan ricky yang membantu fajri berjalan.
"Nggak, gak usah minta maaf. Ya udah kita ke depan dulu nanti langsung pulang aja, kamu harus istirahat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJRI In Secret Family
Teen FictionMenjadi berharga dan di hargai adalah impian semua orang tapi bagaimana bisa berharga jika kamu terlahir dalam kalimat ... HARAM. by : pranormal