Chapter 1 - Ketika semuanya dimulai.
Sore ini hujan yang turun semakin deras, seakan ikut berpesta dengan kesedihanku. Seperti hujanku yang lalu lalu, menyenangkan. Membuat suasana untuk mengingatmu menjadi sangat tenang.
Aku membuka awal cerita kita dibuku ini dari mana ya? Semua tentangmu begitu menyenangkan dan berharga sehingga aku kebingungan harus memilih kisah yang mana. Siku ku sudah lumayan pegal, menopang dagu sembari melihat ke arah luar jendela. Aku sedang hanyut dalam pikiran dan mengingatmu satu persatu.
Sore ini begitu dingin, sama seperti hujanku setelah kamu pergi. Buku ini kelak akan menjadi saksi, proses penghukumanku dengan merindukan mu.
***
lebih dari setengah jam aku duduk melihat hujan keluar jendela dan menopang daguku. Haruskah ku putar lagu yang selalu kau putar ketika kita duduk bersama di tepi sungai? memutar lagu itu dan bercerita bagaimana harimu yang seru itu, menertawakan kebodohan kita, dan memegang tangan dengan erat sambil menatap langit sungai yang sudah mulai jingga.
Tempat itu menyenangkan. Ketika orang berlalu lalang beraktivitas di atas sungai yang sore itu memantulkan cahaya indah langit senja dan kita menghabiskan waktu untuk saling bercerita.
***
Hampir setiap sore aku datang ke tepian sungai ini.
Seperti sebuah suatu kegiatan yang harus ku lakukan untuk melepaskan semue penat dan muak yang menyesakkan dada sambil menatap pemandangan sungai yang indah ini. Beberapa pedagang pasar apung di sungai ini juga sudah mengenaliku. Termasuk dengan kucing liar yang selalu mengusapkan kepalanya ke kakiku atau bahkan kadang naik ke pangkuanku.
Aku selalu minum kopi susu kampung salah satu pedagang pasar apung setiap kali kesini. Kalimantan, sungainya memang sibukya. Senyum ramah penjual dan sampan yang berlalu lalang tak henti. ini seperti pertunjukan dimataku. Begitu damai, aku menyukainya.
Tempat ini menyenangkan.
Duduk di tepi sungai yang penduduk sekitar sebut "SETEHER", mengayunkan kaki ke hingga membasahi telapak kaki. Damai, begitu damai.
Duduk, menyandarkan tangan ke tangga tepian sungai, melihat ke arah langit, mendengar burung dan teman-temannya berisik dan terbang kesana kemari. Kadang juga pedagang kopi langgananku menghampiriku. Kami bercerita hal yang ringan. Seperti kucing hitam yang mencuri makan siang si ibu, hingga bercerita bagaimana sungai ini sangat berharga untuknya.
Yah, sungai ini juga berharga untukku.
Kami bisa duduk bercerita hingga berjam-jam. Tak mengenal satu sama lain dan terus menertawakan bagaimana hidup berjalan dengan begitu lucu.
***
21 Oktober 2010, aku lulus dari SMP. Aku merayakannya sendirian di tepian sungai ini. Masih menggunakan seragam SMP dan surat keterangan lulus aku duduk ditempat biasa. Memesan kopi seperti biasa, berbicara dengan beberapa pedagang apung, dengan semangat aku mengatakan kepada beberapa pedagang yang sedang menepikan sampannya bahwa aku sudah resmi lulus SMP dan akan masuk SMA. Merayakan kelulusanku, mereka patungan membelikan gorengan lalu makan bersama di tepi sungai. Kami makan beralaskan dengan daun pisang yang dibentangkan dilantai lalu kami duduk berdekatan untuk makan. Pedagang yang menjual makanan seperti indomie menyumbangkan beberapa bungkus indomie untuk dimakan bersama. Pedagang kopi langgananku memasak nasi dengan dandang untuk dimakan dengan indomie goreng. harum, bau ini sangat lezat aku lapar.
"Anak Dare kite dah tumboh besak ye" ucap salah satu dari mereka.
Anak Dare adalah istilah untuk anak gadis, sama seperti istilah anak perawan. aku tersipu malu saat dibilang seperti itu. Yatuhan, itulah pertama kalinya ada yang membanggakanku. Dan aku sungguh tersipu malu. Aku kini memasuki usia remaja, haruskah ku ucapkan beberapa kata perpisahan untuk masa kecilku?
Aku banyak tertawa di hari itu. Semua pedagang mengatakan bangga padaku sambil tertawa lebar. Kamu mengusap kepalaku, "Besak dah die sekarang, kerennye!" aku begitu malu. Aku berhenti terawa dan tersenyum tipis sambil menundukan kepala. Akan ku ingat pujian itu, karna aku dipuji oleh mu. Orang yang ku sukai bahkan sebelum aku lulus SMP dan mengerti bahwa perasaan ini adalah cinta.
Hari itu penuh tawa, sangat membahagiakan. Kami yang bahkan tak tau latar belakang masing-masing atau bahkan tak tau nama asli. Aku dipanggil Adek dan aku memanggil mereka semua dengan panggilan abang, kakak, angah (panggilan untuk kakak/abang anak kedua), Paman dan bibik. Inilah kami sekumpulan orang asing namun bersikap selayaknya keluarga. Orang asing yang sangat berharga untukku, mereka seperti keluargaku.
"Ngape makannye sikit? makan yang banyak! Orang dewasa butuh banyak energi."
"Masuk SMA kan baru remaja bukan Dewasa ngah."
"Makan yang banyak kalo sudah selesai makan nanti kite keliling sungai ini pake sampan angah."
Salah satu pedagang pasar apung disini memang sudah lumayan akrab denganku. Termasuk orang yang mengajakku berkeliling sungai naik sampan ini. Dia orang yang akan ku ceritakan di buku ini. Dengan nama yang takkan ku sebut, namun ku samarkan namanya dengan kata KAMU.
Sekitaran jam 5 sore, kami selesai makan dan membereskan semuanya. Kami mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Aagghhhh! begitu damai. suasana hatiku begitu damai sore itu.
Sesuai janji tadi, aku akan di bawa kamu berkeliling dengan sampannya.
"Mau naik sendiri atau angah gendong?"
"GENDONGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!""Hahahaa, masih kek anak kecil gini. kenape sudah masuk SMA."
Hari itu langit begitu cantik. Aku duduk di tempat duduk yg paling depan sambil melihat lurus kedepan, sesekali melihat ke kanan dan kiri untuk menikmati langit sore ini. Perpadua jingga, awan putih dan langit biru membuatnya begitu cantik. angin yang berhembus membelai rambutku helai demi helai. ku lihat KAMU tetap melihatku dengan tersenyum sesekali. Hari yang begitu menyenangkan dan sekarang aku paham mengenai lagu spongebob "Perfect Day Ever". Yah! ini perfect day ever juga.
Sekitaran jam set 6 menjelang magrib. Langit di sore itu sangat indah. Sungai Kalimantan memang juara.
Beberapa tahun silam di sungai inilah untuk pertama kalinya aku bertemu denganmu dan bisa merasakan bagaimana nyamannya berbagi cerita dengan orang asing yang bahkan tidak tau namaku. Ditahun kelulusan Sekolah Menengah Pertamaku itu, hari itu sempurna bagiku. Hari yang akan selalu ku ingat setiap kejadian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Que sera, sera.
RomantizmKemarin semua yang ku punya ku genggam erat tak ku biarkan lepas. Terlalu erat hingga sesak. Takut memberontak, ku genggam lebih erat agar tak lari karna muak. Hingga akhirnya mereka mati ditanganku sendiri. darisinilah aku tau, aku mencintai sesua...