23. dangerous situation

77.6K 7.6K 5.5K
                                    

hai mocha is back 🤎 part ini WAJIB KALIAN BACA jadi jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf yaa!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha is back 🤎 part ini WAJIB KALIAN BACA jadi jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf yaa!!

happy reading 🏁🏁🏁

***

"Sorry kalo gue lancang masukin lo ke apart gue. Tapi tadi lo pingsan dan gue nggak mungkin diemin lo gitu aja. Udah dua jam lo ga sadarkan diri," ucap Galang. Meisya menatapnya dengan nanar, membuat Galang sadar bahwa perempuan itu ketakutan.

"Tenang, gue gak akan apa-apain lo. Udah minum dulu itu."

Plak!!

"Cuma karena lo yang nolong gue, jangan harap gue berterima kasih sama lo. Lo anjing tau nggak, berani nyentuh gue dan bawa-bawa gue ke apart lo padahal lo bisa bawa gue ke rumah sakit. Dasar cowo bajingan," kata Meisya seraya bangkit, meraih tasnya di atas nakas dan berlari keluar dari kamar apartemen Galang begitu saja.

"MEISYA!!"

***

"Pembegalan seringkali terjadi di atas jam 12 malam. Korbannya kebanyakan anak-anak dan remaja perempuan."

"Pelaku merampas harta korban sebelum membacok korban hingga meninggal dunia."

"Tebakan lo bener, Dev. Mereka dapat uang miliaran perbulan bukan dari balapan, melainkan dari pembegalan, perampokan dan situs judi ilegal."

Devan deg-degan luar biasa, tangannya gemetaran saat mengetik pesan untuk Yutha. Namun di tengah-tengah ketegangan itu, Devan mendengar suara yang sangat familiar di dekatnya. Suara yang sangat ia nantikan dan sangat ia dengar.

"DEVAN!!" Suara Meisya.

Perempuan itu reflek memeluk Devan erat begitu sampai.

"Mei, kamu kenapa?" tanya Devan cemas, ia langsung memeriksa istrinya itu dari atas sampai bawah.

Meisya menggeleng. "Maafin aku ya, Dev. Tadi aku ada urusan dadakan sama agensiku. Aku sampe gabisa pegang handphone. Maaf aku jadi ngga ngabarin kamu."

Alis Devan saling bertaut melihat tubuh Meisya yang gemetaran. "Mei, kamu beneran ngga apa-apa? Muka kamu pucet banget gitu."

"Aku ngga apa-apa, Devan. Cuma kecapekan dan kedinginan aja karena disuruh ke sana dadakan," ujar Meisya berbohong.

***

"Galang berengsek! Kenapa harus dia yang nolongin gue dari kecelakaan itu? Kenapa harus dia? Gue beneran nggak diapa-apain kan sama dia?"

"Untung aja Devan ga liat kejadian kemarin, kalau dia liat dia bisa-bisa salah paham."

"... Syaa,"

"... Meisyaaa,"

"Sayanggg,"

Suara berat itu membuat lamunan Meisya buyar. Meisya mengerjap- ngerjapkan mata, menyadari dirinya saat ini tengah duduk di sofa depan kolam renang rumahnya, ditemani secangkir teh vanilla serta muffin rasa matcha favoritnya yang sudah disajikan oleh Devan di atas meja kecil.

"Kamu bengong terus kenapa, hm?" tanya Devan seraya duduk di samping Meisya. "Ada sesuatu yang terjadi kemarin? Cerita sama aku."

Meisya menggeleng, menolak untuk cerita. "Aku cuma ngga enak badan, Dev."

"Kayanya aku anemia deh," jawab Meisya berbohong lagi. Padahal nyatanya ia stress berat, jadi tidak mood melakukan apa-apa.

"Ngga usah kuliah dulu kalo gitu. Ngga usah kerja juga, apalagi kerjain tugas rumah. Nanti aku yang mintain izin. Kamu istirahat, ya? Semua tugas rumah biar aku yang kerjain," ujar Devan seraya mengusap rambut istrinya dengan sayang.

Meisya terdiam. Rasa bersalah terus merambat di hatinya. Walau Devan tidak tahu, tapi rasanya tetap tidak nyaman memikirkan kenyataan bahwa kemarin ia telah berbohong pada Devan dan bertemu dengan musuh bebuyutan Devan sendiri.

***

"Gimana, Gal? Udah ngapain aja lo sama Meisya?" tanya Juan setelah sampai di sofa apartemen Galang. Seperti di rumah nenek, lelaki tak ada akhlak itu membuang ranselnya ke sembarang tempat, lalu sandaran di sofa sambil menaikan kaki dan menyomot berbagai kue kering dari toples yang ada di hadapannya.

"Pingsan kan dia, abis nyium parfum lo yang udah ada obat bius itu?" Juan tanya dengan mulut penuh cookies.

"Ngapain ngapain apaan? Gagal, bangsat. Yang ada badan gue sakit-sakit nih abis nyelamatin dia. Kena aspal," Galang yang duduk di sebelah Juan, menghela napas frustasi.

"Boro-boro dah dia luluh. Makasih aja kaga, yang ada gue digampar," lanjut Galang.

Juan tertawa. "Haha sabar, Gal. Namanya juga baru pertama kali lo nyelamatin dia. Kalo udah berkali-kali juga luluh."

"Itu tujuan kita kan? Gue yang celakain, dan lo yang pura-pura jadi pahlawannya," ujar Juan.

"Kita harus bersikap heroik buat meluluhkan hati seseorang. Selalu ada buat dia di saat dia butuh bantuan, bikin dia ketergantungan sama kita daaann, jebret. Dia bakalan jadi milik kita seutuhnya. Tapi balik lagi, semua butuh proses, Gal."

Galang mendengus kasar. Ia bermaksud beranjak ke dapur untuk mencari minuman keras, namun niatnya batal begitu melihat sesuatu yang berkilau di karpet apartemennya.

Lipstik Meisya.

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang