43. misunderstood

50.3K 3.7K 2.1K
                                    

hai mocha is back 🤎 18 chapter menuju end!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha is back 🤎 18 chapter menuju end!!

maaf telat updateeee, aku abis naskahan karena cerita ini mau PO! tenang aja endingnya bakalan ttp aku post di wattpad kok walau mau terbit 🫶🏻

happy reading🏁🏁🏁

***

Kejadian semalam benar-benar membuat Devan gila. Dari saat dia mandi, sarapan pagi, atau menyetir menuju pom bensin Devan tidak bisa berpikir dengan jernih karena otaknya hanya dipenuhi Meisya.

Ia masih ingat bagaimana Meisya menjatuhkan seluruh harga dirinya hanya demi membuat Devan merasa lebih baik dan tidak down lagi.

Padahal, selama menikah Devan tidak pernah berharap Meisya melakukan hal rendahan semacam itu. Seperti yang kemarin Devan katakan pada Meisya.

"Aku cuma tanya, kenapa tiba-tiba kamu mau ngelakuin ini? Aku ngga pernah nyuruh kamu kayak gini karena aku ngejaga harga diri kamu, Mei. Aku ngga mau kamu malu dan nyesel."

"Aku tahu kamu masih down, jadi aku pengen bikin kamu ngerasa lebih baik dengan cara ini. Dan aku ngga akan nyesel ngelakuin hal yang bikin kamu seneng."

Kini Devan percaya bahwa perkataan teman-temannya tempo hari memang benar. Sudah banyak sekali bukti Meisya memang mencintai Devan.

Jika tidak cinta, mana mungkin seorang wanita yang punya harga diri setinggi langit dan tidak butuh laki-laki seperti Meisya mau melakukan hal sehina tadi malam.

"Devan," panggil Meisya membuat lamunan Devan buyar. Debaran jantung Devan langsung menggila saat melihat Meisya berjalan ke arahnya masih dengan bathrobe, istrinya itu baru saja selesai mandi- Bukan. Devan bukan terpana karena itu. Tapi karena sekarang cara Devan melihat Meisya berbeda semenjak kejadian semalam.

Devan merasa seperti ... Jiwa dan raga Meisya sudah benar-benar menjadi miliknya seutuhnya.

"Mei."

Devan bangkit dari ranjang hotel, ia dekati Meisya dengan gugup sekaligus khawatir. Meisya menatap Devan bingung, tapi kemudian Devan memegang bagian atas leher Meisya dengan jarinya.

"Ininya sakit?" tanya Devan dengan suara gemetar. Ia ingat Meisya sampai tersedak dan keluar air mata karena ulahnya.

Meisya menggeleng. "Enggak sakit. Kamu mau lagi? Kalau mau aku-"

"E-ENGGAK!!! NGGAK BEGITU MAKSUD AKU!!" tepis Devan malu. Pipinya langsung merah padam.

Sedangkan Meisya hanya terkekeh, melihat Devan blushing apalagi mimisan adalah kepuasan tersendiri baginya.

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang