Additional: Warhyme

22 7 1
                                    

"Ini terlalu berbahaya, Nial?"

"Tidak ada cara lain, suara itu hanya menyakiti kita tapi tidak berpengaruh terhadap mahluk daratan."

"Tapi tidak ada jaminan Eloc masih hidup."

"Dia masih hidup, aku sangat yakin!"

Reyn tidak mampu lagi membujuk Nial, sahabatnya yang sehari lalu kehilangan anaknya sebab fenomena suara gema bawah air yang ditimbulkan sebuah obyek misterius. Tidak ada satupun Seireness yang mengetahui asal muasal obyek itu, karena setiap obyek itu muncul, semua Seireness dan Cuthurian akan lumpuh dan kehilangan fokus mereka dalam radius yang cukup luas, disusul dengan hilangnya beberapa dari mereka setelah obyek itu hilang bersama suara gema yang ditimbulkannya.

"Kalau memang tak mau membantuku, pergi saja!" Nial marah. Siripnya mendayung ke arah barat dimana daratan utama Authere berada.

"Tunggu Nial!" mau tak mau Reyn mengejar Nial.

Nial berenang dengan cepat diikuti Reyn. Nial ingin menemui seseorang yang seharusnya dijauhi oleh para Seireness, tapi Nial tidak punya pilihan lain karena ini menyangkut nyawa putrinya.

Setelah setengah hari berenang dengan kecepatan penuh, Nial dan Reyn sampai di pulau kecil yang mereka tuju. Pulau yang terletak di utara pulau Seireness. Pulau yang tidak terdapat di peta namun sangat dikenal oleh para Siereness.

Nial dan Reyn tidak langsung ke tujuan, mereka mengapung di lepas pantai pulau itu sembari melihat dari kejauhan. Kepala mereka menyembul dari permukaan laut, lebatnya hutan bakau di pulau itu membuat mereka tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya.

"Nial?" Reyn tahu Nial ketakutan. Reyn mengenal sabahatnya itu sejak kecil, Nial adalah Seireness yang takut dengan kegelapan, karena itulah Nial tidak pernah sekalipun menyelam terlalu dalam.

Nial tidak melihat Reyn sama sekali, Nial tetap maju meski seluruh inderanya menolak untuk berkompromi. Reyn mengikuti Nial tanpa ragu, satu-satunya yang ada untuk Nial saat ini hanya dirinya.

Mereka berenang pelan menyusuri air di celah akar bakau, suasana pulau itu memang mencekam seakan pulau itu mengawasi siapapun yang berada di dalamnya. Reyn terus melihat sekitar, waspada akan apapun yang bisa membahayakan mereka.

"Dua Seiren cantik, diam-diam menyusup ke pulauku. Aku yakin punya maksud tertentu," ucap seseorang yang tiba-tiba muncul bergelantungan terbalik di batang pohon bakau. Wajahnya tidak terlihat jelas, pekatnya hutan bakau membuatnya seperti bayang-bayang.

Saking terkejutnya, Reyn lupa cara berteriak. Nial langsung pucat, tapi sorot matanya menatap tajam ke arah pria yang bergelantung itu.

"Terkejut? Maaf. Untung kalian tidak berteriak atau aku akan kehilangan gendang telingaku, hehe."

"Si-siapa kau!?" Reyn tergagap.

"Aku harus dapat jawaban dulu karena seharusnya kalian sudah tahu siapa aku," pria itu nyengir.

"Björn Netherite," Nial menyebut nama yang dijawab oleh senyuman pria itu.

"Langsung saja ke keperluan kita. Apa maumu, berapa komisiku."

Reyn menengok, dilihatnya Nial yang sudah tidak akan mundur. Mereka berhadapan dengan informan sekaligus prajurit bayaran yang sudah punya nama besar di Authere timur.

Nial mengeluarkan sebuah mutiara dari tas pinggang kecil yang terbuat dari ulir tanaman laut.

"Mutiara murni dari laut dalam."

"Hmm, menawari komisi sebelum menyebut permintaanmu? Kau cukup berani, Seiren."

Björn melepaskan pegangannya dan turun dari dahan bakau, wajahnya kini terlihat jelas karena tersinari cahaya matahari yang menyusup dari sela-sela dedaunan. Wajah Björn sepenuhnya manusia, tapi seluruh tubuhnya tertutup jubah kumal dan rambutnya ditutup oleh kain yang dililitkan ke kepala.

Masesion Speculative G. Challenge 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang