Part 6

1 0 0
                                    

Author pov

Semua murid berjalan menuju musholla. Sita masih setia duduk didepan kelas, karna sedang menunggu Namira yang masih mengambil wudhu. Tak lama kemudian, Namira menghampirinya.

"Sit, aku udah selesai ambil wudhu. Jalan sekarang yuk" ucap Namira. Sedangkan Sita hanya mengangguk dan beranjak dari duduknya.

Mereka berjalan beriringan menuju musholla yang ada di sekolah ini. Musholla ini dinamakan musholla Ar- Raudhah.

Namun saat Sita melewati wilayah perbatasan antara wilayah putra dan putri, lebih tepatnya disamping perpustakaan. Sita hampir saja menabrak seorang laki-laki.

"Astaghfirullah" ucap Sita terkejut dengan adanya laki-laki itu dihadapannya.

Laki-laki itu menatap Sita. Namun, laki-laki itu juga yang berpaling terlebih dahulu dan berlalu dari hadapannya.

"Duuh, adem banget liat wajahnya yang basah sama air wudhu" ucap Sita dalam hati.

Cukup lama Sita memandangi kepergian laki-laki itu, hingga akhirnya ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Sita, ngapain sih?" ucap Namira.

"Eh, nggak kok. Kamu ngapain disini?" tanya Sita.

"Lah, seharusnya aku yang tanya gitu. Aku kira kamu jalan disamping aku, eh nyatanya malah ngilang. Ya aku susulin lah, ternyata malah berdiri disini. Ngapain? Jadi satpam?" ucap Namira.

"Owh itu, tadi aku gak sengaja ketemu sama temen lama" ucap Sita berbohong.

"Owh, yaudah ayok. Sholat dhuha udah mau dimulai itu" ucap Namira menarik tangan Sita menuju musholla.

"Cowok tadi peserta didik baru atau kakak kelas ya? Kok aku jadi penasaran sama cowok tadi" ucap Sita yang sesekali menoleh kearah laki-laki tadi pergi.

"Sit, lagi liatin apa sih? Kayaknya dari tadi ngeliat kearah sana mulu" ucap Namira penasaran.

"Gak liat apa-apa kok. Cuma ngerasa sedikit aneh sih. Ini sekolah, tapi kok nuansanya kayak pesantren ya?" ucap Sita heran.

"Hahaha, ya iyalah Sit. Namanya juga sekolah MA, sekolah yang berkultur islam. Kenapa? Kamu ngerasa aneh karna dikelas kita isinya perempuan semua? Wilayahnya beda sama kelas putra? Aku mah udah biasa sama suasana kayak gini" ucap Namira.

"Iyalah, bayangin aja. Aku sekolah selama 9 tahun, udah biasa punya temen cowok, sekelas sama cowok. Lah sekarang malah sekolah disini. Mana asik kalo sekelas isinya perempuan semua, pasti kerjaannya ngerumpi" ucap Sita memutar bola matanya malas.

"Udah, bawa santai aja. Nanti juga bakal terbiasa kok" ucap Namira.

"Iya juga sih" ucap Sita menghela nafas.

Setelah cukup lama menunggu waktu sholat, akhirnya ada salah satu ustad yang mengakhiri dzikir pagi ini. Ustad tersebut memimpin para siswa-siswi untuk mengaji surah yasin terlebih dahulu.

Semua siswa dan siswi serta guru-guru yang ada disana mengaji dengan khusyuk. Hingga sampai pada ayat terakhir.

Setelahnya ustad tersebut menyuruh semua makmum untuk merapikan shafnya. Mereka melaksanakan sholat dhuha dengan khusyuk.

Setelah melaksanakan sholat dhuha 8 rakaat, tak lupa mereka membaca do'a setelah sholat dhuha. Setelah kegiatan ibadah sudah selesai dilakukan, para peserta didik baru diarahkan untuk kembali keruangan masing-masing untuk mengikuti kegiatan ngitab.

Sita dan Namira turun dari musholla. Mereka berjalan menuju ruang kelas sambil mengobrol sesekali. Lebih tepatnya Namira yang lebih banyak mengobrol, karna Sita yang terbiasa tidak banyak ngomong saat bersama orang baru. Mungkin sebagian orang berfikir bahwa Sita adalah seorang yang pemalu, namun ada juga yang menilai Sita adalah perempuan yang cuek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKHIR DARI SEBUAH PENANTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang