Memori

112 28 0
                                    

"Maaf membuatmu menunggu lama. Nih, aku bawakan teh." hampir saja aku lupa untuk membuat teh. Untung saja di tengah tangga tadi, aku mengingatnya.

"Makasih." Kenma mengambil teh miliknya, dan mulai menyesapnya secara perlahan.

"Kenma..." 

"Ya, Kuroo?"

"Sejak pertama kali kita bertemu, aku merasakan sesuatu yang familiar darimu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tampaknya aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Sesuatu yang.... familiar?" Kenma tampak bingung.

"Ya, begitulah, hehehe. Ahh, lupakan saja! Ayo kita ganti-"

"Kuroo, aku sebenarnya..." sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, Kenma berkata demikian.

"Ya?"

"Mmh... mungkin ini belum saatnya aku mengatakan hal ini. Kau benar, ayo ganti topik." Kenma memalingkan pandangannya.

"Oh, oke. Bagaimana kalau tentang diri kita? Sudah dua bulan berlalu, tapi kalau gak salah, kita belum pernah bercerita tentang diri kita." usulku.

"Boleh. Mulai dari kamu?" tentu saja Kenma akan mengatakan hal itu.

"Baiklah, kucing! Seperti yang kamu lihat, aku tinggal seorang diri di rumah ini. Memang sepi, tapi mau gimana lagi 'kan? Hahahaha." aku mulai menceritakannya sedikit.

"Orangtuaku sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Aku gak punya saudara kandung, kerabatku juga tinggal jauh dari rumah ini." lanjutku.

"Maaf. Kalau kamu gak nyaman, kamu bisa berhenti saja." betapa menggemaskan dirinya ketika ia mencoba agar tidak melukai perasaanku.

"Gak, gak apa-apa kok. Lama-lama aku terbiasa dengan keadaan ini. Kita harus menerima apa yang telah terjadi 'kan? Ya... walau berat rasanya. Sejak kejadian tiga tahun yang lalu itu, aku jadi sering memimpikan hal-hal tentang kejadian itu, juga tentang orangtuaku." aku melanjutkan ceritaku.

"Rasanya pasti berat untukmu, Kuroo. Maaf, tapi apa bekas darah di lemari kaca di ruang keluargamu itu salah satu bagian dari kejadian itu?" tanya Kenma dengan lembut dan berhati-hati.

"Ya, begitulah. Tiga tahun yang lalu, terjadi kejadian yang tidak diinginkan itu. Kejadian yang merengut orang-orang yang aku sayangi dariku. Sebenarnya aku tidak begitu ingat tentang apa yang terjadi, tapi... darah. Kejadian itu adalah sebuah kasus pencurian yang berakhir dengan pembunuhan. Hanya aku yang selamat." jelasku dengan tatapan lara.

Tanpa kusadari, Kenma menepuk punggungku, dan merangkulku dengan hangat.

"Semua itu sudah berlalu sekarang. Tampaknya ingatanmu memang sedikit berantakan karena kejadian itu. Tidak apa-apa, aku ada disini." gumamnya dengan pelan dan lembut.

"Ahh, maaf, jadi curhat begini. Yosh, sekarang giliran kamu!" aku mengganti topik.

"Ceritaku tak terlalu menarik. Hanya seorang anak yang tidak suka bersosialisasi, dan lebih memilih untuk mengurung diri di kamarnya sambil bermain game. Bersosialisasi itu menurutku... hanya menguras tenaga saja. Tapi, itu semua beda kalau denganmu, Kuroo. Aku menikmati menghabiskan waktu bersamamu." kata Kenma sambil tersenyum lembut.

"Aww, Kenma!"

Ya, jadi begitulah obralan singkat kami pada waktu itu. Sebuah obrolan singkat yang bertujuan untuk mengenal diri masing-masing lebih dalam lagi. Di dalam sebuah kamar, di awal musim panas.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Kurang lebih, satu jam setengah Kenma bertamu di rumahku. Setelah itu ia kembali ke rumahnya yang ternyata ada tepat di samping rumahku. Aku dapat melihat rambut puddingnya ketika ia keluar dari pagar rumahku untuk masuk ke pagar pekarangan rumahnya.

Aku membereskan kamar tidurku, sekalian membawa gelas-gelas teh ke tempat cuci piring dan membuang bungkus-bungkus camilan.

Ehh, apa ini?

Saat aku mengambil sebuah bantal yang jatuh, aku terkejut bukan main ketika menemukan suatu benda yang aneh di bawah bantal.

Sebuah foto.

Sebenarnya cukup wajar dan tidak aneh, 'kan?

Masalahnya adalah...

Dua orang anak laki-laki di dalam foto.

Seketika bulu kudukku berdiri, memicu sebuah getaran yang hebat di sekujur tubuhku.

Itu 'kan...

Kenma dan aku...

Tapi, aku baru kenal Kenma waktu SMA.

Ahh, kalau begitu tidak mungkin 'kan?

Bisa saja itu foto Kenma dengan temannya yang mirip denganku.

Hal yang membuatku lebih merinding, saat melihat tanggal di foto itu.

20 Januari, 20XX

Tanggal itu...

Rasanya cukup familiar.

Tapi, apa yang sebenarnya terjadi di hari itu?

Karena penasaran, aku mengobervasi foto itu lebih lanjut.

Apa ini?

Sebuah noda berwarna merah yang ada di sudut atas foto...

Kalau dilihat-lihat, foto ini juga... Kotor.

Tiba-tiba saja, kepalaku berdenyut. Rasanya seperti ada yang menekan-nekan isi kepalaku.

Pandanganku kabur, semua yang ada di hadapanku terlihat seperti es krim yang meleleh.

Beberapa detik setelah itu, sensasi vertigo yang kuat mulai terasa.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Foto apa ini?

Siapa sebenarnya kedua bocah yang ada di foto ini?

Tolong, jelaskan semuanya padaku.

Gelap.

Mati lampu?

Bukan.

Semuanya tiba-tiba saja menjadi gelap.

...

OpacararophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang