"Jika kamu terus-terusan berteriak menyalahkan keadaan maka keadaan itu tak akan pernah mau berubah karena disalahkan. ubahlah keadaanmu sendiri dengan kerja keras dan usaha," ucap seorang laki-laki sambil memegang kepala Angkasa.
Dua tahun setelah Angkasa bertemu dengan seorang laki-laki yang merubah sudut pandang angkasa kini Angkasa menjadi seorang yang bertekad kuat untuk merubah keadaan keluarganya yang sangat sulit. Angkasa ingin membuat orang lain bisa melihat dirinya bahwa semua itu bisa diubah dengan kerja keras dan usaha.
Terlihat Ayah baru pulang dari sawah dan duduk di sebelahku sambil menuang air dari teko untuk diminum.
"Ayah...,"ucapku yang sedikit ragu untuk berbicara.
"Iya Le enek opo?"tanya Ayah sambil menuangkan air minum ke gelas.
"Angkasa ingin sekali sekolah dan meraih cita-cita angkasa,"ucapku dengan sedikit ragu karena permintaan untuk masuk sekolah.
Ibu yang mendengar perkataanku langsung menyeletuk. "Sekolah sekolah emang sekolah gak butuh seragam? Gak butuh uang untuk beli buku? Sedangkan kita makan masih kesusahan gini,"ucap Ibu dengan sangat ketus.
"Sudah Bu kan anak kita juga punya mimpi jadi biarlah dia berusaha meraih mimpinya,"ucap Ayah meredam perkataan Ibu yang sedikit menjatuhkan keinginanku.
"Ah bapak ini selalu tak mengerti keadaan,"ucap Ibu sambil meninggalkan ruang tengah dengan perasaan kesal.
"Udah Angkasa tidak perlu berkecil hati Ibu biar bapak urus. Perkataan ibu tadi gak usah dimasukan kedalam hati ya Angkasa. Mungkin Ibu lagi banyak pikiran,"ucap Ayah sambil memegang kepalaku dan tersenyum melihatku.
Aku membalas senyum Ayah dengan penuh perasaan tidak enak karena memaksakan ingin masuk sekolah. Aku terdiam merenung. "apa mungkin sebaiknya aku mengurungkan niat untuk tidak bersekolah karena keadaan yang tidak memungkinkan." aku menarik nafas panjang.
Beberapa menit kemudian Ayah dan Ibu keluar dari kamarnya.
Ibu melihat kearah Ku. "Kamu beneran ingin sekolah?"
Aku menundukan kepala dan sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Ibu.
"Ibu mengijinkan Angkasa untuk bersekolah, tapi Angkasa juga harus bersungguh-sungguh untuk belajar di sekolah. Ibu dan Ayah akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai sekolah Angkasa jadi Angkasa harus bersungguh-sungguh."
Aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan Ibu. Di sisi lain aku sangat senang, tetapi di sisi lain aku merasa tidak enak karena keinginanku membuat beban bagi keluarga.
"Untuk biaya jangan kamu kahwatirkan Angkasa, Ayah dan Ibu akan berusaha agar Angkasa bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik,"ucap Ayah sambil mengelus kepala Angkasa.
Ibu mendekat dan memelukku. "Ibu hanya bisa mendoakanmu agar Angkasa bisa menjadi orang yang hebat."
Aku meneteskan sebuah air mata. "Terima kasih Ayah Ibu sudah memenuhi permintaan Angkasa."
"Kalo begitu besok pagi kita pergi ke sekolah yang terdekat untuk mendaftarkan Angkasa,"ucap Ayah dengan tersenyum.
Aku mengangguk pertanda iya kepada Ayah.
Keadan bisa diubah dengan usaha dan kerja keras, setiap orang tak selalu memiliki awal yang baik tetapi setiap orang bisa memilih garis akhir dengan keinginan mereka. Jadi jangan pernah takut untuk merubah hidup kalian.
Keesokan paginya Ayah pergi untuk mendaftarkan aku ke sekolah. Dengan pakaian yang serba seadanya dan kendaraan sepeda butut yang menemani pagiku untuk pergi ke sekolah. Suasana pagi hari ditemani dengan udara sejuk disekitar persawahan dan suara-suara burung yang berkicau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeriku Tempatku Bercerita
Teen FictionPerkenalkan Namaku Angkasa Sebelumnya saya mengucapkan Terimakasih Terhadap Negeriku sehingga Aku bisa seperti sekarang ini. Negeri ini memiliki ribuan atau jutaan suara-suara manusia yang membuat diriku terjatuh,gagal, dan bersedih. Namun Aku harus...