Kami hanya bisa berusaha untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Mereka memiliki mata tapi tidak dipergunakan untuk melihat usaha kami. Mereka tak pernah tau apa yang kita lakukan untuk meraih mimpi kita. Mereka hanya memiliki mulut untuk melukai kita dengan bersuara lantang merendahkan kita, mengolok-olok kita, dan mencaci maki. Tak pernah tau bagaimana perasaan kami yang terus berjuang dengan mendengarkan setiap ocehan mereka. Setiap langkah kami selalu dikomentari tanpa henti seakan-akan mereka adalah hakim yang berhak menentukan kemana kita berjalan.
***
"Ahhhh kenyang,"ucap Aurora yang sudah selesai makan.
"Enak ya ternyata makanan ayam geprek ini,"ucapku baru pertama kali mencicipi makanan ayam geprek.
"Hmmm aku rasa masih ada yang kurang seperti keju lumer, biasanya dikasih diatas ayamnya. Tapi gak papa makananya tetap enak dengan sambal yang pedas,"ucap Aurora yang mengomentari makanan ayam geprek.
"Emangnya enak ya kalo ayam dikasih keju diatasnya?"tanyaku karena tak pernah makan keju apalagi keju lumer terdengar asing bagiku.
"Enak. Biasanya gitu ayam geprek dengan ekstra keju jadi menambah rasa ayamnya, tetapi ada juga yang cuman pake sambal dengan ciri khas tokonya masing-masing,"ucap Aurora.
"Ayo balik ke kelas udah mau selesai jam istirahat ini."Aurora melihat jam tangan ternyata waktu istirahat hampir selesai.
Kami berdua bergegas untuk segera kembali ke kelas karena jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Untuk jam pelajaran kedua adalah pelajaran matematika. Pelajaran yang paling tidak disukai oleh para siswa. Tapi menurutku sangat menyenangkan belajar matematika. Rasa penasaran dengan soal yang sulit untuk dipecahkan menambah keseruan belajar matematika.
Terlihat seorang guru laki-laki memasuki ruang kelas. Kesan pertama yang aku lihat adalah seorang guru yang galak dan judes namun ternyata aku salah menilai orang dari sampulnya.
"Perkenalkan anak-anak nama bapak adalah Pak Sujiono. Bapak mengajar mata pelajaran matematika. Siapa di sini yang tidak suka matematika?"tanya Bapak Sujiono sebagai guru matematika.
Terlihat semua terdiam tak ada reaksi dan seakan-akan takut untuk mengangkat tangan.
"Oke kalo begitu tidak ada yang mengangkat tangan berati Bapak anggap kalian semua menyukai pelajaran matematika."
"Nah untuk memulai kelas hari ini bapak ingin tau nama kalian, alamat kalian, dan cita-cita kalian. Ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang,"ucap Pak Sujiono untuk menyairkan suasana.
"Baiklah kita mulai dari mas nya yang duduk di belakang."Bapak Sujiono menunjuk seorang murid yang duduk di paling belakang.
Terkadang orang saat ditunjuk untuk maju ke depan orang itu pasti merasa terkejut seakan-akan ditodong dengan senjata tajam. Terlihat seorang anak tinggi, putih dan badanya terlihat sangat ideal berjalan ke depan untuk memperkenalkan diri. Mungkin beberapa anak sudah mengenalnya, tetapi ada juga yang belum mengenal anak itu.
"Perkenalkan nama saya Razka Aditya. Saya tinggal di perumahan barito letaknya di jalan arjasena. Saya memiliki cita-cita menjadi seorang tentara,"Razka memperkenalkan diri.
"Untuk menjadi seorang tentara Razka harus olahraga yang teratur dan jangan pernah sesekali menyentuh rokok karena bisa mempengaruhi saluran pernapasan, selain itu juga tidak baik untuk kesehatan. Bukan hanya untuk Razka tapi untuk semuanya tolong jahui rokok,"saran Pak Sujiono.
"Oke Razka kamu boleh duduk kembali. Oke selanjutnya seorang cewek yang duduk dibarisan no dua silahkan maju kedepan,"ucap Pak Sujiono sambil menunjuk seorang siswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeriku Tempatku Bercerita
Teen FictionPerkenalkan Namaku Angkasa Sebelumnya saya mengucapkan Terimakasih Terhadap Negeriku sehingga Aku bisa seperti sekarang ini. Negeri ini memiliki ribuan atau jutaan suara-suara manusia yang membuat diriku terjatuh,gagal, dan bersedih. Namun Aku harus...