Panas, nyeri, gaduh. Suara asing saling beradu. Teriakan yang ikut membuat irama, memaksa Y/N membuka kedua maniknya, untuk melihat apa yang kini tengah terjadi.
Hanya dalam hitungan menit ibu kota luluh lantah. Bangunan yang menjulang tinggi seakan ikut tunduk pada kekuatan itu. Jalanan berubah menjadi lautan api. Seperti mengingatkan pada sejarah yang pernah terjadi Di Indonesia, saat masa revolusi.
"Natsu!" teriak Y/N pada cowo yang kini tengah mengamuk mengancurkan semua yang ia lihat.
Y/N berlari kearah Natsu. Meski dengan kaki yang terluka, karena tertimpa puing puing bangunan, tak membuat kecepatan lari Y/N menurun.
"Natsu, hentikan! Sudah hentikan! Lihat aku baik-baik saja."
"Hey, Hime-sama. Kamu duduk manis saja, jangan ganggu adikku."
PLTEK
"ARGH!"
Y/N berteriak, air matanya bercucuran. Rasa nyeri ini tak bisa ia sembunyikan lagi. Pria dengan pakaian seperti biksu itu, mematahkan kaki Y/N seperti mematahkan sebuah ranting.
Ia ingat siapa pria bersurai hitam ini, tapi ia tidak ingat dan tidak sadar bagaimana pria dihadapannya membuat Natsu seperti sekarang ini.
Y/N tersungkur, ia hampir kehilangan kesadaran. Tapi rasa panas ini, rasa sakit ini, tak bisa ia gantikan dengan teriakan kesakitan Natsu.
Andai saja saat itu, ia mendengarkan Natsu untuk pulang. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Kenapa ia selalu melakukan hal yang membuat dirinya menyesal?
Dengan bola mata yang memerah, Y/N menatap tajam manik hitam legam yang tengah menatap rendah dirinya.
"Oi, apa yang lo lakuin sama Natsu?" tanya Y/N sekuat tenaga.
"Heee, kuat juga ya. Aku akui kau mirip sekali dengan gadis bernama Lucy dan Erza. Dua gadis yang merepotkan."
"Hah? Jangan bacot yang enggak jelas. Gue tanya, apa yang lo lakuin sama Natsu?"
Pria itu terkekeh. "Di situasi seperti ini masih bisa mengkhawatirkan orang lain, kenapa kau tidak khawatirkan kakimu yang mulai membusuk itu."
Y/N mengikuti sorot mata hitam itu, yang mengarah pada kaki kanannya. Kedua matanya membulat sempurna. Sungguh ia tak menyadari bahwa kaki kanan yang ia kira patah, ternyata perlahan membusuk. Membuat rasa sakit yang sedari tadi ia rasakan menghilang. Namun, kaki itu mati rasa tak dapat ia gerakan lagi.
"Hanya tinggal menghitung waktu, sampai kaki dan tubuhmu membusuk. Dan sampai saat itulah, aku akan membiarkan Natsu menghancurkan kota ini, dan membuatnya menjadi semakin kuat untuk membunuhku."
"Hee, jangan berharap lebih dulu Zeref. Sebelum semua terjadi, kami ada untuk menghentikannya. Itulah kami Fairy Tail."
Pria berpakaian biksu itu, Zeref. Itulah nama yang disematkan padanya.Seringai terukir manis di wajah mungilnya itu.
Y/N hanya bisa terdiam, pikirannya kini hanya penuh dengan bagaimana cara menghentikan amukan Natsu.
"Bocah Bego itu, kenapa selalu lepas kendali ditempat yang tak seharusnya." Ucap cowo tanpa pakaian, hanya mengenakan boxer berwarna hitam dan sebuah tanda yang sama dengan milik Natsu, didada kanannya.
"Wendy, kamu sembuhkan orang orang yang terluka. Aku dan Grey, akan menghentikan Natsu. Lucy, Happy, dan Carla. Kalian cari orang yang terjebak di puing puing bangunan. Setelah itu, Mest. Kamu gunakan kekuatanmu untuk, menghapus ingatan manusia didunia ini, dan terakhir Ultear. Kau kembalikan kota ini seperti semula."
"Oi Oi Erza, kau benar benar moster." Balas Ultear atas komando yang diberikan cewe bersurai merah itu.
"Aye sir, ayok Lucy, Carla." Balas si kucing biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
🐉Older [ Natsu Dragneel x Reader ]🐉
RandomAda yang mengatakan bahwa usia itu bukan penghalang cinta. Semua hal dalam kata cinta, dihalalkan. Lalu bagaimana jika umur itu terpaut sangat jauh? y/n yang mengalami perubahan hidup drastis diusianya yang menginjak 17 tahun. Harus menelan pahit...